"Ini semua gara-gara lo, Met! Andai waktu itu lo nggak ngizinin Arga pergi, mungkin sekarang masalah ini nggak akan seribet ini." Keluh Rica.
"Kenapa lo jadi melimpahkan semuanya ke gue sih, Ca?" Metha memprotes tidak terima, menurutnya Rica sangatlah tolol jika terus menerus menyalahkan-nya seperti ini.
"Jelas! Kalo lo saat itu memberi ketegasan sama Arga untuk nggak menelusuri masalah ini sendiri, team kita sekarang masih dalam keadaan utuh. Jadiin ini sebagai pembelajaran buat lo untuk ke depannya, Met."
"Nggak usah banyak bacot,"
"Lo kok nyolot sih, Met? Gue dari tadi ngomong santai aja loh padahal."
"Ingatan lo buruk atau gimana? Jelas-jelas sejak awal nada bicara lo kayak seolah-olah mancing war."
"Udah-udah, kalian nggak usah ribut." Jasmine melerai perdebatan dua remaja cewek itu dengan lembut.
"Ini sudah tepat 24 jam kita hilang kontak sama Arga," Ujar Dimas sambil menatap deretan data yang sudah dia akses di layar komputer miliknya.
"Kak Gara, apa keberadaan Arga sudah bisa di lacak sama sistem kita?" Urel bertanya dengan suara pelan.
Nagara menggeleng, "Belum."
"Terus gimana dong, Kak?" Emil yang sedang rebahan di sofa melirik Nagara yang sedang sibuk mengetik.
"Mikir," jawab cowok itu lugas.
Kevin terkekeh, cowok itu menggaplok perut Emil, kebetulan dia sedang duduk lesehan di karpet bulu. "Gue sih males banget kalo tanya ke Kak Gara, bikin darah tinggi aja." Bisik Kevin pada Emil yang sebenarnya di dengar jelas oleh sosok yang di bicarakan-nya.
"Lo ngomong apaan sih, Anjir? Nggak denger gue," Keluh Emil sambil menggulir layar ponsel dengan serius.
"Kevin bilang, dia merasa malas kalau bertanya ke saya, katanya bikin darah tinggi. Kurang lebih tadi dia berbisik seperti itu ke kamu," Sahut Nagara.
Kevin tersedak saliva-nya sendiri, terkejut bukan main sedangkan Emil tertawa kencang melihat raut terkejut Kevin yang menurut-nya cukup menghibur di suasana genting seperti ini. Kevin pun semakin gelagapan saat Nagara menatap datar nan dingin ke arahnya dengan ekspresi yang flat.
"Ampun, Kak. Tadi gue cuma bermaksud iseng bercanda doang kok sama Emil," Kevin secepat mungkin memberikan klarifikasi versi-nya.
"Ya." Balas cowok itu lalu kembali fokus serius berkutat dengan laptop.
"Dingin banget sih, Anjir." gumam Kevin berbisik pada dirinya sendiri.
"Dim?" Tiba-tiba Mikha yang sejak tadi anteng menyimak, mendadak memanggil nama sang pemilik rumah. Ya, saat ini mereka masih menjadikan kediaman Dimas sebagai tempat berkumpul seperti saat ini contohnya.
"Ya, ada apa, Mik?"
"Suhu AC tolong di turunin,"
"Lo kedinginan?" Sahut Fandi.
"Nggak," balas Mikha.
"Lah, terus gimane tuh maksudnya?" Kevin menatap konyol raut Mikha.
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu pun diam menyimak guna menunggu balasan Mikha.
"Kan tadi lo yang bisik-bisik kedinginan, gimana sih lo?" Mikha menyorot datar ke arah Kevin.
"Lah, Anjir?" Kevin nge-blank.
"Bolot," gumam Mikha lalu kembali sibuk menggulir layar laptop miliknya, dengan maksud dan tujuan ingin membantu menemukan sang sahabat yang sudah lama tak ada kabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Teen Fiction[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...