"Berani juga dia membuat putri kecil keluarga Reinner dan Dimitra kesakitan seperti ini," ujar Damian.
Ardan masih mengusap-usap kepala Nia dengan sayang. Sementara Arman, Harry dan Damian hanya menatap ke arah pria itu dan putrinya dengan tatapan kesal.
"Anda tahu siapa orang yang dipanggil anak anda dengan kata "jalang", kan pak Doni?"
"I-iya pak. Maafkan putri saya,"
"Minta maaf pada saya? Saya hanya pamannya. Bukankah harusnya anda minta maaf pada ayahnya dan juga keponakan saya sendiri?"
Pria itu buru-buru menoleh ke arah Ardan.
"Ma-maafkan saya tuan. Saya benar-benar minta maaf,"
Pelayan dan pegawai di tempat itu memanggil satpam untuk menghentikan keributan. Ardan hanya diam saja. Dia masih memperhatikan Nia yang terus meringis kecil saat Ardan mengusap kepala anak itu.
"Ke dokter saja ya, baby?"
"Tidak usah pa. Aku nggak apa-apa kok,"
"Itu sakit, kan sayang?"
Mengingat kata sakit, Nia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang membuat Ardan mengerutkan keningnya.
"Kak Tony, maaf," ujar Nia.
Langsung saja keempat pria di sisi Nia teringat hal penting. Jika terjadi sesuatu pada Nia, Tony alan menjadi orang nomor satu yang merasakannya.
"Kakak sakit nggak? Nia minta maaf. Tadi ada yang menjambak Nia,"
"Benarkah? Maaf kak. Nanti Nia langsung kesana sama papa deh,"
"Kakak benar nggak apa-apa?"
"Nia sih masih sakit sedikit,"
"Maafin Nia kak, Nia lupa,"
Nia menyodorkan ponselnya pada Ardan. Membuat Ardan mengambil ponsel itu dan menerimanya. Sebelah tangan Ardan menarik Nia untuk dia peluk.
"Ya?"
"Siapa yang macam-macam sama Nia, pa?"
"Hanya dua orang tidak penting,"
"Nia tidak apa-apa, kan pa?"
"Tidak. Nia malah takut kamu kenapa-kenapa,"
"Bilang pada Nia, Tony nggak apa-apa. Nia jangan nangis,"
"Kamu tahu dia menangis?"
"Sangat tahu. Nia itu adik Tony pa, Tony tahu,"
"Ya, sudah nanti papa sampaikan pada Nia,"
"Umm.. pa,"
"Ya?"
"Tony pulang nanti malam sama mama,"
"Papa pulang sebentar lagi,"
"See you, pa,"
"See you,"
Ardan mengusap punggung Nia dan menyampaikan pesan Tony untuk Nia.
"Kita pulang, okey?"
Nia mengangguk. Ardan meletakan tiga lembar uang seratus ribu. Lalu, dia menggendong Nia. Belanjaan Nia tadi, dia minta tolong Arman membawakannya.
"Tu-tuan,"
Ardan hanya melirik tajam pria itu hingga dia terdiam. Terlebih saat tangan pria itu memegang kaki Nia secara tidak sengaja saat menghentikan langkah Ardan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomansaCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...