"Sayang, kamu nggak kerja?" Tanya Maura.
Bukan apa-apa. Ardan sang suami sudah berdiam diri di rumah sejak Maura diizinkan pulang dari rumah sakit. Kalau ditotal sudah hampir dua bulan Ardan tidak berangkat ke kantornya.
"Nggak,"
"Lah? Kenapa?"
Ardan tidak membalas ucapan Maura. Dia malah sibuk menimang bayi mungil bermata cokelat itu dengan sayang. Ardan mengayun pelan bayi kecil dalam gendongannya itu. Sesekali ujung hidungnya mencium puncak kepala bayi kecil yang terlelap nyaman dan berbalut kain berwarna merah muda.
"Kamu sudah menjaga baby Elle selama dua bulan, Ardan. Pekerjaanmu tidak terlantar?"
"Tidak. Pekerjaanku aman. Kamu tenang saja. Lagi pula, baby Elle pasti mau bersama dengan papanya terus,"
Maura terkekeh. Jujur, Maura senang. Keberadaan Ardan di dekatnya selama dua bulan ini membantu dirinya. Dia tidak perlu bersusah payah bangun tengah malam karena, Ardan akan lebih dulu bangun untuk memberikan putri kecil mereka susu ASI yang sudah Maura siapkan.
Ardan meletakan putrinya dengan perlahan ke dalam box bayi. Dia meletakan boneka beruang dan kelinci di sisi kanan dan kiri putrinya.
"Mimpi indah sayang, papa menyayangimu," gumam Ardan.
Ardan berbalik dan menghampiri Maura yang sedang duduk di atas kasur mereka. Ardan ikut duduk dan dia bersandar pada bahu Maura.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin bersandar padamu saja,"
Maura mengangguk. Dia menarik pelan tangan Ardan hingga suaminya itu terbaring di atas ranjang mereka dengan kepala berada di pangkuannya. Maura mengusap helaian rambut Ardan.
"Arabella Reinner Kenneth Dimitra," gumam Maura.
"Kenapa?" Tanya Ardan.
"Tidak hanya menggumamkan nama anak kita saja. Seperti namanya, baby Elle sangat mirip denganmu,"
"Hm?"
"Baby Elle hanya membawa satu nama Reinner dan memiliki satu kesamaan denganku, senyumnya. Yang lain? Menurun darimu semua,"
Ardan terbahak kecil. Dia mengusap punggung tangan istrinya yang ada di dadanya.
"Mirip denganmu atau denganku, Ella itu anak kita. Dia membawa gen milik kita dan juga membawa cinta kita bersamanya,"
"Kalau itu aku juga tahu,"
"Kamu tahu?"
"Hn. Aku tahu, bagaimana tidak membawa cinta darimu kalau setiap malam sejak bulan madu kamu selalu bercinta dimanapun dan kapanpun kamu bisa denganku," ujar Maura sembari menarik hidung mancung Ardan.
Ardan kembali tertawa. Memang apa yang dikatakan oleh Maura ada benarnya. Sejak bulan madu waktu itu, Ardan seperti ketagihan dengan hangat badan Maura. Dia terus menerus menginginkan Maura. Pikiran dan hatinya menyerukan nama Maura berkali-kali.
"Aku mencintaimu, sayang. Sangat," ujar Ardan sambil mencium bibir mungil istrinya.
"Aku pun mencintaimu,"
Mereka memutuskan tidur siang. Ardan memeluk pinggang ramping Maura dengan sayang. Maura sendiri hanya mengusap perlahan lengan kekar Ardan yang melingkupi dirinya.
"Baby Elle mau diajak ke rumah oma Agatha nanti sore," ujar Maura.
"Tidak boleh,"
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomanceCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...