With You - 68

433 23 2
                                    

"Gimana sama keadaan Arga, Dok?" tanya Rey panik, karena jujur saja ia seperti mengulang kejadian beberapa tahun silam dimana saat Arga memberikan satu ginjalnya pada Kylie, ia takut putra semata wayangnya pergi meninggalkan dirinya dan Laura untuk selamanya. Ia sangat takut hal itu terjadi.

"Jadi begini, Pak. Keadaan putra bapak saat ini sangat lemah," jelas dokter Jeon.

Rey mendengarkan dengan seksama, dalam hati ia berdoa yang terbaik untuk kesembuhan putranya.

"Satu ginjal Arga tidak berfungsi dengan baik. Wajah, tangan dan tungkainya pun membengkak. Selain itu diperparah lagi dengan sekumpulan kantong-kantong udara kecil diujung saluran pernapasan paru-paru membengkak dan dipenuhi cairan." jelas dokter Jeon, dan Rey hanya diam mendengarkan.

"Sebenarnya apa penyebab yang membuat putra saya bisa menderita penyakit serius seperti ini, Dok?" tanya Rey sambil mengusap kasar wajahnya.

Dokter Jeon menghela nafas. "Untuk kasus pneumonia yang dialami Arga tentu penyebab utamanya adalah bakteri Steptococcus Pneumoniae yang mana bakteri ini dapat menyebabkan infeksi di unit penukar gas paru-paru alveoli."

"Apa anak saya masih bisa disembuhkan, Dok?"

"Bapak berdoa saja pada Tuhan, agar putra bapak mendapat mukjizat dari-Nya."

Rey menggebrak meja dokter Jeon dengan emosi meluap-luap. "MAKSUD ANDA APA HAH? DASAR DOKTER TIDAK BECUS YA ANDA!!" setelah puas mengeluarkan makian Rey menendang kasar meja dokter Jeon, lalu melangkah keluar dari ruangan dokter berwajah Korea itu, Rey juga menendang daun pintu sambil berdecih sinis.

***

"Duh mommy khawatir banget sama keadaan Arga, daddy juga enggak keluar-keluar dari ruangan dokter Jeon.. kira-kira kenapa, ya?" Laura menggigiti kukunya karena panik.

"Mommy tenang dulu jangan panik kayak gini, positif thingking aja siapa tahu daddy lagi ngobrolin hal lain sama dokter Jeon." Getha mengelus lembut bahu Laura, berharap wanita itu bisa bersikap tenang.

"Kayaknya Om Rey ngamuk deh," Dimas mengintip melalui cela-cela pintu dan jendela ruangan dokter Jeon.

"Jangan ngaco deh, Dim. Itu enggak mungkin terjadi." sahut Getha cepat.

"Beneran, Ge! tadi Om Rey maki-maki dokter Jeon." balas Dimas tak kalah cepat.

"Daddy emang gitu, Ge. Dulu aja waktu Arga mendonorkan ginjalnya untuk Kylie daddy mengancam akan membunuh dokter yang ikut serta dalam operasi Arga.." kini Laura terisak pelan, membuat Getha bingung harus berbuat apa.

"Kok bisa gitu sih, Tan?" tanya Dimas pelan sambil mengusap pelan bahu Laura, cowok itu juga membantu Laura agar duduk dikursi tunggu, sedangkan Getha hanya diam mematung entah memikirkan apa.

Laura mengangguk. "Daddy enggak pernah sekali pun menyalahkan Arga, dia sangat menyanyangi anak satu-satunya. Mungkin hal itu yang membuat daddy mempunyai ambisi untuk membunuh siapa pun yang membuat Arga sakit.." jelas Laura sambil terisak heboh.

"Apa kematian Kylie ada hubungannya sama Om Rey?" gumam Getha yang didengar oleh Dimas dan Laura.

"Ngomong apa sih, Ge?" kilah Dimas. Sedangkan Laura kini sedang mengusapi airmatanya.

"Coba deh lo pikir, Dim. Om Rey berambisi bakal membunuh siapapun yang menyakiti Arga, itu artinya Kylie meninggal karena.." Getha terdiam, gadis itu tak kunjung melanjutkan ucapannya.

"DOKTER BODOH! TIDAK BECUS! DOKTER MACAM APA KAU, HAH?!" Rey keluar dari ruangan dokter Jeon dengan keadaan yang kacau, bahkan saat keluar pun pria itu menendang kasar daun pintu membuat mereka bertiga kaget.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang