"Carikan ya kak... please..." rengek Alesha.
"Ya sudah, kakak bantu carikan. Siapa namanya?"
"Kak Aura..."
Ardano mencubit hidung adiknya dengan gemas.
"Sakit kakak!"
"Makanya, yang benar jawabnya. Kalau hanya menjawab begitu bagaimana mencarinya?"
"Iya juga ya.. hehe..." ujar Alesha dengan cengirannya.
Alesha diam sebentar. Dia mengingat-ingat nama kakak kelasnya.
"Ah! Namanya Maura Raditya Calvin."
Ardano mengangguk. Dia menyuruh anak buahnya mencatat nama itu.
"Apa lagi yang kamu tahu tentang dia?"
Alesha mengetukkan jari telunjuknya ke dagunya.
"Hmmm... oh, dia tinggal dengan paman dan bibinya. Kalau tidak salah namanya, Farhan Cavalier. Oh, iya kak... pokoknya kakak harus cepat menemukannya ya!"
"Kenapa begitu?"
"Duh kak! Dia itu orangnya sangat baik dan lembut. Kakak tahu, dia tidak pernah berkelahi. Karena, kedua orang tuanya meninggal akibat diserang perampok. Jadi, dia agak trauma gitu kak. Kalau melihat ada kerumunan orang atau orang yang ramai dan berdebat dia akan langsung berlari menjauh kak."
Ardano mengangguk. "Kamu punya fotonya? Biar lebih cepat mencarinya."
Alesha mengangguk kecil dia mengirimkan foto di ponselnya ke nomor sang kakak.
"Sudah Alesha kirim. Pokoknya kakak harus cariin dia ya kak. Alesha mau ke tempat papi dulu... bye-bye..."
Ardano menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah adiknya. Ardano mengambil ponselnya yang ada di meja. Dia membuka pesan yang dikirimkan adiknya. Foto milik kakak kelas sang adik. Dan saat foto itu terbuka saat itu pula mata Ardano terbelalak.
"Tuan?" Tanya Jim.
Ardano mencetak foto itu dan menyuruh Jim mengambilnya.
"Kita sudah dapatkan nama, dan juga fotonya. Alesha bilang dia keponakan dari Cavalier. Cari tahu tentangnya Jim!"
"Baik tuan."
.........
Ardano mendadak menjadi gusar. Sejak kedatangan adiknya tadi sampai saat ini, belum ada kabar apapun dari Jim. Ardano yang sudah berada di apartment pun menjadi kesal sendiri. Ardano memutuskan mengguyur kepalanya dengan air dingin dari shower.
Selesai mandi dan mendinginkan kepalanya, dia memakai kemeja hitam miliknya dan juga jaket kulit berwarna hitam yang dipadukan dengan jeans berwarna biru gelap.
"Ya," Ardano mengangkat panggilan di ponselnya dengan cepat saat ponsel itu berbunyi.
Ardano keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke pintu apartment-nya. Dia membuka pintu itu dan mendapsti Jim berdiri disana. Jim langsung memberikan laporan yang dia dapatkan setelah berkutat sejak siang tadi.
"Jadi?"
"Begini tuan, apa yang diucapkan oleh nona muda benar adanya. Dia adalah keponakan dari Farhan Cavalier,"
"Kenapa Cavalier menjadikan dia tersangka?"
"Dugaan sementara karena harta kekayaan milik nona Maura, tuan,"
"Shit!"
Ardano langsung mengambil kunci mobilnya dan bergegas menuju ke pelabuhan. Empat puluh lima menit menempuh perjalanan ke pelabuhan dan akhirnya, Ardano sampai disana. Dengan tergesa Ardano memasuki kontainer itu dan terbelalak saat melihat anak buahnya tengah nyaris melecehkan sosok gadis yang mereka sekap.
Bugh!!
Ardano langsung meninju wajah anak buahnya dengan cepat. Jim yang baru datang terkejut melihat pemandangan di depannya.
