Hari ini Ardan libur menemani putranya. Maura mengatakan dia ingin menemani Tony dan berbincang dengan anak itu untuk dua hari terhitung sejak tadi pagi. Karena itu, Ardan pulang ke rumah. Dia membersihkan badannya dan membaringkan badannya di ranjang. Ardan menghembuskan napasnya dengan berat. Perlahan mata Ardan terpejam dan dia pun jatuh terlelap.
Sekitar pukul satu Ardan terbangun. Dia melirik jam kecil di nakas. Ardan bangkit dan duduk di atas kursi. Dia menggaruk kepalanya sebelum menyugar rambutnya. Ardan membasuh wajahnya dan segera keluar dari kamarnya. Ardan berjalan ke dapur dan membuka kulkas. Dia menemukan makanan yang sudah dibuat istrinya tadi pagi. Ardan mengeluarkan semua makanan itu dan menghangatkannya dengan kompor dan microwave.
Selesai menghangatkan makanan, Ardan mencuci semua piring kotornya. Saat Ardan sedang mencuci piring, sepasang tangan ramping melingkari pinggangnya membuat Ardan sedikit terkejut dan langsung menoleh ke belakang. Dia melihat tas sekolah yang masih tersampir di punggung orang yang memeluknya.
"Sudah pulang, baby Nia?" Tanya Ardan sambil membilas piring.
Nia, anak bungsu Ardan mengangguk kecil. Dia mengeratkan pelukannya.
"Kenapa sayang?"
"Tidak apa, pa"
"Benar?" Ardan meletakan piring terakhir di tempat pengering dan dia berbalik hingga pelukan Nia terlepas.
"Kenapa anak papa berwajah murung begini? Apa ada yang mengganggumu di sekolah?"
Nia menggeleng. Dia menyandarkan diri di badan ayahnya. Ardan yang gemas dengan kelakuan anak bungsunya akhirnya mengangkat anaknya dan menggendong anak itu seolah anak itu baru berusia lima tahun.
"Papa!" Pekik Nia kaget. Nia langsung melingkarkan tangannya di leher sang ayah.
Ardan mendudukan Nia di meja dapur. Dia menjepit dagu Nia dengan jarinya dan mengangkat wajah cantik itu untuk menatapnya.
"Kenapa sayang?"
"Janji jangan marah ya, pa,"
Nia mengulurkan jari kelingkingnya. Ardan tersenyum. Dia menautkan kelingkingnya di kelingking ramping milik putrinya.
"Papa janji. Sekarang beri tahu papa,"
"Jadi, sebelum ini, Nia dekat dengan seseorang, pa,"
"Lalu?"
"Tadi Nia bertemu dia. Sewaktu Nia menemani kak Tony ke taman rumah sakit,"
"Mama kemana?"
"Mama ketempat om Arsen tadi,"
"Okey, lalu?"
"Dia pikir kak Tony pacar Nia,"
Ardan mulai paham maksud putrinya. Ardan tersenyum tipis.
"Hhh! Satu lagi anak papa beranjak dewasa. Papa akan merasa kesepian sebentar lagi," ujar Ardan.
"Papa..."
"Papa tahu maksudmu, sayang. Dengarkan papa. Kalau kamu dan dia memang berjodoh, kalian akan dipertemukan lagi untuk menjelaskan semuanya dan memperbaiki semuanya,"
"Benarkah?"
Ardan mengangguk.
"Ya. Tapi, kalau kalian tidak berjodoh, akan ada orang lain yang lebih baik untukmu,"
Nia mengangguk paham. Dia paham maksud ayahnya.
"Jadi, apa dia tampan?"
Wajah Nia merona saat Ardan bertanya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
Lãng mạnCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...