Beberapa menit sebelum Arga melihat keberadaan Getha di dalam mansion.
"Yo, yo.. mati!" Heboh Kevin sambil menekan-nekan layar ponsel miliknya.
"Payah lo, Pin." Fandi mengejek sinis.
"Ulang-ulang! Gue tau kalian main curang. Masa iya gue kalah, yaelah."
"Nggak terima kenyataan banget lo, Pin. Kalah ya kalah aja nggak usah ngeyel." damprat Emil ikut berujar.
Dimas tergelak, "Sekeras apapun usaha lo buat ngulang, tetap yang bakalan menang bukan lo, Pin." Kelakar Dimas.
"Kurang ajar lo, Dim. Sombong amat."
Kevin misuh-misuh tidak jelas, cowok itu bangkit berdiri hendak pergi.
"Oy, mau kemana lo?" Fandi tertawa melihat sahabatnya ngambek.
"CAPEK GUE MAIN SAMA KALIAN! MENDING GUE GABUNG GHIBAH SAMA CIWI-CIWI. BYEEEE!" balas Kevin sambil mengibas rambut pendeknya dengan gerakan gemulai.
Semuanya tertawa kecuali Arga yang sedang memperhatikan sesuatu.
Sepeninggal Kevin, Fandi dan Emil masih saja tertawa terbahak-bahak.
Dimas yang menyadari sesuatu pun segera berganti duduk di samping Arga. Cowok itu menyentuh pundak Arga sambil berdehem pelan. "Lo lagi ada masalah? Ada yang mau di ceritain? Jangan sungkan buat cerita, Ar. Kita sudah lama berteman, kan?"
Arga tersentak, cowok itu langsung menggeleng spontan sambil mengulum senyum tipis pada temannya.
"Gue gapapa, cuma agak mules aja." Balas Arga sambil menyengir polos.
"PANTESAN DARI TADI DIEM-DIEM BAE, TERNYATA LAGI CIPIRIT LO."
Sontak ucapan Emil yang lantang itu membuat Dimas dan Fandi terbahak.
Sedangkan Arga hanya menyengir polos, terpaksa ia harus berdusta.
"Yaudah deh, gue ke toilet dulu."
"Sana cepetan!" Fandi mengibaskan tangan sambil meredakan tawanya.
"Pantesan dari tadi gue nyium bau tai, ternyata lo lagi ngeden di celana. Sana cepetan ke WC oy, elah.. cepetan!" Ujar Emil sambil menjepit hidungnya dengan dua jari, cowok itu mendorong-dorong pundak Arga agar segera pergi membuang hajat ke toilet.
Sekali lagi, ocehan Emil mampu membuat Fandi dan Dimas tertawa.
Arga pun segera beranjak pergi dari sana dengan langkah terbirit-birit.
***
Arga segera masuk ke dalam lift, tujuannya adalah ke lantai tiga. Cowok itu sangat yakin kalau dirinya tidak salah lihat. Arga sangat yakin kalau dirinya melihat Getha Nathalia.
Sekarang Arga harus menunggu di tikungan lorong, lantai tiga. Cowok itu berniat ingin memblokir jalan Getha.
Sekarang Arga harus secepatnya sampai kesana, sebelum Getha datang lebih dulu. Entah hal apa yang sedang gadis itu lakukan, yang jelas Arga berfirasat jika Getha sedang melakukan hal di luar kendali dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Ficção Adolescente[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...