With You - 32

502 25 1
                                    

"Minggu depan kita jadi UKK, kan?" Mikha menutup buku bacaannya, lalu menatap teman-teman sekelasnya yang saat ini sedang duduk melingkar di lantai, kebetulan saat ini kelas mereka sedang ada jam kosong, guru yang mengajar sedang izin karena sakit.

"Kok cepat banget ya? Perasaan baru kemarin deh gue ikutan MOS gitu." Sahut Urel sambil memanyunkan bibir.

"Menurut gue sih B aja, malah terkesan lama banget!" Kelakar Rogi.

"Ngapain lo ikut-ikutan ngomong segala?" Balas Getha agak sok sinis, cewek itu memiliki sedikit dendam terpendam pada Rogi karena cowok itu sangat gemar mengerjainya.

Rogi terkekeh, "Santuy, Ge."

Getha pun memutar bolamata malas.

"Kalau boleh gue tahu, kalian sudah persiapan apa saja buat UKK nanti?" Mikha kembali bertanya sambil melepas kacamata yang sejak tadi bertengger di wajah cewek itu.

"Gue baru baca Sosiologi, itu pun cuma BAB satu doang." Balas Urel.

"Kalo gue sih udah baca semua, ya. Walaupun gue sendiri kurang yakin kalo gue bisa memahami semua konsep dari setiap mata pelajarannya." Rogi pun kembali menjawab pertanyaan dari Mikha.

"Mik," panggil Rogi.

Mikha melirik, "Hm?"

"Menurut lo gue ganteng nggak?"

"Mending lo tanya sama Getha aja."

Rogi pun menatap Getha, diam-diam Mikha terkekeh sambil berpura-pura membaca daftar isi buku-bukunya.

"Gue ganteng nggak, Ge?"

Getha melihat Urel, Urel pun melihat Rogi. Mereka bertiga saling melihat wajah satu sama lain dalam diam.

"Lo orangnya menyebalkan, Rog. Lo juga suka ngelawak walaupun seringnya lawakan Lo garing terus."

"Yang ditanya tampangnya, Ge!" Urel menyenggol pelan lengan sahabatnya.

Rogi pun diam menunggu jawaban.

"Ya lo tinggal ngaca aja sih Rog?!" Balas Getha. Urel pun tergelak kencang sedangkan Mikha terkekeh.

"Savage bener jawaban Lo, Ge!"

Getha pun mendengus tanpa niat.

"Omong-omong, lulus dari sini kalian mau lanjut kemana?" Tanya Mikha.

"Gue nggak mau lanjut," balas Rogi.

"Loh kenapa, Rog?" Urel pun kepo.

"Bisnis orangtua gue bangkrut, keluarga gue jatuh miskin. Kayaknya lulus darisini gue mau fokus berwirausaha, kebetulan gue juga punya tabungan walaupun nggak seberapa." Perjelas Rogi, serius.

"Kenapa nggak daftar program beasiswa aja, Rog? Menurut gue, Lo lumayan berprestasi kok." Mikha memberikan saran untuk Rogi, berbeda dengan Urel dan Getha yang hanya diam menyimak mereka.

Rogi menggeleng, "Ribet, Mik. Lagipula gue juga kurang minat, jaman sekarang apa-apa butuh duit, jadi gue mau mutusin jadi pengusaha aja gitu, ya doain ajalah ya hehe."

Mikha mengangguk, tersenyum tipis.

"Lo sendiri mau lanjut kemana, Mik?"

"Belum tahu sih," Mikha meringis.

"Lo udah ada minat ke jurusan tertentu nggak, Mik?" Kali ini Getha mulai aktif mengeluarkan suara.

"Kedokteran. Rencananya sih mau ambil spesialis kejiwaan, Ge."

"Wah, lintas jurusan dong Mik?" Sahut Rogi dengan suara lantang.

"Memang kenapa?"

"Ya nggak apa-apa sih, cuma menurut gue keren aja gitu. Jarang-jarangkan ada anak IPS lintas jurusan ke Kedokteran gitu." Balas Rogi heboh.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang