Kangen Mami

31.2K 1.5K 5
                                    

"T-tapi pak..."

"Ada apa ini?" Suara itu membuat Ardano dan si klien menoleh ke arah yang sama.

"Pak Alvaro..." panggil pria itu

"Oh pak Joe apa kabar pak?" Sapa Alvaro santai.

Setelah berbincang sedikit, Alvaro menoleh ke arah Ardan.

"Kenapa kamu suruh Arman batalkan kontraknya?" Tanya Alvaro

"Dia nggak pantas buat jadi rekan bisnis perusahaan Luzuar"

"Ardan..." panggil Alvaro memperingati.

"Papi ngapain disini?" Tanya Ardano balik membuat si Klien terkejut saat mendengar Ardan memanggil Alvaro dengan sebutan "papi"

"Ada meeting di resto dekat sini. Arman telepon tadi. Dia bilang, kamu minta dia batalkan kontrak. Jadi, papi kesini buat tanya kenapa?"

"Tanya saja sama dia" ujar Ardan ketus

Tangan Ardan masih menempel di punggung dan puncak kepala Alesha. Sementara Alvaro hanya diam saja melihat putranya memeluk seorang perempuan yang dia sendiri tidak bisa lihat wajahnya.

"Pak Joe, ini ada apa sebenarnya?" Tanya Alvaro

"Anu pak. Pak Deo sepertinya salah paham pada saya. Itu pak, wanita itu menggoda saya dan pak Deo marah"

Alvaro mengerutkan keningnya saat mendengar alasan konyol yang diucapkan pria di depannya. Alvaro menoleh ke arah putranya dan perempuan di dalam pelukan anaknya itu.

"Ardan?" Panggil Alvaro meminta penjelasan.

"Ardan cuma tinggalin mereka sebentar buat ke toilet. Waktu Ardan balik, dia mau mencium-"

"Tidak benar itu pak. Saya hanya digoda oleh wanita nakal itu..."

Alvaro semakin mengernyit heran. Belum juga Ardan selesai bicara, kliennya sudah menyela ucapan Ardan. Ardan malas berdebat dengan ayahnya. Dia hanya menundukan kepalanya dan membisikan sesuatu ke telinga Alesha. Alvaro hanya diam dan memperhatikan kelakuan putranya. Sempat marah dan kesal dengan kelakuan anaknya tapi, mata melebar kaget saat melihat sosok yang sejak tadi dipeluk oleh Ardano.

Sosok itu melepas pelukannya pada pinggang Ardano, berdiri dan menubruk badan Alvaro. Memeluk Alvaro dengan erat dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alvaro.

"Pak Joe..." panggil Alvaro dengan nada suara yang mulai berubah meski masih setenang biasanya

"I-iya pak Alvaro"

"Anak ini yang bapak bilang wanita nakal?"

"I-iya pak"

Alvaro langsung menyuruh asistannya mengeluarkan Cheque yang dituliskan sejumlah nominal. Alvaro menandatangani Cheque itu dan langsung memberikannya pada pak Joe

"Kontrak perusahaan anda dengan Luzuar berhenti sampai disini pak" ujar Alvaro

"K-kenapa pak?"

Alvaro diam saja. Dia sibuk mengelus punggung gadis di pelukannya dan mengecupi puncak kepala gadis itu.

"Saya tidak menyangka kalau bapak Alvaro sangat tidak professional. Hanya karena wanita murah itu bapak membatalkan kontrak dengan perusahaan saya..."

"Jelas saya memilih membatalkan kontrak dengan anda daripada putri saya satu-satunya anda hina seperti itu!" Ujar Alvaro geram

Klien itu tercengang saat mendengar ucapan Alvaro. Dia kaget sampai wajahnya berubah menjadi pucat.

"Dan satu hal lagi, putri saya seorang gadis terhormat pak Joe, jangan sampai anda saya laporkan atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan, pelecehan dan juga pencemaran nama baik!!" Ancam Alvaro dengan telak

Ardano menarik sudut bibirnya. Dia menyeringai puas dengan apa yang ayahnya lakukan.

"Sebaiknya anda pergi kalau anda sudah mengerti kesalahan anda."

Dengan cepat pria itu pergi dari sana. Keluarga itu tidak menyadari kalau beberapa pengunjung resto merekam kejadian itu dan pasti akan berakhir dengan sanksi sosial bagi calon klien Ardano itu.

Alvaro mengendurkan pelukannya dan menunduk untuk melihat wajah putrinya. Dia mengusap airmata di pipi putrinya itu.

"Jangan menangis lagi sayang...! Sudah..." ujar Alvaro dengan lembut.

Alvaro mengecup kening putrinya. Ardano membayar tagihan makanan mereka dan segera mengajak ayah juga adiknya keluar dari sana. Ardano bahkan menggendong Alesha meski anak itu sempat menolak.

"Sudah Alesha. Jangan menangis lagi! Kalau kamu masih menangis juga, kamu tahu apa yang akan kakak lakukan padanya, kan?" Ujar Ardano.

Alvaro mendelik kesal ke arah putranya. Dia tahu, Ardano memang lebih sering menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Alvaro tidak suka hal itu. Baginya, masalah harus diselesaikan dengan kepala dingin bukan kekerasan begitu.

"Alesha ikut dengan papi. Kamu masih ada pekerjaan lain?"

Ardano menggelengkan kepalanya. Dia memasukan adiknya ke mobil sang ayah. Dia juga mengecup kening Alesha dengan lembut.

"See you soon..." ujarnya.

Ardan menutup pintu mobil ayahnya. Dia menatap sang ayah dengan malas.

"Ardan tahu papi percaya pada klien papi itu tadi... heran Ardan sama papi. Bisa-bisanya lebih percaya dia daripada anak sendiri." Ujar Ardano.

Ardano beranjak dari sana menuju ke mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat ayahnya.

"Ardan."

Panggilan itu membuat Ardan berhenti dan diam di tempatnya tanpa menoleh.

"Kamu pulang ke rumah, kan nanti?"

"Nggak. Ardan ke apart mami."

Ardan melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam mobilnya. Dia masih kesal pada ayahnya dan memilih bermalam di apartment milik ibunya dulu.

"Mami..." gumam Ardano

'Ardan kangen mi... maafin Ardan mi...'batin Ardano.

Ardano memejamkan matanya. Baru sejenak dan asistannya membangunkannya. Ardan terbangun dan menoleh. Dia menghela pelan dan segera turun dari mobilnya. Ardan mengernyit saat kepalanya terasa sedikit mengambang. Dia menyandarkan badannya sejenak di mobilnya sebelum melangkahkan kakinya.

"Pak? Bapak baik-baik saja?" Tanys Jim

"Hn. Kamu boleh pulang."

"Baik pak. Selamat sore pak."

Ardano mengangguk kecil dan dia segera berjalan menuju ke dalam gedung apartment-nya. Ardano langsung berbaring atas kasur saat sampai di apartment-nya. Ardano memejamkan matanya dengan cepat.

Jam tujuh malam Ardano membuka matanya dan kepalanya semakin terasa sakit. Ardano menghubungi adiknya dengan ponselnya.

"Kamu dimana?"

"Di Surabaya. Kenapa kak?"

"Hn. Nggak apa..."

"Kakak sakit?"

"Jaga diri baik-baik disana, Sen. See you"

Ardano menutup panggilannya. Adiknya tidak bisa menolong. Ardano kembali memejamkan matanya. Ditemani foto sang ibu di meja kecil yang ada di sebelah ranjangnya.

"Mami... Ardan kangen..."

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang