Stop Talking Before I Make You Stop!

35.2K 1.6K 3
                                    

Ardan menghembuskan napasnya dengan berat. Permasalahan Alesha akhirnya di selesaikan sang ayah dengan jalan damai. Meski si triplets tidak setuju, mau diapakan lagi? Ayahnya sudah berucap demikian. Jadilah sekarang Ardan sibuk menembaki papan target di depannya dengan pistol miliknya guna melampiaskan kekesalannya

"Tuan..." panggil Jim

"Hn" jawab Ardan tanpa menoleh dan masih menembaki papan target di depannya

"Ada perusahaan yang meminta kerja sama dengan anda. Beliau ingin bertemu anda"

"Kapan?"

"Sore ini di restoran Hachi Hachi di Taman Anggrek tuan"

"Ya sudah. Jam tiga kita berangkat" ujar Ardan. Ardan meletakan pistolnya dan keluar dari ruangan itu. Langkah kakinya terdengar sangat teratur dan menuju ke lift. Ardan kembali ke ruangannya.

Ardano memilih duduk dengan secangkir kopi di meja kerjanya. Dia mematikan pendingin ruangan dan menyalakan penyaring udara yang ada di ruangannya. Ardan mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya. Dia menyalakan sebatang rokok dan mengisapnya dalam

"Aneh... Terkadang aku tidak habis pikir dengan maunya papi..." gumamnya

Ardan menghabiskan waktunya di ruangannya sambil sesekali melihat beberapa laporan dari anak buahnya tentang pekerjaan mereka

Mata Ardan mengernyit saat melihat laporan yang cukup mengecewakan di atas mejanya

"Apa-apaan ini?" desis Ardan

Reputasi seorang Ardan dalam bidang pengamanan tidak pernah tercela. Dan laporan yang dilihat oleh Ardan merupakan laporan yang akan membuat reputasi usahanya ternodai

"Jim...!" panggul Ardan

"Ya, tuan"

"Apa-apaan ini?" Ardan melemparkan map berisi kertas laporan itu ke arah Jim

"Maafkan saya tuan. Memang beberapa waktu lalu, anak buah kita dikalahkan oleh seseorang dan saya sudah mengirim seseorang untuk mencari tahu tentang hal ini"

"Sudah ada kabar?"

"Belum tuan. Tapi, saya yakin kita akan mendapatkan pelakunya paling lambat besok"

Ardan mengangguk

"Urusan dengan klient sendiri sudah ditangani?"

"Sudah tuan. Klient kita sudah diberikan pengganti"

Ardan mengangguk lagi dan menyuruh Jim keluar. Ardan hanya bisa merenung saja

"Kak..." suara itu membuat Ardan menoleh dan melihat adiknya sudah berdiri di dekat pintu

"Alesha? Kenapa kesini?"

"Alesha mau minta diantarkan kakak"

"Kemana?"

"Itu... Mm... Alesha mau daftar kuliah. Kata kak Natasha, Alesha bisa masuk di kampus dia aja. Jadi, kalau jadwalnya sama aku bisa pulang sama kak Natasha"

Ardan mengangguk. Dia berdiri dan segera menghampiri Alesha

"Kakak tuh ya, kalau papi tahu papi bisa marah sama kakak..."

"Jangan bilang papi makanya!"

"Nggak baik kak..."

"Nggak tiap hari dek..."

Alesha hanya bisa menghela napas. Dia menundukan kepalanya dan memainkan jemarinya

"Kak..."

"Hn"

"Maaf..."

Ardan mengernyit dan menunduk melihat adiknya. Dia menyuruh Jim jalan lebih dulu

"Kenapa kamu minta maaf?"

Alesha mengangkat kepalanya dan mengambil tangan besar kakaknya untuk dia genggam

"Soalnya Alesha tahu kakak gak kan merokok kalau tidak sedang stress dan Alesha juga tahu kakak stress karena masalah Alesha... Alesha minta maaf kak"

Ardan tertegun sesaat saat melihat adiknya. Dia menarik adiknya dan mendekap erat tubuh mungil milik adiknya. Tangannya membelai rambut panjang sang adik

"Kamu nggak salah Alesha. Kenapa minta maaf? Kakak sedang banyak masalah pekerjaan bukan karena masalah kamu..."

