Ella's Anger

18.8K 947 31
                                    

"Pa-pa-pa..."

Suara kecil itu menarik Ardan dari pekerjaannya. Dia langsung menoleh dan menatap ke arah putri kecilnya yang baru bisa berbicara itu. Ardan bangkit dari tidurnya dan segera mendekati tempat tidur putrinya. Ardan tersenyum dan menggendong putrinya.

"Ada apa Ella?"

"Pa-pa-pa... nom-nyom.." ujar Arabella dengan suaranya yang menggemaskan.

Ardan tersenyum. Dia mengambil botol susu yang ada di kulkas kecil di kamar mereka. Memang Arabella masih menyusu langsung pada Maura walau usia anak itu sudah menginjak sepuluh bulan. Ardan menghangatkan susu itu di alat steam. Ardan bermain dengan putrinya untuk sementara.

"Ella sayang lapar? Tunggu sebentar okey? Papa sedang menghangatkan susu untukmu,"

Anak bayi itu tertawa. Ardan mencium putrinya. Meski kantuk melandanya, melihat senyuman Arabella membuat Ardan bahagia. Bunyi alat penghangat membuat Ardan menoleh. Dia mengeluarkan botol itu dan pergi ke kamar mandi. Ardan menyalakan keran air di wastafel dan dia menyiram botol susu yang masih panas itu dengan air dingin. Tidak lama, Ardan mematikan keran air itu dan meletakan botol itu di atas handuk untuk dia keringkan. Maklum saja, Arabella tidak akan mau dilepas oleh Ardan, jika anak itu sudah berada dalam gendongannya.

"Turun sebentar sayang. Papa mau memeriksa susumu dulu," ujar Ardan sambil meletakan Arabella di tempat tidurnya lagi.

Ardan memeriksa suhu susu untuk anaknya. Setelah yakin suhunya pas, Ardan menggendong Arabella kembali dan memberikan botol susu itubpada putrinya. Ardan duduk di atas ranjang dan bersandar pada kepala ranjangnya. Arabella dia dekap dalam pangkuannya dengan nyaman.

Ardan menunggu anak itu menghabiskan susunya dan terlelap. Begitu Arabella terlelap dan susunya sudah habis, Ardan menarik perlahan botol susu itu untuk dia taruh di atas nakas. Ardan bermaksud mengembalikan Arabella ke tempat tidurnya jika saja, anak itu tidak membuka matanya dan menatap Ardan dengan mata berkaca-kaca.

"Baiklah-baiklah," ujar Ardan sambil menaikan kembali kakinya ke atas ranjang.

"Ella tidur sama papa hari ini,"

Ardan menepuk pelan punggung Arabella sampai anak itu bersendawa kecil dan terlelap. Ardan menarik selimut dan menyelimuti putrinya. Tangan Ardan mendekap badan gembul putrinya.

"Mimpi indah, Ella," ujar Ardan pada putrinya disertai kecupan di kening anak itu.

............

Two years later,

"Tidak boyeh! Papa tidak boyeh pelgi!"

Ardan hanya bisa menghela kecil. Putrinya benar-benar tidak bisa dilawan. Ardan hanya bisa pasrah saat melihat putrinya sudah memeluk erat kaki kanannya.

"Sayang, Ella, papa harus ke kantor. Papa tidak bisa libur hari ini. Papa janji akan pulang cepat dan main dengan Ella, ya?"

Arabella menggeleng kuat. "Tidak boyeh!"

"Ella,"

Ardan merasakan pelukan di kakinya semakin kuat. Ardan bingung. Dia harus menghadiri rapat penting. Rapat dengan pemerintah. Jelas Arabella tidak boleh ikut. Terlalu berbahaya.

"Ella,"

"Tidak boyeh!"

"Baiklah! Tapi, Ella belum bilang sama mama. Nanti kalau mama cari Ella, bagaimana?"

"Ella biyang mama. Papa unggu!"

Ardan mengangguk. Dia membiarkan Arabella masuk ke dalam menuju ke meja makan. Ardan menghubungi Maura dan meminta sang istri menahan putri mereka untuk sejenak. Ardan benar-benar harus pergi.

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang