Maura mendengarkan Ardano yang menanyai karyawannya. Meski tidak ada jawaban dari para karyawan, Ardano menegaskan bahwa dirinya tidak segan membalas para karyawan itu jika mereka menghina dan memperlakukan Maura dengan buruk. Bukankah seharusnya Maura merasa senang?
Maura hanya diam. Bagi Maura suara Ardano saat ini hanya membuat telinganya berdengung. Sebenarnya sejak tadi kepalanya terasa pusing. Hanya saja, rasa penasaran akan kebenaran dari ucapan si pegawai tadi membuat Maura mengesampingkan pusing di kepalanya dan mencari tahu kejelasan itu dari bibir Ardano sendiri. Dan sekarang, setelah semua kebenaran terungkap, rasa pusing di kepala Maura kembali terasa.
"Ingat dan catat baik-baik! Kalian yang berani memperlakukan gadisku dengan buruk atau mengusik ketenangannya akan berurusan langsung denganku, paham?!"
Seusai mengatakan itu, Ardano mengeratkan rangkulannya di pinggang Maura.
"Dan anda Kathryn! Anda saya pecat secara tidak hormat! Saya juga akan memastikan anda masuk dalam blacklist!"
Ardan baru mau melanjutkan ucapannya jika Maura tidak menarik jasnya. Ardano menoleh dan melihat Maura sedikit oleng dan beberapa kali menarik jasnya ketika dia hampir jatuh.
"Sayang, kamu baik-baik saja?" Tanya Ardano.
"Pusing. Kepalaku pusing sekali..." ujar Maura disusul badannya yang oleng.
Ardan segera menahan pinggang Maura lebih erat lagi. Dia menggendong Maura dan menyuruh Jim menyiapkan mobil.
"Jim, usir wanita itu dari sini!"
"Baik tuan."
Ardan membawa Maura ke dalam mobilnya dan langsung menyuruh Farrel mengantar mereka ke rumah sakit. Ardan membiarkan dokter dan perawat memeriksa keadaan Maura di UGD. Ardan hanya diam dan memeperhatikan dari jauh.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Ardan setelah dokter selesai dengan pemeriksaannya.
"Nona Maura mengalami benturan cukup keras di kepalanya, beliau juga mengalami shock dan trauma ringan. Kami sudah memberikan obat penenang. Beliau hanya perlu beristirahat yang cukup dan beliau akan kembali sehat. Saya permisi tuan."
Ardan mengangguk. Dia duduk di sisi Maura. Ardan menyuruh Jim untuk mengurus prosedur rawat inap. Tangan Ardan mengusap punggung tangan Maura perlahan. Matanya menelusuri lekuk wajah yang ayu dari gadis di depannya. Ardano sendiri tidak paham kapan dia mulai jatuh hati pada gadis di depannya ini.
Ardano meletakan kepalanya di atas tumpukan kedua tangannya yang dia lipat di sisi ranjang Maura. Dia menunduk dan memejamkan matanya.
.......
"Hai, tumben kamu telat..." sapa Maura.
Maura sedikit mengernyit saat melihat Ardano mendiaminya dan tidak menjawab pertanyaan ataupun sapaannya. Maura memilih diam dan masuk ke dalam mobil. Dia duduk sisi Ardano dengan cepat lalu, mobil itu melaju keluar dari kampusnya.
Maura melirik ke arah Jim dan Farrel yang ada di kursi depan tapi, kedua pria itu sama diamnya dengan Ardano. Maura penasaran. Dia menggeser sedikit badannya ke arah Ardano. Bermaksud menanyakan hal yang membuatnya penasaran. Akan tetapi, pertanyaannya tertelan dalam-dalam saat matanya menangkap sesuatu yang lebih menarik dari pertanyaan yang ingun dia tanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomanceCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...