With You - 16

867 33 7
                                    

Gadis dengan nama lengkap Jessica Angelina Megabarta Fellycia, akrab di sapa Felly. Adalah si pelaku yang tadi menendang pintu saat pemilik sekolah sedang berbicara didalam kelas.

Erza melotot, ia tidak pernah menduga bahwa kejadiannya akan seperti ini. Karena terlanjur malu, Erza menundukan kepala. Reputasi kelasnya akan anjlok, padahal Erza sudah semaksimal mungkin membangun citra baik agar kelasnya mendapat gelar 'kelas unggulan' dari semua jurusan yang ada supaya tidak menjadi bulan-bulanan dan bahan ledekan lantaran para muridnya yang nakal-nakal. Karena Erza ingin menunjukan pada jurusan lain kalau jurusan IPS tidak seburuk yang jurusan lain bayangkan, jurusan IPS itu sangat menyenangkan dan seru sekali.

"Siapa yang mengizinkan kamu duduk?" Arvan bertanya tegas, menatap Felly yang kini masuk ke dalam kelas tanpa salam sama sekali.

Felly membalas tatapan Arvan, lalu cewek dengan mental baja itu berdiri dari bangkunya. "Lalu saya harus apa?" tanyanya percaya diri, raut wajahnya lempeng dengan sorot mata yang seolah menantang untuk ribut.

"Berdiri di depan!"

Tanpa menunggu perintah untuk yang kedua kali, Felly langsung saja menurut apa yang Arvan perintahkan barusan.

Arvan berdiri dari duduknya. "Ini adalah contoh tidak baik yang tidak boleh kalian tiru, mengerti?" tegasnya.

"Mengerti, Pak." balas semua murid yang ada dikelas XI IPS-1 kompak.

"Felly! ikut saya ke kantor," Arvan menarik pergelangan tangan gadis itu, namun respons yang Arvan dapat adalah tangkisan kasar dari Felly.

Seisi kelas hanya diam menyaksikan. Metha maupun Rica keduanya bungkam, dimata mereka semua Arvan seperti sudah mengenal lama seorang Fellycia Megabarta yang berutal.

***

Kabar tentang pertengkaran sengit antara Felly dan pemilik sekolah beberapa jam yang lalu kini sudah tersebar luas ke semua penjuru sekolah. Bahkan para guru pun tidak bisa apa-apa, karena Arvan melarang tegas bagi siapapun yang berani mengeluarkan Fellycia dari sekolah.

"OMG!! gue nggak nyangka banget kalo Felly berani ngelawan pemilik sekolah! mentalnya terbuat dari baja atau apa sih? kok bisa ya seberani itu." heboh Urel, sambil menuangkan saus pada bakso langganan yang baru dibelinya pada penjual kantin. Mereka semua berkumpul dimeja yang sama, makan sambil berbagi beragam cerita.

"Bukannya dia udah biasa ya ngebangkang kayak gitu?" sahut Getha.

"Gue pernah sekelas sama dia waktu kelas sepuluh. Felly emang kayak gitu orangnya, cuma ya agak mendingan waktu kelas sepuluh sih, karena waktu itu si Felly sering dinasehati sama sahabatnya dan tahun lalu sahabatnya pindah ke Jepang, jadi sekarang nakalnya lumayan terlalu parah." Metha mengucapkan argumen.

"Bukannya elo juga sahabatan ya Met, sama dia?" seloroh Rica dengan suara khasnya yang heboh dan cempreng.

Metha melotot. "Gue emang kenal deket sama dia, tapi ya cuma sekedar teman nongkrong doang, nggak lebih. lagian nih ya, Felly itu orangnya tertutup banget sama lingkungan. Gue nggak tau dia punya trauma atau gimana." perjelas Metha sambil mengaduk jus alpukatnya menggunakan sedotan.

Rica tertawa meledek. "Heleh! teman nongkrong apaan sih, Met? orang gue sering lihat lo sama komplotan lo itu tawuran bareng Felly sama gengnya." Rica mulai mengompori Metha.

Metha mengibaskan rambutnya ke belakang. "Heh sambel, ngaca dong kalo ngomong! bukannya elo juga mantan cewek nakal kayak gue?" Metha mengusung senyuman sinis.

Rica kikuk. "Ya itukan dulu, Meti!"

Urel tertawa ngakak begitupun dengan Getha dan Mikha. Setelahnya mereka berlima fokus menyantap makanan.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang