"Siapa pria tadi Ardan?" Tanya Maura.
Sejak satu jam yang lalu, Maura terus menahan diri untuk tidak bertanya. Akhirnya, dia tidak tahan juga dan menanyakan langsung pada Ardan.
"Dia itu dulu salah satu temanku. Saat aku di US,"
"Lalu?"
"Ya... sesuatu terjadi dan kami tidak lagi berteman,"
"Apa yang terjadi?"
Ardan menatap Maura dengan tatapan tajamnya. Maura langsung terdiam. Maura langsung sadar dia sudah melewati batasnya. Dia mengorek terlalu banyak urusan pribadi Ardan. Maura berdeham kecil dan memilih berdiri di dekat jendela untuk menatap ke jalanan di bawah.
"Maafkan aku, sayang," suara berat Ardan dan lengannya yang melingkar pada pinggang Maura sempat membuat gadis itu bergenjit sejenak.
"Tidak apa-apa,"
"Dulu, aku, dia, dan Jim berteman satu sama lain. Dia memiliki seorang adik kembar. Namanya Celia Maxton. Karena berada di satu sekolah yang sama, kami sering kali pergi bersama dan beberapa kali Celia ikut dengan kami..."
Ardan menarik napasnya sekaligus menghirup wangi sampo Maura.
"... Celia menyukaiku. Aku berusaha menjauh darinya tapi, Celia tetap berusaha mendapatkanku. Sampai akhirnya, aku menegaskan padanya bahwa aku tidak bisa bersamanya,"
Maura ingin sekali bertanya apa yang terjadi pada gadis bernama Celia itu tapi dia tidak seberani itu untuk bertanya.
"Celia hilang sehari setelah aku mengatakan hal itu padanya. Sebulan kemudian, Carrel menghampiriku dan memukuliku. Jim yang memisahkan kami. Carrel bilang adiknya melarikan diri dari rumah dan saat kembali adiknya sudah hancur,"
Maura mengerti maksud "hancur" yang Ardan katakan. Sedikit banyak dia mulai memahami keadaan yang mungkin terjadi jika Carrel ada di Jakarta saat ini.
"Dia, apa dia kesini untuk balas dendam melalui aku atau Alesha?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja pada Ardan.
"Entahlah aku tidak tahu, yang jelas aku takut mereka melukai salah satu dari kalian," ujar Ardan dengan pelukan yang semakin mengerat.
"Hubungi Keannu dan minta dia menjaga Alesha. Keannu sering bersama Alesha belakangan ini," saran Maura dan Ardan mengangguk.
Ardan menundukan kepalanya dan menempelkan keningnya di bahu Maura.
"Jangan tinggalkan aku, Maura! Aku mohon padamu..."
Mendengar ucapan lirih itu, Maura langsung membalik badannya dan memeluk Ardan dengan erat.
"Aku tidak akan kemana-mana. Itu janjiku, Ardan. Jadi, sampai kapan pun aku tidak akan kemana-mana,"
Ardan mengangguk. Dia memeluk Maura dengan erat sementara mata cokelatnya menerawang ke luar jendela bersama dengan pikiran dan kekalutannya.
.........
Next day,
"Tuan," Ardan mengangkat kepalanya dan melihat Jim berdiri di depannya.
"Kalau kau mau membicarakan Carrel, lepaskan dulu keformalanmu itu Jim,"
Jim mengangguk. Dia berjalan masuk ke ruangan Ardan. Dia duduk di sofa dan memulai percakapan disana dengan tarikan napas yang cukup dalam.
"Aku tidak menemukannya,"
Kening Ardan berkerut saat Jim mengatakan hal itu.
"Maksudku, aku memang menemukan alasan dia disini. Hanya saja, aku tidak tahu itu benar atau tidak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomantiekCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...