Can't Be Fat! 😂😂😂

18.6K 946 14
                                    

Ardan membuka mata dan merasakan usapan di puncak kepalanya. Ardan mengangkat kepalanya dan tersenyum.

"Pagi," sapa Ardan.

Ardan menegakkan badannya dan melakukan sediki peregangan untuk melemaskan ototnya yang yang kaku akibat tidur dengan posisi duduk. Memenag kemarin sore, Ardan dikabari kalau Maura sudah diantar ke rumah sakit. Saat Ardan sampai istrinya sudah masuk ke ruang bersalin. Ardan menyusul setelah mendapat izin dari perawat.

Pukul 7 malam anak kedua mereka lahir. Jagoan yang selalu menutupi adik kembarnya setiap USG. Dan pukul 7.15 malam, anak ketiga mereka menyusul. Ardan tersenyum melihat bayi mungil itu. Tangan Ardan langsung terulur menggendong anak kedua-nya saat sang suster memberikan bayi itu padanya.

"Anak papa hebat, kamu sudah melindungi princess di dalam perut mama. Papa dan mama sampai tidak tahu kalau adik kamu adalah tuan putri yang menggemaskan," gumam Ardan pada anaknya semalam.

Setelah Maura di pindahkan ke kamar rawat, Ardan terlelap di sisi sang istri dan dia baru saja terbangun dari tidurnya. Ardan mengambil tangan istrunya yang tadi mengusap helaian rambut cokelatnya. Ardan mengecup punggung tangan sang istri dengan sayang.

Maura merona karena perlakuan Ardan. Entah kenapa, bagi Maura dia sangat menggemaskan. Seorang Deo Ardano yang terkenal dengan segala keangkuhan, ketegasan, dan kearoganannya, kini sedang mengecup punggung tangannya dengan wajah seperti anak berusia lima tahun. Bukankah itu menggemaskan?

"Sudah bangun?" Tanya Maura seperti biasa.

Ardan memajukan kursinya dan meletakan kepalanya di atas tangan Maura.

"Belum sepenuhnya. Aku pinjam tanganmu sebentar,"

Maura hanya mengangguk dan membiarkan tangannya di tindih dengan pipi tirus Ardan. Ardan memejamkan matanya sekilas dan mengumpulkan sisa-sisa nyawanya yang berkeliaran entah kemana saat dia tidur. Suara ketukan pintu membuat Ardan mengerang kecil. Dia tidak suka saat-saat sakralnya bersama Maura terganggu.

"Mungkin itu anak-anak kita, Ardan," ujar Maura dengan kekehan kecil.

Mendengar kata anak-anak, Ardan langsung semangat. Dia duduk dengan benar dan merapikan sedikit rambutnya. Benar saja, anak-anak mereka diantarkan oleh suster ke dalam kamar Maura. Sudah saatnya anak-anak mereka sarapan.

Ardan menggendong bayi perempuannya sementara Maura menyusui anak laki-lakinya. Lalu, setelahnya Ardan menggendong bayi laki-laki itu dan Maura menyusui anak perempuannya.

"Aish! Anak papa tampan sekali. Matanya seperti mama," ujar Ardan saat melihat anak laki-lakinya membuka kelopak matanya.

Hitam legam seperti warna mata ibunya. Akan tetapi, anak laki-lakinya itu membawa bentuk mata Ardan. Ardan menciumi kening putranya dengan sayang. Setelah beberapa saat, kedua anak itu kembali dibawa ke ruang bayi. Ardan memilih mandi dan menukar pakaiannya. Setelah itu dia membawa sebaskom air hangat dan dua buah handuk di tangannya.

Ardan membersihkan badan istrinya. Ardan bisa melihat istrinya beberapa kali merona. Ardan hanya bisa tersenyum.

"Astaga sayang!" Ujar Ardan saat dia tidak bisa menahan lagi kegemasannya.

"Kita sudah membua tiga anak dan kamu masih malu-malu begitu padaku?" Ardan mencubit gemas hidung Maura.

"Kemana kelinci liarku pergi?" Tanya Ardan dengan nada gemasnya.

"Kelinci liar?"

"Ya. Kamu seperti kelinci liar saat kita membuat anak-anak kita ada di perutmu,"

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang