With You - 11

1K 52 7
                                    

"Rel, gue minta maaf atas kejadian kemarin. Mungkin gue udah buat lo takut sama gue. Sama lo juga Ca, makasih udah bantuin gue kemarin." Dimas berujar serius pada Urel dan Rica yang saat ini sedang duduk di bangku panjang di depan kelas.

Rica menatap Dimas penuh selidik. "Atas dasar apa lo minta maaf sama kita?" gadis itu bersedekap dada.

Dimas menghela napas. "Atas dasar kehilafan gue kemarin, yang udah bentak dan ngatain kalian." ucapnya.

"Udah di maafin, kok." Aurelia berujar gugup, gadis itu menunduk malu-malu.

Dimas tersenyum. "Makasih."

"Lo di suruh Getha, Dim?" Rica bertanya saat Dimas berbalik badan.

"Nggak, malah dia yang sekarang marah sama gue gara-gara kejadian kemarin!" Dimas menghela napas.

"Getha marah sama lo? kenapa?" Rica bertanya menuntut, berbeda dengan Aurelia yang terus saja menunduk.

"Gara-gara gue marah sama kalian." setelah mengatakan kalimat itu, Dimas langsung melenggang pergi darisana.

"Kita harus minta maaf sama Getha, Ca, karena udah pojokin dan salahin dia di group." Aurelia menatap Rica.

Rica mengangguk setuju, "Iya."

***

"Hai Getha?" Arga menyapa ramah. Cowok itu menghampiri Getha dan Mikha yang sedang anteng membaca buku di bangku perpustakaan sekolah.

Getha mendongak. "Hai." balasnya dengan raut wajah dan sorot malas.

"Boleh gue gabung duduk di sini?" tanya Arga dengan senyum menawan.

"Emang ada Undang-Undang yang ngelarang lo duduk dibangku ini?" Getha balas bertanya tanpa menatap rupa tampan cowok blasteran itu.

Arga terkekeh. "Ya siapa tahu aja, lo risih kalo gue gabung duduk di sini."

"Eh, Ge! gue ke toilet dulu ya. Kebelet nih!" tiba-tiba saja Mikha menaruh kamus Bahasa Jerman ke atas meja, lalu berlari ke luar perpustakaan.

Belum sempat Getha menjawab, Mikha sudah berjalan jauh. Padahal tadi Getha ingin bilang ikut. Karena sejujurnya, Getha sedikit salah tingkah saat duduk berdekatan dengan Arga.

"Temen lo suka baca buku Bahasa gini?" Arga bertanya sambil mendudukkan diri di bangku kosong bekas tempat duduk Mikha tadi. Cowok itu juga membolak-balik buku yang barusan di baca oleh Mikha.

"Menurut lo?" Getha tetap fokus pada buku di tangannya. Sebenarnya Getha sangat canggung duduk beriringan dengan Arga seperti ini. Tapi dia berusaha untuk terlihat stay cool.

"Kayaknya lo hobi nanya balik kalo di tanya!" Arga terkekeh, menatap Getha yang sedang serius membaca. Cowok itu bertopang dagu, menampilkan senyuman super tampan pada Getha.

Getha mengangkat bahu. "Jangan berisik!" tegurnya dengan nada datar.

"Baca apaan sih? kayaknya asik banget." Arga menengok buku yang Getha baca, berniat ingin menempelkan dagunya dipundak Getha. Namun Getha langsung menggeser bangku duduknya, melihat reaksi spontan gadis itu membuat Arga terkekeh lalu kembali bertopang dagu menatap wajah imut Getha yang sedang fokus membaca sebuah buku.

"Dibilang jangan berisik juga!" Getha berujar kesal sambil menggeser posisi duduknya. Getha mulai salah tingkah.

Arga terkekeh. "Lo tuh aneh banget."

Getha mendongakan kepala, menyorot Arga malas. "Ada juga lo yang aneh!" balas Getha judes dengan raut datar.

"Gue tahu rumah lo di depan rumahnya si Dimas, kan? kamar lo di lantai dua bukan? yang balkonnya berhadapan sama balkon kamarnya Dimas?" cerocos Arga tanpa jeda.

Kini Getha memfokuskan matanya pada Arga. "Lo tahu dari mana?"

Arga tertawa, "Nggak penting gue tahu dari mana. Yang terpenting itu, lo udah ambil bunga dibawah jendela kamar lo apa belum?" perjelas Arga sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Hah?" Getha cengo.

"Muka lo lucu kalo lagi kaget kayak gitu," Arga menunjuk wajah Getha, terkekeh geli sambil menunduk.

"Maksudnya?" tanya Getha masih dengan keterkejutan yang melanda.

"Nggak ada maksud." Ujarnya. "Gue duluan ya, dipanggil Emil suruh gabung ke kantin sama yang lain." cowok itu berlalu pergi setelah tadi mengecek ponselnya sebentar.

Getha hanya bengong menatap kepergian Arga, "Apa mungkin dia itu sebenarnya dukun sakti dari planet lain yang lagi transit ke bumi?" Getha mulai bergumam ngawur, kedua matanya menatap lekat punggung kekar Arga yang sedang melangkah ke luar dari ruang perpustakaan.

"Woy, Ge. Dipanggil sama Pak Hiu tuh dilapangan basket." tiba-tiba saja Rogi berlarian masuk ke dalam perpustakaan, cowok itu berjongkok disamping bangku Getha. Mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

Getha menatap Rogi tajam. "Gue nggak bakal percaya sama lo lagi Rog!"

Rogi berdecak. "Gue serius, Ge. Nggak percayaan banget sih!" katanya nyolot.

"Gimana gue mau percaya, kemarin aja lo ngerjain gue!" kilah Getha cepat.

Rogi menggaruk rambut belakang kepalanya yang sedikit berketombe. "Hehe beda judul
itu mah." balasnya sambil cengegesan.

Getha berdecak. "Sama aja!"

"Yaelah nggak percayaan banget sih lo, gue nggak lagi bohongin lo kok." cowok itu semakin nyolot pada Getha.

"Bodo. Udah ah sana, ganggu gue aja."

"Yeeew.. masih untung gue kasih tahu juga, dasar!" Rogi pun berlalu pergi keluar dari perpustakaan. Sebenarnya tingkah Rogi yang tadi itu cuma modus saja, karena semenjak mereka satu kelas saat kelas sepuluh. Rogi sudah jatuh cinta pada pesona Getha, tapi sampai saat ini Rogi masih kurang percaya diri jika harus mengungkapkan perasaannya itu. Apalagi ditambah dengan Getha yang selalu dikelilingi oleh cowok-cowok tajir, tampan dan populer disekolah. Sebut saja mereka Dimas dan para sahabatnya yang lain, walaupun Rogi juga tau kalau hubungan mereka hanya sebatas saudara dan sahabat.

Getha menghela napas, lalu kembali membaca bukunya dengan tenang.

Ting!

Getha mengambil ponselnya dari saku seragam sekolah, mengecek siapa yang  baru saja mengirim pesan padanya.

"Nomor tidak di kenal?" Getha mengerutkan dahi, fokus menatap layar ponselnya yang berlogo apel.

Semoga lo suka sama bunga nya.

Getha semakin mengerutkan dahi, tingkat penasarannya sekarang semakin tinggi. Tanpa berniat membalas, Getha mematikan ponselnya dan kembali membaca.

Tanpa Getha sadari, sejak tadi Arga berdiri dibelakang salah satu rak buku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari posisi Getha duduk. Cowok blasteran Jerman itu pun tersenyum manis menatap Getha, samar-samar Arga bergumam pelan. "I love you, Getha."

***

Thx.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang