Weird

18.8K 993 21
                                        

"Ardan..."

Ardan menoleh. Dia melihat Maura sudah berdiri dengan sangat anggun di depannya. Memang hari ini dia dan sang istri diundang untuk menghadiri acara keluarga. Meski hanya acara sederhana untuk merayakan hari jadi kakeknya.

"Kenapa melamun?" Pertanyaan itu menarik Ardan dari lamunannya.

"Tidak. Ayo berangkat!" Ajak Ardan.

Ardan mengajak Maura untuk keluar dari Apartment mereka. Ardan merangkul pinggang Maura dan mereka berjalan beriringan menuju ke mobil mereka yang berada di lobi apartment.

"Aku pikir Jim sedang mengambil cuti," ujar Maura saat melihat Jim keluar dari balik pintu passenger.

Jim membukakan pintu mobil dan langsung mengucapkan salam pada Ardan dan Maura. Ardan dan Maura masuk ke dalam mobil. Mereka sesekali berbincang di sepanjang perjalanan. Setengah jam perjalanan dan mereka sudah sampai di kompleks perumahan dimana rumah kakek mereka berada.

"Happy anniversary kakek," ujar Maura pada Varell.

Varell memeluk Maura dan tersenyum kecil saat melihat Maura berdandan cukup cantik dan berhasil membuat Ardan cucu sulungnya possessive dan cemburu saat Arsen mengajak Maura berkeliling.

"Aku permisi ke toilet sebentar," ujar Ardan.

Ardan berjalan menuju ke kamar mandi untuk sejenak. Dia butuh tempat untuk menyendiri sementara waktu. Ardan bergegas kembali saat dia mengingat di acara keluarga seperti ini seseorang yang pergi selama beberapa waktu pasti akan kembali juga.

"Shit!" Umpat Ardan tatkala dia melihat Maura berdiri di depan sosok yang Ardan khawatirkan.

Ardan melangkah lebar-lebar. Dia segera meraih pinggang ramping Maura dan menarik sang istri mendekat ke arahnya.

"Hai kak Ardan!" Sapa orang itu.

Ardan menghentikan perbincangan antara Maura dengan sosok itu. Dia menatap sosok di depan sang istri. Ardan malah memilih merangkul pinggang istrinya dengan mesra dan menciumi bahu Maura.

"Ardan, Amanda menyapamu. Kamu tidak membalasnya?" Tanya Maura.

Ya. Amanda. Orang yang Ardan khawatirkan hingga dia segera kembali dari toilet. Bukan mengkhawatirkan Amanda dalam arti sebenarnya, melainkan, dia khawatir Amanda akan melukai Maura. Ardan terlalu takut untuk membayangkan hal itu.

"Apa kamu tidak lelah, sayang? Kamu sudah berdiri sejak tadi," Ardan mengalihkan pembicaraan tanpa menyapa balik Amanda.

Siapa sangka? Amanda tidaklah marah atau menjerit memaki Ardan dan Maura. Amanda tertawa. Ya, gadis itu tertawa lepas menatap tingkah Ardan. Ardan sampai mengerutkan keningnya dalam-dalam hanya karena melihat sepupunya itu tertawa lepas. Bukan tertawa licik ataupun tertawa menahan kemarahan.

"Ada apa?" Tanya Joshua.

"Lihatlah, om! Kak Ardan masih sangat takut padaku," ujar Amanda setengah merajuk.

Joshua terkekeh kecil sembari menepuk puncak kepala Amanda dengan sayang. Walau bagaimana juga dia mengerti alasan Ardan takut. Tawa Amanda masih menjadi pengisi di halaman besar rumah keluarga Legiand itu setidaknya, sampai sebuah tangan kekar melingkari pinggang Amanda.

"Honey," suara berat itu menjadi pengirung dari lengan yang sudah melingkar kuat di pinggang Amanda.

"Oh, hey!" Sapa Amanda dengan tawanya.

"What makes you so long?" Tanya pria itu.

Ardan melihatnya. Dia melihat cinta di mata pria itu untuk adik sepupunya. Di detik berikutnya mata Ardan sedikit menajam.

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang