Stevano menggeram marah, kilat matanya memancarkan kemurkaan. Saat ini ia sedang berada di ruang kerjanya di rumah Ferondy, mengecek brankas dan beberapa hal tersembunyi yang ada di ruangan privat itu.
Tidak mau membuang waktu lama, Stevano segera keluar dari sana dan bergegas untuk menemui anaknya.
Tiba di foyer, Stevano memelankan langkah kakinya dan memperhatikan sekitar, Alfred dan Netha nampaknya sudah memasuki kamar mereka. Para pelayan juga agaknya sudah memasuki waktu istirahat, jadi ia bisa secepatnya mungkin mencari putranya, Ferondy.
Mencari keberadaan Fero bukanlah hal yang sulit, jadi Stevano saat ini sudah berdiri di depan kamar anak dan juga menantunya. Pria tua itu mengetuk dengan pelan beberapa kali, hingga akhirnya Ferondy datang untuk membuka pintu, Fero nampak terkejut namun di satu sisi terlihat paham dengan kedatangan mendadak orang tuanya, jadi dia segera keluar dari kamar dan berjalan di belakang Stevano, mengikuti bagaikan ekor.
Stevano menghentikan langkah tepat di depan kolam ikan yang ada di samping rumah, penerangan lampu disana tampak remang-remang dengan gerimis dan sepoi-sepoi angin yang mengudara menerpa dua manusia yang sedang berdiri disana.
"Siapa saja yang kamu beri akses untuk masuk ke semua ruangan yang ada di rumah ini?" Stevano menatap tajam, kedua tangannya terlipat di belakang. Hembusan dinginnya angin malam, membuat Fero menggigil, apalagi di tambah dengan intonasi suara dan raut Stevano yang membuatnya menciut.
Pendengaran Fero tidak fokus karena suara gemercik hujan semakin besar di tambah dengan sambaran petir, ranting-ranting pohon di taman rumah pun saling bergesekan dan menimbulkan suara yang berisik.
"Fero, jawab Papa!" Bentak Stevano.
Fero terkejut, "Hanya keluarga kita."
Stevano menyeringai sinis, "Sebutkan siapa saja yang kamu anggap sebagai keluarga?" Ia bertanya menuntut.
"Papa, saya dan Rosa berserta kedua putri kami." Fero menjawab santai.
"Kedua putri?" Stevano tertawa sinis, "Seingat saya, Rosa hanya melahirkan satu kali karena pengangkatan rahim."
"Pa!" Fero tidak suka jika sang papa membahas-bahas perihal rahim Rosa.
"Kenapa? Kamu tidak mau menerima fakta jika rahim istri mu bermasalah karena perbuatan mu sendiri?" Stevano tertawa mengejek, sedangkan Fero mengepalkan tangan, tinjunya siap melayang bebas kapan pun.
"Lalu kamu dengan bodohnya memungut anak penyakitan itu yang ternyata anak biologis dari rival bisnis papa mu, sendiri?" Stevano tidak habis pikir, "Kamu bahkan mau mengeluarkan banyak uang untuk kesembuhan anak itu, namun kini? Apa yang kamu dapatkan, Fero? Anak itu bahkan pergi meninggalkan kamu tanpa tahu membalas budi." Ujarnya.
"Pa!" Batas kesabaran Fero sudah mencapai puncak, ia ingin menghajar namun berusaha untuk menstabilkan emosinya yang kini meluap-luap.
Stevano menatap murka pada putranya, "Kamu harus bertanggung jawab, Fero!" Serunya dengan nada menuntut penuh perintah.
"Tolong bicara yang jelas dan jangan berbelit-belit, cepat sebutkan pertanggungjawaban seperti apa yang Papa inginkan dari ku?" Balasnya.
"Anak pungut mu itu telah mencuri sesuatu yang berharga milik ku!" Stevano menggeram, tangannya mengepal lalu menarik kera baju Fero. "Cari anak itu dan bawa dia ke hadapan Papa secepat mungkin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Fiksi Remaja[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...