"Siapa yang menyuruh kalian melecehkannya?!!" Bentak Ardano dengan keras.
Tangan Ardano menutup kembali kemeja milik gadis itu. Ardano melepaskan jaketnya dan menyampirkannya di badan mungil itu. Ardano mengeluarkan pisau yang justru membuat gadis itu menangis ketakutan.
"Ssshusshh... jangan menangis! Tidak apa-apa. Saya tidak akan menyakiti kamu. Saya hanya mau melepaskan ikatan di tanganmu," Ujar Ardano nyaris berbisik.
Ardano memotong tali yang mengikat tangan gadis itu. Jim mengurus semua anak buah disana dan membawa mereka keluar. Ardano ditinggalkan berdua dengan gadis itu di dalam kontainer.
"Saya minta maaf. Saya salah sangka pada kamu. Saya benar-benar minta maaf," Ujar Ardano.
Gadis itu hanya mengangguk kecil. Badannya masih gemetar dan itu membuat Ardano merasa sangat bersalah.
"Apa mereka melecehkanmu?" Tanya Ardano
Gadis itu menatap Ardano ragu.
"Saya tidak pernah meminta mereka melecehkanmu. Saya hanya menyuruh mereka menahanmu disini,"
Gadis itu mengangguk ragu.
"Mereka sering kali menciumi wajah saya..."
Ardano menggeram kesal. "Saya minta maaf,"
Gadis itu mengangguk lagi. Ardano mengulurkan tangannya membantu gadis itu berdiri. Dia juga menuntun gadis itu ke dalam mobilnya.
"Saya mau dibawa kemana?" Tanya gadis itu.
"Saya bawa kamu pulang. Tapi, jangan berpikiran macam-macam. Saya hanya mau merawat kamu sampai kamu sembuh benar. Baru saya antar pulang,"
"Terima kasih,"
Ardano terkejut saat mendengar gadis itu berterima kasih. Padahal, dia dan anak buahnya sudah menahan gadis itu di dalam kontainer dan hampir membuat gadis itu ternodai.
"Tidak. Saya minta maaf,"
Keadaan menjadi hening. Ardano fokus mengendarai mobil itu dan ketika mereka sampai di jalan yang cukup ramai dan macet saat itulah gadis itu berujar pada Ardano.
"Apa Cavalier yang menyuruh anda?"
Ardano menoleh dan menatap gadis itu sekilas sebelum kembali mengarahkan pandangannya ke depan.
"Cavalier menyewa jasa keamanan pada saya. Baru-baru ini anak buah saya yang mengawalnya ditemukan penuh luka berat dan dirawat di rumah sakit. Cavalier mengaku kalau kamu lah penyebabnya. Kamu yang menghajar mereka,"
Ardano mendengar gadis itu menghela berat dan menggumam
"Apa sih yang dia inginkan?" Gumam gadis itu
Ardano mengajak gadis itu masuk ke dalam apartment miliknya. Dia menyuruh gadis itu membersihkan diri dan Ardano meninggalkannya di apartment itu setelah Ardano memberikan handuk dan juga pakaian bersih miliknya pada gadis itu.
"Gila! Aku bisa gila mendadak kalau begini ceritanya!" Gumam Ardano gusar.
Ardano mengeluarkan ponselnya dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya.
"Ikat mereka di kontainer dan kirimkan ke tempat mana pun yang paling jauh dari sini!" Titahnya.
Ardano berjalan ke mini market terdekat dan membeli roti juga beberapa mie instan. Dia kembali ke apartment dan menemukan gadis itu tengah duduk di sudut ruangan dengan memakai kemeja berwarna biru tua miliknya dan celana trainingnya yang tentu saja keduanya amat kebesaran di badan gadis itu.
Ardano baru saja mau mendekatinya tapi, niat itu dia urungkan saat dia mendengar isakan kecil gadis itu. Ardano jadi merasa bersalah.
'Ck! Anak buah sialan! Membuat masalah saja!'
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomanceCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...