"Bandung!" Pekik Maura girang saat kakinya menginjak lapangan parkir di salah satu hotel ternama di Bandung.
Ardan hanya terkekeh kecil saat mendengar sorakan girang istrinya yang nampak sangat senang. Ardan mengajak Maura masuk ke dalam hotel.
"Selamat datang, tuan Deo. Kamar anda sudah kami siapkan, mari saya antar tuan,"
Ardan mengangguk. Dia membiarkan tasnya dan Maura di bawakan oleh pegawai hotel. Dia dan Maura berjalan mengikuti pria di depan mereka. Sebenarnya Maura cukup heran dengan para pegawai yang nampak sangat hormat pada Ardan.
"Silahkan tuan. Kalau anda butuh sesuatu silahkan hubungi kami,"
"Terima kasih," ujar Ardan.
Ardan mendudukan dirinya di sofa terdekat. Maura memilih berkeliling kamar yang lumayan besar itu. Kamar yang mereka tempati memiliki ruang tamu dan dapur lalu, sebuah kamar dan kamar mandi.
Maura terkekeh saat melihat pemandangan yang cukup bagus mengingat dia berada di lantai atas hotel yang cukup tinggi ini.
"Beritahu aku, ini memang perasaanku saja, atau kamu memang pemilik dari hotel ini?" Tanya Maura membuat Ardan terkekeh.
Ardan berjalan mendekati Maura dan mengecup pipi Maura. Ardan membalikkan badan Maura agar kembali menatap ke arah jendela. Ardan memeluk Maura dari belakang dan meletakan dagunya di puncak kepala Maura.
"Kamu tidak salah. Dari semua aset keluarga Dimitra, papi memberikan hotel ini padaku. Perusahaan Luzuar pada Arman dan rumah sakit untuk Arsen,"
Maura mengangguk paham. Dia menyandarkan diri pada badan tegap Ardan dan menghirup wangi Ardan dalam-dalam.
"Ardan,"
"Hm?"
"Kenapa kamu sering memanggilku wanitamu?"
"Kalau aku memanggilmu gadisku, kekuatan posisimu tidak akan terlalu kuat. Para perempuan itu bisa memikirkan banyak hal yang berujung pada banyak cara untuk menggeser posisimu,"
"Tapi, aku istrimu,"
"Dan kamu masih gadis. Mereka akan mengira kita menikah karena terpaksa atau karena dijodohkan. Mereka akan mengatakan hal-hal jahat padamu hingga kamu tidak tahan dan ingin mundur dari kedudukanmu. Aku tidak mau kamu mundur dari kedudukanmu. Karena kedudukanmu untuk saat ini hanya satu,"
"Apa itu?"
"Istriku dan ratu disini," ujar Ardan sembari mengambil tangan Maura untuk dia letakan di dadanya yang sedang disandari oleh Maura.
"Pantas kamu selalu menyebutku begitu di depan banyak orang,"
Ardan terkekeh kecil. Dia mencium puncak kepala Maura dan mengusap perlahan perut Maura.
"Ardan..."
"Hm?"
"Kenapa mengusap perutku begitu?"
"Aku sedang mengusap calon anak kita,"
"Ngawur!" Ujar Maura sembari memukul kecil lengan Ardan.
"Kenapa ngawur?"
"Kita saja belum "itu","
"Tapi, nanti malam akan kita lakukan. Aku hanya sedang membiasakan calon anak kita dengan usapan tangan ayahnya. Agar nanti malam calon anak kita tidak kaget saat ada yang menemuinya,"
"Ada-ada saja kamu ini,"
Ardan terkekeh kecil. Setelah mengusap perut ramping Maura untuk beberapa saat, Ardan mengajak Maura berjalan-jalan di tempat wisata di sekitar bandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomanceCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...