Note:
Aku gy rajin... ibspi rasi datang terus dan kebetulan gy g terlalu dikejar tugas... so, guys ini dia part lanjutannya...
Selamat membaca guys
.........
Ardan langsung mengeratkan pelukannya, Maura sampai merasa sedikit sesak karena pelukan itu. Sementara Arsen dan Arman kini menatap tajam ke arah Amanda. Hal itu memancing Alvaro dan kedua orangtua Amanda untuk meminta penjelasan.
"Apa ini bagian dari ucapan Amanda padamu?" Suara Ardan yang agak serak itu terdengar.
"Maura, jawab! Apa kamu mengatakan hal seperti itu karena Amanda mengatakannya padamu?"
Maura menggeleng kecil.
"Tidak. Amanda tidak salah. Dia hanya menyadarkanku akan kenyataan. Aku tidak bisa egois padamu Ardan. Aku mungkin mencintaimu tapi, jika itu harus dibayar dengan keselamatanmu..."
Maura menarik napasnya sedalam mungkin.
"Aku memilih menjauh darimu dan tidak pernah nampak lagi di hadapanmu."
Pelukan Ardan terlepas. Alexander langsung menarik putrinya untuk berdiri di balik badan tegapnya. Dia tahu tabiat Ardan. Dia sudah melihat Ardan sejak anak itu masih balita. Dia tahu Ardan bisa bersabar asal orang itu tidak mengusik apa yang dia sayangi. Dan permasalahannya, saat ini Amanda sudah membuat pernikahan Ardan dan Maura batal. Selain itu dia juga membuat Maura yang paling disayangi Ardan saat ini, berusaha menjauhi Ardan.
"Ardan, Amanda masih kecil. Kamu tidak akan menyakitinya bukan? Dia adik sepupumu yang kamu jaga sejak kecil...," Alexander membujuk Ardan.
"Dan om pikir aku peduli dengan itu sekarang? Setelah dia membuat Maura berniat pergi dariku?"
Alvaro ikut berdiri di sebelah Alexander. Dia menahan badan Ardan untuk mendekati keponakannya.
"Kenapa papi membela mereka?"
"Ardan, tenangkan dirimu dulu, nak!"
"Tenang? Papi suruh Ardan tenang? Bagaimana Ardan bisa tenang kalau Maura akan meninggalkan Ardan, pi?! Kalau mami melakukan hal yang sama seperti Maura apa papi masih bisa tenang?!"
Alvaro diam. Dia tahu sifat Ardan yang satu ini adalah sifat darinya. Alvaro pasti akan melakukan hal yang sama seperti Ardan.
"Ardan...," Alexander memanggil dengan nada yang sedikit memohon. Di belakang punggungnya Bianca memeluk putrinya erat.
"Apa tidak cukup Ardan meladeni penyakit gilanya itu?!" Teriak Ardan.
"Apa aku kurang menjaga dia?! Sejak dulu dia selalu melukai siapapun yang mendekatiku sampai Alesha adikku sendiri begitu menjauhiku selama lima tahun karena dia!!!" Ardan berteriak frustasi.
Alesha dan kedua adik kembar Ardan terkejut mendengar dan melihat kakak mereka. Mereka tidak menyangka Ardan akan melemparkan semua yang dia pendam jauh di sudut hatinya. Dan semua itu hanya karena Maura berujar ingin meninggalkannya.
Alesha langsung mendekat ke arah Maura dan menggenggam tangan Maura. Dia menatap Maura dengan tatapan memohon.
"Alesha mohon sama kak Maura. Tolong jangan tinggalkan kak Ardan... Alesha mohon sama kakak..."
Maura menatap Alesha dan Ardan bergantian.
"Kak, Alesha pernah melihat kak Ardan terpuruk, Alesha nggak mau melihat itu lagi. Alesha mohon kak, please... jangan tinggalin kak Ardan... Alesha mohon..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomanceCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...