Kembalinya Arga setelah beberapa hari belakangan ini yang hilang seperti di telan bumi membuat semua teman-teman dekatnya langsung heboh dan mencecar berbagai pertanyaan pada cowok itu. Hingga di minggu pagi ini, semua teman-teman dekatnya itu sudah sepakat akan datang ke rumah kediaman Arga.
Sambil menunggu kedatangan semua teman-teman, Arga duduk menyender di single sofa yang ada di ruang tamu. Kedua mata cowok itu pun terpejam, terlihat sangat kelelahan dan mengantuk selama menempuh perjalanan yang cukup panjang dan menguras tenaga hampir seharian.
Metha yang baru datang pun melongok ke kanan dan kiri lalu memperhatikan Arga yang sedang terpejam di sofa. Cewek itu menghela napas dan memutuskan untuk berdiri saja di teras sambil bersedekap dada dan menyenderkan tubuhnya ke tiang beton yang ada di depan rumah Arga.
Pintu rumah Arga juga terbuka lebar, jadi Metha bisa mengintip ke dalam kapanpun dirinya mau. Hanya saja untuk sekarang, Metha lebih memilih untuk menunggu kedatangan teman-temannya di luar ruangan.
Grak.
Satpam membuka gerbang, lalu sedetik kemudian terdengar suara deru motor masuk ke halaman. Metha melongok, mencari tahu siapa yang datang. Motor XSR-155 dengan bunyinya yang khas dan si pengendara yang memakai hoodie hitam dengan celana berwarna serupa dengan sobekan di kedua lutut. Metha masih memperhatikan dalam diam, menatap penuh intimidasi setiap pergerakannya. Kini si pengendara membuka helmnya, rambutnya acak-acakan seperti tidak terurus dengan rambut bagian depan yang panjang, cowok itu menaruh helmnya ke motor lalu menghampiri Metha dan duduk di marmer dekat kaki cewek itu.
Hening hingga beberapa detik. Cowok itu---Fandi, hanya menundukkan kepalanya dan Metha juga terlihat malas untuk memulai pembicaraan.
"Yang lain pada kemana, Met?" Fandi sedikit mendongak, cowok itu menyipitkan matanya menatap Metha yang berdiri di sampingnya.
"Kevin sama Rica lagi ke Gereja. Emil sama Mikha tadi ada urusan di sekolah terus sekarang lagi kejebak macet, Dimas lagi shalat Dhuha, Urel lagi nganter Mamanya ke tempat arisan temannya, mungkin kena macet juga."
"Lo kesini sama siapa?"
Metha melirik ke bawah, tatapan dua remaja itu saling bertemu. Metha pun memutuskan untuk duduk juga di samping Fandi untuk mengobrol.
"Gue kesini naik taksi."
"Oh."
Hening sejenak.
"Lo kok tumben naik motor?"
Fandi melirik, "Kenapa?"
"Tumben aja."
Fandi terkekeh, "Mobil gue di bengkel."
"Mobil lo kenapa lagi emang?"
"Ya biasalah. Lagi di perbaiki." Perjelas cowok itu sambil tersenyum tipis.
"Lo masih sering ikut balap liar, Fan?"
"Kenapa?" Fandi mengulum senyum menyebalkan, cowok itu menyangga wajahnya dengan satu tangan yang di tumpukan ke lutut dan fokus menatap Metha. Sinar hangat matahari pagi pun menyentuh kulit tubuh mereka.
"Hobi banget jadi buronan polisi." Cibir Metha menatap sekilas Fandi.
Fandi nyengir, "Gue kebal hukum."
"Idih," Metha bergidik jijik.
"Gue serius. Bokap gue dulu pernah korupsi, pernah nggak sengaja hamilin sekretarisnya terus maksa aborsi, setiap kena kasus, bokap gue selalu lolos, anjir. Dia juga KDRT ke nyokap, tapi lagi-lagi dia kebal hukum. Dia emang berengsek banget." Fandi tiba-tiba bercerita, Metha diam-diam mengamati cowok itu. Kantung matanya menghitam, sorot matanya layu dan terlihat lebih kurus dan tidak terurus, sangat jauh dari Fandi yang seperti biasanya. Metha pun memutuskan untuk menjadi pendengar untuk cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Genç Kurgu[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...