With You - 63

395 22 2
                                    

"Menjatuhkan orang lain adalah perbuatan yang buruk, mirisnya perbuatan ini kerap kali dilakukan oleh orang-orang yang berambisi besar untuk mendapat sesuatu. Saya bukan orang hebat. Cuma saya enggak gampang menyerah saja. Apalagi ada yang menjatuhkan, disitulah motivasi saya." Nagara tersenyum kecil, tangannya menepuk puncak kepala adiknya dengan penuh sayang.

"Berambisi boleh, tapi jangan terlalu berlebihan. Sesuai porsi saja, mengerti?" Nagara menatap Getha yang diam saja sejak tadi.

"Kalo kakak perhatikan, kamu mirip banget sama Papa, Ge. Bukannya mau apa, kakak hanya ingin mengingatkan kamu saja. Kakak enggak mau kamu kayak Papa, yang menghalalkan segala cara demi mencapai kejayaan." ucap pria itu lagi.

Setelah adegan kepedasan akibat sambal buatan Dimas, kini Nagara dan Getha duduk anteng diatas sofa sambil menikmati siaran pada televisi. Sedangkan Dimas sedang ke supermarket, cowok itu berniat membeli minyak goreng dan bahan makanan lain untuk mengisi dapur Getha yang kosong.

"Makasih atas nasihatnya, Kak." Getha tersenyum kecil, dan senyum itu dibalas oleh sang kakak.

"Sama-sama."

"Jadi, kamu mau kan main ke London? Mama kangen banget sama kamu, Getha." manik matanya menatap penuh harap pada sang adik.

Getha diam tak bergeming.

Nagara menghela nafas. "Kamu enggak usah pikirin Papa, hal itu biar Kakak yang urus. Yang penting kamu mau main kesana, pasti Mama bakal senang banget. Sudah hampir setahun ini Mama terkena gangguan mental." jelas Nagara.

"Mau ya?" lanjutnya lagi.

Getha masih sama seperti sebelumnya, hanya diam tak berniat menjawab.

"Kakak mohon, Ge."

"Oke."

Nagara tersenyum merekah. "Beneran?" matanya menatap Getha.

Gadis itu mengangguk pelan. "Iya."

Nagara membawa Getha kedalam dekapannya. "Makasih ya, Ge. Semoga saja Mama bisa kembali normal setelah ketemu kamu."

Getha mengurai pelukan kakaknya. "Kapan kita ke London?" tanyannya.

"Besok pagi." Nagara tersenyum, sungguh ia tak bisa lagi membendung kebahagiaan sederhana ini.

"Oke."

"Kamu enggak keberatan kan?"

"Enggak."

"Nanti kita kesana pakai privat jet punya kakak."

"Oke."

"Kok ekspresinya datar gitu? kamu enggak senang ya?"

"Senang."

Nagara terkekeh. "Kesel juga ya ternyata kalo di respons begini." gumamnya.

"Eh, Ge. Kamu mau kemana?" bingung Nagara saat Getha tiba-tiba melenggang pergi.

"Mandi."

"Oh."

"Kak Gara enggak mandi?" Getha berbalik, menatap sekilas kakaknya sebelum melanjutkan kembali langkahnya.

"Mandi."

"Nyebelin ih!" Getha menghentakan kakinya kesal, ternyata begini ya rasanya di respons singkat. Sekarang ia jadi membayangkan bagaimana perasaan orang-orang saat ia respons seperti itu.

"Oh."

"KAK GARA!"

"Oh."

"Nyebelin banget sumpah!"

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang