Brent dikabarkan sudah menyelesaikan urusannya dikantor polisi. Sekarang Getha percaya dengan apa yang diucapkan cowok itu kemarin, jika dirinya kebal hukum. Hal itu memang benar, buktinya saja saat ini cowok itu sedang duduk santai didepan Getha. Sedangkan Kylie? entahlah, belum ada kabar jelas.
"Sekarang gue percaya kalo lo kebal hukum," Getha menatap Brent tidak percaya.
Brent terkekeh. "Bagus deh kalo lo percaya."
"Tapi itu artinya lo enggak akan terjerat hukum walaupun lo melakukan kejahatan suatu saat nanti?" tanya Getha lagi.
Brent mengangkat bahu acuh. "Gue harap sih gitu. Lagian duit gue masih banyak kok." ia terkekeh geli, padahal tidak ada yang lucu sama sekali.
Getha mendengus. "Masih? berarti akan dong?"
"Ya enggak juga," Brent tertawa.
"Lo emang mau banget gitu gue berhenti main-main sama darah?" sebelah alis cowok itu terangkat menatap Getha.
Getha mengangguk.
Brent tersenyum. "Kenapa coba?"
"Ya intinya gue enggak mau lo kenapa-napa, Brent. Enggak selamanya uang bisa menyelamatkan lo dari jeratan hukum. Lo harus sadar, kalo apa yang lo lakuin itu salah."
Brent mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum. "Oke deh kalo gitu. Gue ikutin saran lo."
"Awas ya kalo bohong!" tuding Getha.
"Enggak akan, Getha. Gini-gini juga gue selalu pegang ucapan gue."
"Bagus!"
"Semangat banget," cibir Brent sambil terkekeh.
Getha mendengus kesal. "Lo enggak mau pulang, huh? ini udah mau malam."
"Lo lagi ngusir gue nih ceritanya? gue jauh-jauh dari Wellington ke London cuma mau hadirin acara ulang tahun lo doang lho, Ge."
Getha memutar bolamata jengah. "Siapa suruh kesini coba, lagian siapa yang ngundang lo kesini sih?"
"Nagara sama Pusaka. Kebetulan bokap gue teman bisnisnya Pusaka." jelas cowok itu.
"Lo tuh ya enggak sopan banget! manggil nama orang yang lebih tua enggak pake embel-embel!"
Brent terkekeh. "Biasa kali. Lo mah masih terbawa budaya ketimuran, Ge."
"Lo kapan pulang sih?" Getha melirik sinis Brent yang sedang memakan cemilan yang tersaji diatas meja dengan sangat santainya.
"Dari Wellington ke London lumayan jauh lho, Ge. Dan itu juga ngeluarin duit yang enggak sedikit. Masa iya gue malam ini nginep di hotel, lha wong mansion punya bokap lo ini juga gede, masih muatkan buat nampung gue?"
"Katanya orang kaya yang banyak duit, kok enggak kuat sewa hotel sih?" cibir Getha.
Brent memutar bolamata malas, cowok itu bangkit berdiri dari posisi ternyamannya. "Iya iya gue pulang, selamat malam."
"Hm."
"Lo enggak mau ngupain apa gitu, Ge? kayak selamat malam juga atau apa kek, hati-hati dijalan ya Brent. Parah ya lo!"
"Udah sana pulangggg."
"Bener-bener ya lo!" Brent mengusap dada dramatis.
"Hati-hati dijalan ya Brent, semoga sampai ditujuan dengan selamat." ucap Getha dengan suara dan raut wajah yang terlihat sangat dipaksakan.
Brent terbahak. "Ya ya ya.." dan cowok itu pun melangkah keluar.
Getha menghela nafas, gadis itu menyenderkan kepalanya pada kepala sofa sambil memejamkan matanya. Ia mengingat kilasan pestanya kemarin yang sedikit berantakan karena aksi saling serang antara Kylie dan Brent. Selain itu, Getha juga masih tidak menyangka jika sahabat-sahabat masa SMAnya hadir diacara ulang tahunnya kemarin. Ya walaupun kini, mereka semua sudah kembali ke tempatnya masing-masing. Terkecuali Mikha, Metha dan Fandi yang memang sedang berkuliah di London. Dimas juga sudah dikabarkan kembali ke New York, sedangkan Arga? entahlah, ia tidak tahu dimana keberadaan cowok itu setelah pestanya usai kemarin malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Teen Fiction[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...