With You - 48

385 21 1
                                    

Gambar di atas adalah gambaran rumah Getha yang di tengah hutan itu, ya. Selamat membaca semuanya.

Jangan lupa meninggalkan jejak.

Klik vote + spam komentar.

Semoga hari kalian menyenangkan.

***

Arga mengemudikan mobil dalam diam, sesekali cowok itu mengerem guna memperhatikan lebih detail jalanan dan tempat yang baru saja dia lewati. Ya, saat ini Arga sedang mengunjungi tempat-tempat yang telah Getha singgahi dari rekaman CCTV. Mobil yang Arga kemudi berhenti di pinggiran jalan seberang rumah sakit tempat Getha di rawat.

Arga memakai kacamata hitam, cowok itu juga memakai jeans yang robek di bagian kedua lututnya. Sedangkan outfit bagian atasnya, Arga memakai kaos polos berwarna putih dengan merk Dior yang di lapisi oleh jaket hitam bermerk Gucci. Cowok itu juga memakai kalung rante berbandul gembok berwarna gold, di alis kirinya terdapat tindikan barbel kecil. Rambutnya acak-acakan seperti belum sisiran namun terlihat sangat keren. Rambut Arga berwarna hitam kecoklatan dan sedikit kepirangan.

Arga memperhatikan gedung rumah sakit dari seberang jalan, cowok itu terdiam dan terlihat sedang berpikir.

"Mobil itu melaju menuju supermarket di pinggiran kota," gumam Arga lalu sedetik kemudian cowok itu mengemudikan mobilnya menuju ke tempat tujuan, ke supermarket.

Setelah beberapa menit melewati jalanan dan terjebak macet, akhirnya Arga sampai juga di tempat tujuan. Arga mengerem, memperhatikan bagunan supermarket yang terlihat kumuh dan sepi pengunjung, cat temboknya pun mengelupas dan lantainya berdebu. Arga pun memutuskan untuk turun dan masuk ke bangunan itu. Saat turun dari mobil, Arga melepas kacamatanya dan bergegas menghampiri seorang pemulung tua yang sedang mengorek-ngorek tong sampah di depan area supermarket tersebut.

"Permisi, Pak.. selamat siang." Sapa Arga tersenyum ramah dan sopan.

Pemulung itu berjingkut, dia berbalik dan memperhatikan Arga dari atas sampai bawah, salah satu tangannya menggendong karung besar, beliau juga memakai topi yang sudah lusuh.

"Penampilan kamu seperti anak berandalan geng motor yang suka tawuran dan meresahkan warga sini." Ucap pemulung tua tersebut, datar.

Arga tersenyum kikuk, bingung harus merespons dengan cara apa?

"Um anu, Pak.. saya ingin tanya nih, kok supermarket ini sepi banget, ya?"

"Bangkrut, karena sering kemalingan. Tanahnya juga sudah di sita sama pemerintah, lagian ini daerah pinggiran kota yang kurang tertata. Kenapa anak muda ganteng seperti kamu datang kemari?" Tanya beliau.

Arga tersenyum salah tingkah, malu sekaligus senang di puji anak ganteng.

"Anak saya selalu menjadi buronan geng motor nakal dan selalu menjadi korban kekerasan mereka. Dulu saya itu konglomerat tapi sejak tiga tahun lalu saya jatuh miskin karena di khianati keluarga sendiri. Istri saya menikah lagi dengan pria berduit, sedangkan anak saya di rekrut sekolah rahasia. Karena miskin, saya jadi sungkan untuk menjenguknya di akhir tahun. Sekarang saya hanya bisa menerima nasib jadi pemulung dan hidup sebatangkara di dunia ini." Pria tua itu menghela napas berat.

Arga terlihat sedikit bersimpati.

"Yang sabar ya, Pak." Arga mengusap bahu pria tua itu, cowok itu memberikan senyuman hangat.

"Saya kangen anak saya, mungkin sekarang dia seumuran sama kamu." Pria itu menunduk, menatap bayangan dirinya sendiri dan juga bayangan Arga. Matahari siang ini sangat terik dan menyengat kulit.

"Di sekitaran sini ada restoran nggak, Pak?" Arga kembali bertanya, sopan.

Pria itu mendongak, "Kalo nggak salah sih ada letaknya di ujung jalan sana. Tapi sepertinya restoran itu udah lama tutup, mungkin bangkrut juga karena tidak ada pelanggan. Lagipula tempatnya juga terletak di pelosok, jarang ada turis berlibur kesana."

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang