Ardan bersembunyi di dekat kamar mandi. Memang kamar mereka ini cukup gelap. Terlebih gordyn di kamar mereka berwarna biru gelap yang semakin menutup cahaya untuk masuk ke dalam ruangan itu. Dengan keadaan gelap seperti ini, Ardan mendapatkan banyak keuntungan. Matanya sudah terlatih untuk berada di tempat gelap.
Cklek!
Ardan menyiapkan pistol magnum miliknya. Dia melihat siluet seseorang masuk ke dalam kamar mereka. Maura yang berbaring di atas ranjang dengan posisi membelakangi pintu, menahan napasnya saat mendengar langkah kaki bersepatu itu semakin dekat. Maura memejamkan matanya rapat-rapat saat sesuatu yang keras menempel di bagian belakang kepalanya.
'Ya Tuhan,' batin Maura.
Dengan cepat Ardan menghampiri orang itu dan memelintir leher orang itu hingga orang itu langsung ambruk di atas badan Maura. Ardan mengambil pistol milik pria itu dan dia segera menyingkirkan badan pria itu dari sisi Maura. Dia menggeret pria itu ke kamar mandi dan menguncinya disana.
'One go,' batin Ardan.
Satu orang lagi masuk ke dalam sana dan bernasib sama begitu pun beberapa orang setetelahnya. Sampai akhirnya, satu pria lagi masuk ke dalam sana. Sepertinya dia curiga pada apa yang terjadi pada kawan-kawannya, dia langsung menyiapkan sebuah pisau untuk dia lempar ke arah Maura, mata Ardan membola saat melihat itu. Dengan cepat Ardan menembak kepala pria itu dan suara pisau dan pistol pria itu membuat Ardan memejamkan matanya. Mereka ketahuan!
Maura langsung bangkit. Dia berlari ke arah Ardan. Ardan mengambil satu pistol lagi untuk dia berikan pada Maura.
"Tembak saja siapapun yang membahayakanmu," ujar Ardan.
"Aku tidak bisa menembak,"
"Arahkan saja pada siapapun yang membahayakanmu, tembak bagian manapun dan aku yang akan mengurus sisanya. Ayo pergi sayang!"
Maura mengangguk. Ardan menggenggam tangan Maura dan berlari keluar dari kamar itu. Bersamaan dengan itu, musuh mereka masuk dan Ardan segera menembak mereka dengan Magnum miliknya. Ardan berlari bersama Maura dengan sebelah tangan menembak siapapun di depannya.
Dorr!
"Rrrmmhhh!" Ardan meringis saat lengan kanannya terserempet peluru dari musuhnya. Ardan mulai memperkirakan jumlah orang di ruangan itu.
"Ardan!"
"Ssstt... tidak apa. Aku tidak apa-apa. Ayo pergi,"
Ardan masih menembaki para pria di sana. Sampai akhirnya lampu di dalam Apartement itu menyala. Ardan sudah menduganya. Jumlah pria di dalam apartmentnya sangat banyak. Ardan mengarahkan magnum miliknya ke depan. Sementara Maura dia sembunyikan di balik punggungnya, tepat di depan dinding.
"Oh, dia ya yang sudah mencari gara-gara dengan Carrel Maxton?"
Mendengar nama Carrel membuat Ardan mengernyit. Siapakah mereka dan apa hubungan mereka dengan Carrel? Sesosok perempuan bangkit dari sofa dan melemparkan pisau kecil miliknya. Beruntung gerak refleks Ardan cukup cepat hingga dia dan Maura bisa menghindar.
"Kau mempunyai keberanian yang besar juga ya? Berani juga kau membunuh Carrel," ujar wanita itu.
Ardan mengira usia wanita di depannya tidak berbeda jauh dengan sang ayah. Pertanyaan baru muncul di pikiran Ardan. Siapa perempuan ini?
"Dulu ayahmu, sekarang kau! Baiklah, aku akan menghabisi kalian berdua. Untuk bayaran atas perbuatan ayahmu dan dirimu,"
'Papi? Apa yang papi lakukan memangnya?'
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
Любовные романыCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...