"Sayang..."
Panggilan kecil itu membuat Maura terkejut. Bukan karena sebutan panggilannya ataupun siapa orang yang memannggilnya karena, Maura hafal di luar kepala suara siapa yang memanggilnya itu. Maura terkejut lantaran panggilan itu mengandung nada yang sangat manja. Belum lagi lengan kokoh itu kini memeluk pinggangnya dengan sangat manja dan menyandarkan dagunya di bahu Maura.
"Kenapa?" Tanya Maura akhirnya.
"Hm?"
"Kenapa? Apa ada masalah? Ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Maura lagi.
Maura terkejut saat napas Ardan menyapu lehernya, belum lagi suara kekehen kecil pria itu. Ya Tuhan! Nikmat Tuhan mana lagi yang dia dustakan? Setelah memiliki suami yang tampan, pandai juga kaya raya dan yang terpenting sangat menyayanginya, dia tidak ingin meminta lebih. Baginya sudah cukup.
"Ardan..." panggil Maura setengah merengek.
Maura bersumpah. Jantungnya berdegub sangat kencang tatkala suara tawa Ardan semakin jelas di telinganya dan juga pelukan lengan Ardan mengerat di pinggangnya.
"Aku tidak apa-apa. Tidak ada yang menggangguku sama sekali," ujar Ardan akhirnya.
"Lalu? Ada apa?"
"Aku bosan,"
"Mau keluar?"
"Ada papa dan grandpa. Tidak enak keluar rumah saat mereka sedang bertamu untuk mengunjungimu,"
Maura mengangguk paham. Dia mengusap lengan Ardan yang ada di pinggang dan perutnya.
"Sudah okey, aku bisa kena penyakit jantung kalau kamu seperti ini terus," ujar Maura.
"Kenapa begitu?"
"Kamu terlalu manis, Ardan. Aku bisa kena diabetes dan jantungan hanya karena tingkahmu,"
Ardan kembali tertawa. Kali ini dia membalik badan Maura hingga sang istri menghadap ke arahnya. Ardan menundukkan kepalanya dan mengecup kening Maura.
"Aku kan sudah pernah bilang, siap-siap untuk menerima perubahanku. Aku tidak akan menjadi Ardan yang sama seperti sebelum kita ke Sydney," ujar Ardan.
Maura mengingat ucapan Ardan saat mereka ada di Sydney dulu dengan status masih bertunangan. Maura terkekeh kecil dan Ardan langsung mengecup bibir Maura dengan sayang.
"Seperti inikah, Ardan yang baru?" Tanya Maura.
"Hn. Seperti ini Ardan yang sudah berevolusi,"
Mereka berdua terkekeh geli. Memang sejak Ardan mengatakan hal itu, Maura sering mendapati sikap-sikap Ardan yang sangat manis. Mulai dari selalu memeluknya dan melesakkan wajah di perutnya ketika bangun pagi, sampai dengan merengek manja pada Maura jika keinginannya tidak dipenuhi. Manja memang dan sedikit menyebalkan akan tetapi, Maura senang kelakuan Ardan.
Jangan salah! Ardan tetap Arogan dan sangat sulit disentuh jika berada di luar rumah dan bukan Maura yang ada di sebelahnya. Seperti misalnya, saat Ardan meeting di salah satu mall besar di Jakarta Barat dengan calon kliennya yang kebetulan perempuan. Saat itu, Ardan juga sudah berjanji akan menemani Maura berkeliling Mall. Jadi, saat Ardan tengah berbincang saat itu Maura datang.
Maura masih ingat dia begitu penasaran dengan raut wajah Ardan yang mengeras seolah menyimpan kemarahan yang siap meledak. Rasa penasaran menariknya mendekat dan dari jarak dekat Maura tahu jika calon klien Ardan tengah menggoda Ardan.
"Pak Deo. Sungguh anda sangat tampan dan memenuhi kriteria calon menantu yang ayah saya inginkan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomanceCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...