Four years before Ella's wedding,
"Kak, nanti jemput aku di kelas ya,"
Permintaan itu membuatku tersenyum. Permintaan kecil dari adik kecilku, Nia. Namanya Antonia Reinner Kenneth Dimitra, adik kembarku sekaligus adikku satu-satunya. Nama kami hampir sama. Terkadang adikku itu digoda oleh teman-temannya karena nama kami yang hanya berbeda sedikit. Dia Antonia dan aku Anthony.
Tarikan kecil di lenganku membuatku menoleh. Ah, iya! Aku belum menjawab permintaannya. Pantas dia menarik lenganku.
"Nanti aku jemput. Sana kembali ke kelasmu,"
Lihat! Dia langsung tersenyum. Adikku itu memang agak manja. Tapi, aku tudak kesal atau marah. Aku menyukainya. Dia manja padaku dan keluargaku, dia sangat menempel padaku mengingat aku adalah kembarannya.
Belakangan ini ada hal yang membuatku gusar. Entah kenapa, sejak kejadian pak Thomas tempo hari, aku merasa seseorang mengawasi kami. Bukan anak buah ayahku. Karena aku tahu bagaimana anak buah ayahku mengawasi kami. Ada orang lain yang mengawasi kami. Entah siapa dan apa maunya. Yang jelas itu cukup membuatku kembali teringat pada ucapan pak Thomas.
"Apa aku harus bilang pada papa?" Gumamku.
"Tony!"
Aku langsung menoleh saat mendnegar suara Johan. Aku melihatnya dan Dion sedang berjalan ke arahku.
"Mana Ken?"
"Masih di kampung bapaknya," Johan menjawabku.
"Oh. Lama dong baliknya?" Tanyaku lagi.
"Ya begitulah," kali ini Dion yang menjawab.
"Lo merasa aneh nggak sih?" Tanya Dion tiba-tiba.
"Lo juga?" Aku dan Johan berujar hampir bersamaan.
Kami bertiga saling tatap. Akhirnya aku menyadari kalau firasatku benar. Ada orang yang mengawasi kami.
"Gimana nih?" Tanya Dion.
"Kayaknya bukan kita sasarannya," ujar Johan.
"Lalu siapa?"
"Entahlah,"
Aku berdiam memikirkan siapa yang mereka awasi jika itu bukan aku, Johan atau pun Dion. Sampai bayangan adik kecilku melintas di kepalaku.
"Nia!" Aku berujar membuat Johan dan Dion terkejut.
"Maksud lo, mereka mengawasi Nia?"
Aku mengangguk. Setelah menimbang-nimbang selama beberapa menit, aku putuskan untuk menghubungi ayahku.
"Ya nak, ada apa?"
"Pa. Apa aku menganggu papa?"
"Tentu tidak. Kenapa?"
Pertanyaan dari ayahku itu, entah kenapa justru membuatku bimbang. Apakah aku harus memberitahunya atau tidak?
"Apa terjadi sesuatu?"
Aku terkejut saat ayahku mengatakan hal itu. Seperti dia sudah tahu kalau aku berada dalam masalah.
"Entahlah, pa,"
"Tony, jangan berbohong pada papa!"
"Aku tidak bohong, pa,"
Aku mendengar helaan napasnya. Aku yakin ayahku sebenarnya sedang sibuk. Aku bisa mendengar dia menyuruh seseorang keluar.
"Beritahu papa, apa yang mengganggumu?"
"Jadi sebenarnya, aku merasa ada yang mengawasi kami,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomanceCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...