With You - 60

345 18 0
                                    

Mansion kediaman Clinton terletak jauh dari pemukiman warga umum. Gatha harus berjalan kaki berjam-jam menyusuri hutan kecil yang ada di belakang pagar tinggi yang mengelilingi mansion. Apalagi sejak tadi Getha tidak melihat adanya kendaraan yang seharusnya memang menunggu kedatangan Getha.

Tidak ada sedan hitam, juga tidak ada laki-laki yang memakai topeng anonym. Semuanya tampak berjalan begitu cepat dan Getha merasa di abaikan dalam misi yang tujuannya tidak sepenuhnya Getha ketahui.

Getha sudah beberapa kali menghubungi siapapun melalui earpiece, namun tak ada balasan.

Alhasil, sejak tadi Getha terus saja berjalan kaki seperti orang linglung. Cewek itu juga menggendong tas yang terlihat menyembul besar, karena di dalamnya terdapat koper curian.

Getha tidak tau apa isi dari koper itu, tugasnya hanya mengambil koper itu lalu menyerahkannya kepada Nana.

Getha menghela napas. "Halo, siapapun disana, tolong kirim bantuan. Saya sudah mengambil barang yang di perintahkan Nana. Saya sudah berjalan kaki sejak tadi, lalu selanjutnya hal apa yang harus saya lakukan?" Ujar Getha dengan nada suara putus asa, langkah gadis itu semakin melambat, kelelahan.

Sret.

Sedan hitam tiba-tiba datang, berhenti tepat di samping Getha. Hal itu lantas membuat Getha terkejut, apalagi saat dua orang pria keluar dari mobil dan menutup kepala Getha hingga matanya tak mampu melihat. Setelahnya, Getha merasa dirinya di bawa masuk ke dalam mobil, dan mobil terasa melaju dengan cepat. Suasananya hening dan menegangkan, Getha sampai berkeringat dingin dan ketakutan.

"Jika boleh saya tahu, saya akan di bawa kemana?" Getha memberanikan diri untuk bertanya, sekalipun kini pandangannya terasa gelap gulita.

"Diam dan jangan banyak bertanya," sebuah suara menyahut dengan dingin.

Tas yang ada di punggung Getha telah di ambil, kedua tangan Getha pun kini di ikat ke belakang. Sedetik setelahnya, Getha merasa ada tangan besar yang membekap hidungnya. Tidak lama setelah itu, Getha merasa pusing dan mengantuk dalam waktu bersamaan.

***

"Netha masih belum bangun juga," Alfred, suami Netha terlihat khawatir.

Fero yang berdiri di samping menantunya pun menepuk pelan bahu Alfred, "Itu hal yang biasa terjadi pada wanita hamil, Al. Tidak perlu khawatir," Ujarnya sembari menyunggingkan senyum hangat.

"Tapi, Pa. Aku merasa memiliki firasat buruk pada istriku, aku pikir tidak ada salahnya memanggil dokter, kan?"

Tiba-tiba Rosa datang bersama pria parubaya yang memakai jas putih. Ia adalah seorang dokter, Rosa membawa dokter tersebut masuk ke dalam kamar Netha. Fero dan Alfred yang semula berdiri di depan pintu, kini mulai melangkah masuk ke dalam. Ketika dokter mulai memeriksa kondisi Netha, Alfred terlihat sangat mencemaskan istrinya. Melihat bagaimana perhatian menantunya itu, Rosa tersenyum haru.

"Mama rasanya bangga memiliki menantu seperti kamu, Al. Mama harap sampai kapanpun kamu akan terus mencintai Netha. Terima kasih sudah mencintai putri Mama dan Papa." Ini adalah suara Rosa, mendengar itu Fero pun tersenyum.

"Dulu hanya kita berdua yang khawatir jika Netha kenapa-kenapa, sekarang Netha sudah menikah. Waktu berputar dengan cepat, kita bahkan sebentar lagi akan memiliki cucu." Balas Fero terhadap istrinya.

Alfred tersenyum mendengar percakapan mertuanya. Pria itu segera bertanya setelah dokter terlihat sudah selesai memeriksa istrinya, Netha.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?"

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang