Maura kini tengah berdiri di dekat lobi kampusnya. Jam kuliahnya sudah selesai. Dia sedang menunggu seseorang untuk menjemputnya. Maura memutuskan duduk di salah satu kursi disana dan menatap ke arah langit yang hari ini tidak terlalu cerah.
Maura menarik napasnya dalam-dalam dan sedikit menghembuskannya. Tidak terasa kini hubungannya dengan Ardano sudah berjalan memasuki bulan kedua. Maura masih sering melihat anak buah Ardano berkeliaran di sekitarnya. Sebagai perjanjian dari kerja sama mereka.
"Huft... masih lama sepertinya..." gumam Maura.
Hari ini Maura menang diundang ke rumah Ardano. Bukan tanpa alasan, melainkan dia akan diperkenalkan pada saudara kembar Ardano. Yang satu sih sering dia lihat di kampus lantaran sosok itu menjemput teman satu angkatannya, Natasha.
"Ra!"
Maura menoleh dan mendapati ketua BEM di kampusnya tengah berlari ke arahnya.
"Ada apa ya?" Tanya Maura sopan.
"Itu, lo tolong bantuin gue ya..."
"Bantuin apa?"
"Bantuin gue ambil buku dari perpus buat di bawa ke ruangan gue."
Maura baru mau menjawab, tapi suara klakson mobil sudah terdengar di telinganya. Maura menoleh dan melihat Ardano sudah keluar dari mobilnya. Ardano menghampiri Maura dan merangkul mesra pinggang gadis itu.
"Maaf aku terlambat. Sudah lama menunggu?" Tanya Ardano.
"Tidak terlalu."
Maura lalu kembali menatap ke arah pria di sisi satunya.
"Maaf ya, gue nggak bisa bantu. Gue udah dijemput." Ujar Maura.
Maura pamit pada pemuda itu dan ikut dengan Ardano menuju ke mobilnya.
"Trims sudah bantuin tadi." Ujar Maura yang membuat Ardano sedikit mengernyit heran.
"Membantu?"
"H-m..." Maura menganggukan kepalanya.
"Sebenarnya dari tadi udah mau nolak tapi, bingung gimana nolaknya. Untung kamu dateng..." ujar Maura.
Ardano tanpa sadar menarik kedua sudut bibirnya dan tersenyum tipis. Dia sempat marah saat melihat gadis itu bersama pria lain tadi. Ternyata, gadis di sebelahnya ini risih pada pria itu.
"Ayo turun!" Ajak Ardano.
Maura mengangguk dan keluar dari mobil Ardano. Dia bersama Ardan berjalan memasuki rumah itu. Di dalam sudah ada Alvaro bersama Alesha, Natasha dan seorang pria yang mirip dengan Ardano. Maura kenal pria itu. Dia yang sering menjemput Natasha di kampus mereka.
"Siang om..." sapa Maura.
"Siang. Nah, Maura, kenalkan ini Armano kembaran Ardan yang lahir tepat sesudah Ardan."
Maura mengangguk kecil sembari tersenyum.
"Dia sudah kenal sama Arman, pi. Arman kan sering jemput Natasha di kampus." Ujar Armano menjelaskan.
Natasha hanya bisa tersenyum geli. Maura akhirnya ikut tersenyum juga. Maura duduk di sebelah Alesha dan saat itu Ardano mengecup puncak kepalanya.
"Aku ke atas dulu. Mau ganti baju."
"Hn."
Ardano langsung naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya. Dia menukar pakaiannya dengan kaus v-neck berwarna putih dan juga celana jeans pendek. Ardano kembali turun dan melihat adik bungsunya sedang menggoda Maura walaupun gadis itu sudah menolak.
"Ayolah, kita keluar saja."
"Maaf, saya tidak bisa."
"Kenapa formal begitu?"
Ardano hanya mendengar samar-samar percakapan adik bungsunya dengan Maura. Ardano sempat terkejut saat tiba-tiba Maura berlari ke arahnya dan memeluk badannya dengan erat.
"Maura?" Panggil Ardano heran.
"Adik kamu menyeramkan. Aku takut." Rengek Maura mengadu.
Maura tidak bohong, dia benar-benar takut pada kembaran Ardan. Suara tawa terdengar dari belakang Maura dan itu membuat Maura semakin mengeratkan pelukannya. Terlebih saat dia mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya.
Tak!
"Sakit kak!" Suara ringisan penuh protes itu terdengar dari bibir kembaran Ardan.
Bahkan orang-orang di ruang tamu langsung datang ke dapur.
"Ada apa ini?" Tanya Alvaro.
"Lihat tuh anak papi, masa Arsen di jitak pi..." adu kembaran Ardan pada ayahnya.
"Ardan..."
Ardano hanya diam saja. Dia memang paling malas menanggapi tingkah kekanakan dari adiknya. Alvaro baru mau memarahi Ardan tapi, semuanya terhenti saat mereka semua mendengar suara isakan kecil yang teredam dari pelukan Ardano.
"Maura kenapa?" Tanya Alvaro pada anak sulungnya.
Ardano yang sedang memeluk Maura dengan sebelah tangannya melirik tajam ke arah adik kembarnya. Seketika itu juga si adik kembar langsung tersenyum tanpa dosa.
"Arsen! Itu Maura kamu apain?" Marah Alvaro.
"Hehe... cuma aku godain dikit doang kok pi..."
Alvaro hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah usil anaknya. Alesha malah sudah memarahi Arsen karena membuat temannya menangis begitu.
"Sudah Ra, jangan menangis lagi!" Ujar Ardano.
Ardano mengusap rambut Maura perlahan. Dia menenangkan gadis itu agar tidak terlalu takut lagi. Setelah isakan itu menghilang, Ardano membuat jarak diantara mereka. Ardano mengusap pipi Maura dengan perlahan.
"Jangan nangis lagi! Ayo sini aku kenalkan sama adikku!" Ajak Ardano.
"Dia namanya Arseno. Kembaran aku yang terakhir." Ujar Ardano.
Arseno melangkah ke arah Maura dan refleks Maura langsung beringsut mundur dan bersembunyi di punggung Ardano.
"Sorry. Gue nggak maksud nakutin lo." Ujar Arsen.
Maura sedikit mengangguk, meski begitu dia tetap bersembunyi di balik punggung Ardan dan tidak mau lepas ataupun jauh-jauh dari Ardan. Tak ayal semua orang di rumah itu jadi terkekeh sendiri melihat Maura yang mengikuti Ardan seperti anak ayam yang sedang mengikuti induknya.
"Sudah, Ra. Jangan takut! Dia memang usil anaknya!" Ujar Natasha.
"Aku juga pernah diusilin kayak gitu sama dia." Ujar Natasha.
"Kak Tasha pernah diusilin juga?"
Natasha mengangguk.
"Tapi, waktu itu dia aku pukul pake sepatu. Soalnya aku kesel banget sih."
"Lo mah galak! Heran gue, Arman kok mau sama lo!"
Natasha langsung menoleh ke arah Arman kekasihnya dan memasang muka kesal. Saat itu juga Arman langsung melirik adiknya itu dengan tajam, sama seperti yang Ardan lakukan.
"Telat nakal lo!"
"Biarin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomanceCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...