Harus Menjauh

25.5K 1.2K 27
                                    

"Sayang, kamu kenapa? Apa yang terjadi?" Ardan kebingungan dengan sikap gadisnya.

Maura hanya diam saja dan menepis keras tangan Ardan. Dia berlari dan segera memasuki taksi online pesanannya.

"Pak jalan saja sekarang."

"Tapi, neng.. itu mas yang itu gimana?"

"Tinggal saja pak. Dia bawa kendaraan sendiri."

Supir itu mengangguk. Maura diam di dalam taksi online itu. Dia melirik tabungannya selama dia bekerja dan akhirnya memutuskan pergi ke mall. Maura tidak mau mengingat apa yang terjadi di butik tadi. Dia hanya ingin tenang dan menenangkan diri. Karena itu dia memilih mall untuk pergi.

"Terima kasih, pak." Maura memberikan uang sebagai alat pembayaran untuk supir taksi yang dia tumpangi tadi.

Maura memasuki mall itu dan berkeliling sejenak. Ketika kakinya mulai lelah, saat itulah Maura pergi ke lantai paling atas mall tersebut dan memasuki salah satu tempat makan. Dia memesan makanan dan duduk di kursi yang kosong. Tangannya mengambil ponselnya dari dalam tasnya. Dia melihat beberapa panggilan tidak terjawab ada di ponselnya. Maura memasukan ponselnya ke dalam saku celananya setelah dia tahu yang menghubunginya terus menerus adalah Ardan.

"Hhh.." Maura menghela berat. Dia memakan makan siangnya walau dengan malas-malasan.

Usai makan siang, Maura kembali berkeliling dan kali ini dia memilih pergi ke bioskop yang juga ada di lantai paling atas mall tersebut. Maura melihat antrean cukup panjang di depannya. Mengusir bosan, Maura mengeluarkan ponselnya dan lagi-lagi pemberitahuan panggilan tidak terjawab masuk ke ponselnya. Dia melihat daftar panggilan itu dan menemukan nama Ardan tercatat menghubunginya sebanyak 57 kali. Terakhir adalah nomor Farrel, bodyguards Ardan yang biasanya menjemputnya.

Baru saja Maura hendak menelpon balik Farrel, pria itu sudah menghubunginya kembali. Dengan cepat Maura mengangkat panggilan itu dan mendekatkan ponselnya ke telinganya.

"Ya, Farrel. Ada apa?"

"Nona, tuan Deo..."

"Dia tidak bersamaku Farrel. Aku tidak tahu..."

Maura melihat antrean di depannya mulai bergerak dan saat itu juga Maura ikut melangkah maju.

"Ya, saya tahu anda sedang tidak bersama tuan..."

'Kalau sudah tahu kenapa menghubungiku?' Batin Maura kesal. Akan tetapi, kekesalan itu luntur seketika saat Farrel meneruskan ucapannya.

"Tuan ada di rumah sakit sekarang..."

Mata Maura melebar kaget. Dia merasa dirinya sudah salah mendengar ucapan Farrel.

"Maaf, Farrel. Kamu bilang apa tadi? Aku tidak mendengarnya..."

"Tuan ada di rumah sakit sekarang, Nona. Dia ada di ruang operasi..."

"Rumah sakit mana?"

Maura mendengarkan ucapan Farrel dan segera berlari keluar dari antrean dia memanggil taksi apapun yang sedang ada di luar mall. Dia menaiki taksi itu dan segera berangkat menuju ke rumah sakit yang Farrel sebutkan tadi.

"Suster, maaf. Ruang operasi di sebelah mana?" Tanya Maura.

Saat Maura menunggu suster menjawab saat itu bahunya ditepuk seseorang. Maura menoleh dan menemukan sosok kekasihnya di belakangnya. Kening Maura berkerut sebelum dia menyadari warna pakaian yang kenakan Ardan dengan pria yang saat ini bersamanya berbeda.

"Arman atau Arsen?" Tanya Maura memastikan.

"Arman. Arsen sudah ada di ruang operasi sekarang."

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang