With You - 61

342 20 3
                                    

Gubrak.

Getha meronta, jika tidak salah menghitung, Getha sudah terikat duduk di kursi selama dua jam. Matanya di tutup dengan kain, berikut dengan tangan dan kakinya.

"Nana, kenapa saya di perlakukan seperti ini? Misi semacam apa yang sebenarnya sedang saya lakukan?" Getha berujar berani sekalipun nyalinya saat ini sedang menciut.

Setelah hening beberapa detik, suara seorang pria akhirnya menginterupsi.

"Nana sedang ada urusan. Diam lah, setelah ada kabar lanjutan, ikatan mu akan ku lepas." Kira-kira begitulah balasan dari pria yang wujudnya tidak dapat Getha lihat itu. Tidak lama setelah itu, Getha merasakan jika mulutnya di tutup dengan lakban.

Seketika, Getha teringat dengan percakapannya dengan Nana tempo itu. Ayah Nana, di kambing hitam kan oleh kedua keluarga Getha, bahkan sosok Kennedy pun secara tidak langsung pernah terlibat konflik dengan orang tua kandungnya. Lama merenung, Getha seketika mendapatkan kesimpulan yang masuk akal, apa mungkin saat ini Nana sedang melakukan balas dendam? Bisa saja kan Getha di jadikan umpan sekaligus alat untuk membalaskan dendam pribadi Nana? Semua itu terasa masuk akal bagi Getha, tapi setelah Getha ingat-ingat kembali, jika tidak salah, Nana hanya membutuhkan bantuan Getha karena ia memiliki akses di dua keluarga kaya itu.

Entah bagaimana kebenarannya? Semua pihak merasa benar dengan sudut pandangnya masing-masing, dan Getha merasa sedih sekaligus bingung karena harus terlibat dengan persoalan yang tidak dirinya ketahui.

***

Situasi di kediaman mewah Ferondy Clinton terasa tegang setelah Tuan Besar -- Stevano Clinton -- tiba-tiba datang berkunjung ke rumah itu. Pria lansia dengan perawakan kekar itu melangkah memasuki rumah putranya dengan langkah elegan, lalu duduk di kursi setelah di persilahkan oleh satu satu seorang pelayan disana.

"Selamat datang, Pa. Bagaimana kabar mu?" Fero menyambut orang tuanya dengan senyuman ramah, lalu mereka berdua saling berjabat tangan dan saling melemparkan lelucon ringan.

"Baik, kabar Papa selalu baik." Stevano membalas basa-basi putranya.

"Saya akan menyiapkan sambutan yang layak jika Papa memberitahu ku akan berkunjung kemari." Ujar Fero, setelah terjadi hening di antara mereka. Sifat arogan papanya tidak pernah berubah, sejujurnya hal itu cukup membuat Fero jengah.

"Tidak apa-apa, anak ku. Papa kemari karena ingin menjenguk kondisi cucu Papa." Stevano membalas hangat, namun aura kesombongannya masih terlihat jelas, "Papa dengar ada penyusup yang masuk ke rumah ini, apa benar?" Pria tua itu bertanya.

Fero menarik napas, "Apa yang Papa dengar itu benar. Namun Papa tidak perlu khawatir, karena kondisi Netha dan janinnya baik-baik saja." Balasnya.

Stevano mendengus, "Sebenarnya kamu ini kepala keluarga macam apa, Ferondy? Menjaga lingkungan rumah tetap aman saja kamu tidak becus."

Fero menunduk, merasa bersalah sekaligus malu bercampur menjadi satu. "Maafkan saya, Pa. Ini terjadi di luar kendali saya, untuk selanjutnya saya berjanji akan memperketat penjagaan di rumah ini dan hal-hal buruk semacam itu tidak akan terjadi lagi." Ujarnya bersungguh-sungguh.

Stevano menyeringai sinis menanggapi pernyataan anaknya, "Kamu bahkan lebih cocok menjadi politisi daripada menjadi pengusaha." Yang tidak lain, ini adalah kalimat hinaan atas kinerja Fero yang di anggap buruk dan minim kontribusi di bisnis yang Stevano miliki. Fero di anggap hanya bisa berjanji namun nol dalam hal eksekusi, dan Stevano tidak menyukai hal tersebut di dalam diri putranya.

Terjadi kecanggungan di antara mereka sebelum akhirnya Rosa datang.

"Papa, terima kasih sudah repot datang jauh-jauh ke sini. Jika Papa tidak sibuk, mari kita minum teh bersama? Kebetulan Netha sudah tidak dalam pengaruh bius lagi." Rosa menyambut ramah, mereka bersalaman dan Fero mendesah lega karena Rosa sudah menyelamatkan dirinya dari situasi canggung dengan orang tuanya tadi.

"Ya, tentu saja menantu ku. Belakangan aku memiliki banyak waktu luang, dan jika kau dan suami mu tidak keberatan, malam ini aku ingin menginap di rumah kalian."

"Aku senang mendengarnya, sudah lama juga keluarga kita tidak menghabiskan waktu bersama." Rosa tersenyum hangat, sedangkan Stevano tidak sabar untuk mengecek sesuatu di ruang kerjanya, karena sebenarnya itulah tujuan utamanya datang berkunjung ke rumah besar ini.

***

Ketika sore tiba, keluarga Clinton menikmati berbagai macam hidangan di atas meja, usulan Rosa untuk minum teh bersama pun terlaksana. Netha bercanda gurau dengan kakeknya, dan hubungan mereka terlihat akrab.

"Bagaimana perkembangan butik mu?" Stevano bertanya dengan ekspresi wajah dan intonasi suara yang hangat.

"Semuanya berjalan dengan lancar, Kakek." Netha membalas dengan senyum ramah, "Aku bahkan membuka beberapa cabang baru."

"Kamu memang selalu membanggakan, Netha." Stevano mengapresiasi keberhasilan cucunya.

Netha tersenyum malu, "Semua ini tidak akan bisa aku capai tanpa dukungan dari suami ku, Kakek." Ucapan Netha membuat Alfred tersenyum, sedangkan Rosa dan Fero hanya menyimak pembicaraan mereka. Lalu pembahasan mereka berlanjut ke hobi baru Stevano yang baru-baru ini senang menjelajah.

Ketika mereka mulai menyeruput teh yang tersaji, tiba-tiba saja Alfred berucap, "Aku dulu hanya sempat bertemu dengan adik Netha ketika dia masih kecil, ketika aku dan Netha masih berpacaran. Bagaimana kabar anak itu saat ini? Sepertinya sudah lama sekali tidak ada kabar." Ujarnya.

Mendengar itu, sorot mata Rosa menjadi sayu, wanita itu sebenarnya merindukan Getha, namun apalah daya putri sambungnya itu sudah menjalani kehidupan yang sibuk bersama keluarga kandungnya. Fero yang memahami kondisi emosional istirnya pun, menggenggam tangan Rosa di bawah meja, berusaha memberikan dukungan untuknya.

Berbeda dengan reaksi Stevano yang terlihat sekali sinis dan tidak menyukai topik pembicaraan seputar anak itu. Sedangkan Netha mengutarakan kerinduannya pada Getha yang memang sudah sangat lama sekali tidak berkomunikasi dengannya.

"Kalau tidak salah, aku pernah mendengar Dimas berkata jika Getha beberapa bulan belakangan ini hilang tanpa kabar. Tidak ada yang tahu dimana keberadaannya, teman-teman mereka juga mencarinya tanpa pamrih, namun Pak Stewart terlihat acuh tak acuh, sangat berbanding terbalik dengan istri dan putranya yang berusaha keras mencari Getha." Alfred berujar dengan raut serius.

Mendengar informasi itu, Stevano diam-diam tersenyum penuh kemenangan karena dirinya sejak dulu memang tidak menyukai keberadaan bocah itu, namun sosok tua itu juga cukup penasaran dan bertanya-tanya dimana Getha berada. Namun ia hanya mengutarakan keingintahuannya di dalam hati saja, ia juga mulai menyusun rencana untuk menyelidiki dimana Getha dan bagaimana kehidupannya selama ini? Apa yang di lakukannya dan kenapa dia menghilang dengan tiba-tiba?

Baru mendengar informasi itu untuk pertama kalinya, tangan Rosa bergetar dan matanya berkaca-kaca, sekalipun Getha bukan darah dagingnya sendiri, namun dia sudah menganggap Getha sebagai putrinya sendiri. Rosa telah merawat dan membesarkan Getha sejak gadis itu berusia 5 tahun, rasanya seperti tertimpa beton ketika mendengar kabar mengejutkan ini. Nalurinya sebagai seorang ibu, merasa tidak tega dan ingin segera mencari dimana Getha lalu melindunginya dari bahaya. Bahu Rosa merosot, sedih.

"Getha, putri ku.." mulutnya mulai bergumam pelan dengan genangan air mata di sudut matanya. Mendengar suaranya yang pilu, semua pasang mata menatap Rosa dengan sorot sedih dan khawatir, berbeda dengan Stevano yang tampak cuek dan tidak peduli.

"Ayah, sebaiknya bawa Bunda ke kamar." Netha memberikan usul ketika melihat bundanya mulai terlihat seperti orang linglung, Fero mengangguk dengan rasa ketakutan yang besar ketika melihat tatapan kosong istrinya. Fero pun tanpa membuang waktu segera membawa Rosa ke kamar mereka, Netha yang khawatir pun di gandeng oleh suaminya meninggalkan meja makan. Tersisa Stevano saja disana, pria itu melirik sekitar dan hanya melihat pelayan setelah keluarganya mengantarkan Rosa ke kamar, dan ini adalah waktu yang tepat baginya untuk mengecek sesuatu yang sudah membuatnya gelisah saat ini.

***

Senin, 27 April 2020


Jadi .. menurut kalian sampai sejauh ini cerita With You ini kayak gimana sih? kasih komentar dong😊 Nanti kalo banyak yang komentar saya bakal update setiap hari deh.

Oh iya, jangan lupa tinggalkan VOTE
Ya guys

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang