"Kak, makan dulu yuk..," ajak Alesha.
Ardan menggelengkan kepalanya. Sejak dia tersadar empat hari yang lalu, Ardan sama sekali tidak mau menyentuh makanan ataupun minuman yang ayah dan adik-adiknya bawakan. Mata Ardan hanya menatap kosong keluar jendela.
Sejak Ardan bangun juga, selalu ada yang berjaga di sekitar Ardan. Mereka mencoba meminimalkan celah bagi Ardan untuk melukai dirinya sendiri.
"Kak... makan ya..." pinta Alesha.
Ardan kembali menggelengkan kepalanya. Dia memilih menoleh ke arah jendela dan melihat langit biru dari jendela itu.
"Kak..."
"Taruh saja disana. Nanti kalau kakak lapar kakak makan...," itu ucapan Ardan. Namun nyatanya, Ardan tidak akan menyentuh makanannya. Satu-satunya asupan gizi untuknya hanya berasal dari cairan infus saja.
Alesha meletakan mangkuk di tangannya ke atas nakas. Dia mengusap punggung tangan Ardan yang bebas dari jarum infus.
"Ada Alesha. Kakak nggak sendirian. Kak Maura pasti ketemu. Alesha akan bantu cari kak Maura juga...," ujar Alesha menyemangati kakaknya.
"Hn. Thanks," Ardan tersenyum kecil pada adik bungsunya itu.
Setelahnya Ardan kembali menatap ke arah jendela. Lelah menatap langit, Ardan memilih berbaring dan memejamkan matanya. Ardan kembali terlelap.
"Alesha..." panggilan itu membuat Alesha menoleh.
"Papi..."
"Ardan masih nggak mau makan?" Tanya Alvaro saat melihat mangkuk itu masih penuh dengan bubur.
Alesha mengangguk. Alvaro menghela gusar. Dia melihat kulit Ardan yang semakin pucat. Berat badan Ardan juga mulai turun. Setiap hari, Ardan hanya bangun, duduk di atas tempat tidurnya sembari menatap ke arah langit atau kembali terlelap.
"Ardan..." Alvaro memanggil putra sulungnya itu.
"Pi, kalau kak Ardan seperti dulu lagi bagaimana?" Tanya Alesha khawatir.
Alvaro mengusap rambut panjang Alesha. Dia mengecup puncak kepala Alesha.
"Tidak akan. Kakak tidak akan seperti itu lagi..."ujar Alvaro.
............
"Sudah ada kabar dari Maura?"
"Tidak ada. Maaf tuan, kami masih belum bisa menemukan nona Maura,"
Arman menghela berat. Badan kakaknya semakin hari semakin kurus. Sedangkan Amanda sudah dikirim paksa ke Jerman untuk berobat. Ancaman Arman dan Arsen benar-benar ampuh untuk paman mereka sekalipun. Alesha membantu mencari Maura bersama dengan kekasihnya, Keannu.
"Cepat temukan dia Jim. Aku tidak percaya dia bisa menghilang tanpa jejak, terlebih Cavalier sekeluarga sudah penjarakan..." ujar Arman.
Jim mengangguk. Dia sendiri heran dengan kemampuan bersembunyi yang dimiliki Maura. Entah bagaimana gadis itu berhasil menyembunyikan dirinya selama tiga bulan. Arman bersama Arsen juga Jim berdiskusi di depan pintu kamar rawat Ardan. Mereka tidak berani meninggalkan Ardan sendirian.
Jim sendiri terkejut saat pertama kali diberitahu kalau tuannya pernah mengalami depresi akut sampai tahap hampir dimasukan ke rumah sakit jiwa. Beruntung kembaran ibunya menikah dengan seorang psikolog hingga Ardan bisa diterapi oleh suami dari bibi mereka.
Suara pintu terbuka membuat ketiga orang itu terkejut dan menoleh. Arman langsung mendekat ke arah pintu.
"Kak, kenapa bangun?" Tanya Arman
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomansaCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...