Alesha mengangguk saja. Ardan melepaskan pelukannya dan mengajak Alesha berangkat ke kampus yang ingin Alesha masuki. Alesha dan Ardan sama-sama berdiam setelah percakapan singkat mereka

...........

"Terima kasih kakak" ujar Alesha saat mereka sudah selesai mengurus pendaftaran Alesha di kampus itu

Ardan hanya tersenyum. Jim mendekatinya dan mengatakan dia harus segera berangkat ke lokasi pertemuannya

"Kakak kenapa gak bilang kalau kakak ada urusan? Kalau bilang kan, Alesha perginya besok saja"

Ardan tersenyum tipis

"Ikut saja yuk. Cuma sebentar doang paling. Habis itu kita jalan-jalan"

Alesha menimbang-nimbang ajakan kakaknya dan akhirnya ikut dengan sang kakak.

"Sore pak Deo" sapa calon klient Ardan

"Sore pak..."

Alesha duduk di sebelah kakaknya. Dia mendengar pembicaraan kakaknya dengan sang klien

"Saya permisi sebentar" ujar Ardano

Ardano pergi meninggalkan Alesha bersama dengan kliennya. Setelah Ardano tidak terlihat, klien Ardano mengulurkan tangannya ke arah Alesha. Dia mengusap punggung tangan Alesha.

"Maaf." Ujar Alesha sopan pada klien kakaknya.

"Jangan malu-malu begitu! Mari sini mendekat ke saya" ujar klien Ardano yang hampir seusia dengan ayahnya.

Alesha mengernyit saat mendengar ucapan pria di depannya. Mata Alesha mencari keberadaan Jim yang hilang sejak dia dan Ardan masuk ke tempat makan ini. Alesha menarik tangannya dan meletakan tangannya di pangkuannya.

"Aduh, malu-malu sekali.." ujar pria itu. Dia menggeser badannya untuk mendekat ke arah Alesha dan membuat Alesha komat-kamit dalam hati memanggil kakaknya agar segera kembali.

Si klient itu berada tepat di sebelah Alesha dan Alesha terus menggeser badannya hingga dia berada di ujung kursi yang berbentuk setengah lingkaran itu.

"Berapa sih yang pak Deo bayar sampai kamu menolak saya? Saya bayar lebih tinggi darinya deh..." ujar pria itu sambil memajukan wajahnya.

Jelas saja Alesha mengkeret ketakutan. Saat pria itu semakin mendekat, Alesha hanya bisa berdoa dalam hati.

Grepp!

Tangan Ardano menutupi mulut Alesha tepat sebelum bibir si pria tua itu menempel di bibir adiknya. Alesha menghela lega, terlebih saat dia mengenali cologne di tangan sang kakak dan juga parfum di jas milik kakaknya. Klien Ardano langsung mendongakan kepalanya dan tersentak saat melihat Ardano sudah berdiri disana dengan wajah sangat menyeramkan.

"P-pak Deo.." panggil si klien dengan gugup.

Ardano langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Arman, kamu punya perjanjian dengan perusahaan J'in enterprise?"

"..."

"Batalkan kontraknya sekarang juga. Uang ganti rugi aku yang tanggung" ujar Ardano lalu, dengan cepat dia memutus sambungan itu.

Ardano melepaskan tangannya dari mulut Alesha dia menunduk dan mengangkat dagu Alesha dengan jarinya.

"Are you okey?" Tanya Ardano

Alesha tidak menjawab. Dia memeluk pinggang Ardano dengan tangan gemetaran. Wajahnya dia sembunyikan di perut kakaknya. Ardano langsung mengalihkan pandangannya ke pria di depannya

"Di-dia menggoda saya pak! Dia memang perempuan-"

"Sebaiknya anda hentikan ucapan anda sebelum saya yang menghentikan ucapan anda!" Ancam Ardano

"T-tapi pak"

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang