With You - 47

453 23 3
                                    

Tlak.

Getha terbangun, gadis itu menyalakan saklar lampu di samping ranjang. Saat ini sudah larut malam, Getha terbangun karena tenggorokannya terasa kering. Getha menegak setengah gelas air putih yang tergeletak di atas nakas lalu duduk menyender di kepala ranjang, gadis itu diam melamun, menikmati keheningan.

Di tengah-tengah lamunan, tiba-tiba saja bayangan Arga terbesit dalam benak Getha. Gadis itu sekarang merasa tidak tenang, pikirannya kali ini di dominasi oleh sosok Reygan Argara. Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan situasi ini?

"Arga?" Getha mencicit pelan, rambut acak-acakan dan muka bantalnya terlihat sangat natural dan menggemaskan, best visual sekali.

"Kenapa jadi kepikiran Arga?"

"Gimana kabar dia selama beberapa bulan ini? Terakhir ketemu kalo enggak salah sih di kantin rumah sakit. Kira-kira dia sekarang lagi mikirin aku enggak, ya?" Gumamnya pelan.

"Huft, jangan mikir ngawur dong." Getha menepuk kepalanya cukup keras, "Dia bahkan terlalu indah untuk menjadi nyata," Ujarnya berbicara monolog pada diri sendiri, lalu teringat bagaimana sosok Arga tersenyum dan bertingkah random di hadapannya. Ini perasaan yang sulit untuk di artikan, dan Getha pun tidak mau repot-repot untuk memikirkan. Karena dirinya merasa asing dengan semua yang ia rasakan belakangan ini, dan dia takut untuk memikirkannya lebih dalam. Jadi membiarkannya mengalir seiring berjalannya waktu, terasa melegakan.

Getha menghela napas berat, kondisi kamarnya saat ini remang, sunyi dan juga dingin. "Perempuan mana yang akan beruntung menjadi pasangan hidup Arga, ya? Eh, kok gue jadi mikir semakin ngawur sih? Ya ampun."

Getha kembali berbaring, meringkuk menghadap ke samping sambil memeluk guling. Sebelum terpejam gadis itu mematikan saklar lampu terlebih dahulu lalu setelahnya tidur.

***

Deg.

"Kok deg-degan banget sih?" Arga menyentuh dadanya, tadi cowok itu ketiduran saat sedang bermain laptop. Sekarang sudah dini hari, cowok itu tiba-tiba saja terbangun.

Arga melamun, menatap kosong ke tembok kamarnya yang kokoh.

Tiba-tiba saja bayangan Getha melintas di pikirannya, sosok Getha tersenyum sambil menyibakan rambut lurusnya yang terkena sinar matahari. Sekarang bahkan Arga sedang senyum-senyum sendiri menatap tembok, terlihat seperti orang tidak waras yang keracunan cinta. "Gue kangen banget sama Lo, Ge. Apa ini tanda kalo Lo juga merasakan apa yang gue rasakan?"

Sekarang, Arga senyum-senyum lagi. Membayangkan sosok Getha membuat Arga merasa sangat bahagia.

"Lelaki paling beruntung mana yang akan menjadi pendamping hidup Lo, Ge?" Arga mencicit pelan, lalu menunduk melihat lantai dan terkekeh.

"Semoga aja kita berjodoh. Besok pagi gue akan mengunjungi tempat-tempat yang ada di rekaman CCTV itu. Semoga aja ini langkah awal supaya kita bisa ketemu lagi, kalo hati kita sefrekuensi gue yakin kita bakalan ketemu."

Bruk.

Arga melompat ke atas kasur, posisi cowok itu tengkurap. "KOK GUE BAHAGIA BANGET SIH MIKIRIN LO, GE?! GUE DEG-DEGAN DAN SEKARANG PERUT GUE AGAK MULAS." Teriak Arga dengan suara yang terdengar berisik.

"Jadi enggak sabar nunggu pagi, kenapa sih pagi tuh lama banget? Mau pergi sekarang tapi pasti risikonya besar, gue setengah sadar gini, mana mungkin nyetir perjalanan jauh, yang ada nanti nabrak. Tidur lagi aja deh. Selamat malam, Ge. Kita pasti akan ketemu."

***

"Selamat pagi, Getha!" Sapa Aliena dan Aston ramah dan ceria seperti biasa. Mereka berdua terlihat sangat rapi dan segar memakai seragam BIS.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang