"Good morning, baby.." sapa Ardan saat dia melihat gadisnya keluar dari dalam kontrakan kecil milik gadisnya.
"Pagi..." Maura membalas sapaan itu.
Ardano membukakan pintu bagi Maura dan memancing para tetangga Maura untuk berkomentar tentang betapa beruntungnya Maura mendapatkan Ardan sebagai kekasihnya. Ardan hanya bisa tersenyum tipis sebelum masuk ke dalam mobilnya.
"Kenapa baby?"
"Malu aku..."
"Kenapa malu?"
"Mereka menatap dan membicarakanku begitu. Apalagi kalau mereka tahu kita nikah dengan tergesa-gesa seperti sekarang, mereka bisa mengira aku melakukan hal yang tidak sepantasnya nanti..."
"Jangan dipikirkan! Kenyataan aku tidak mau kehilanganmu lebih penting dari ucapan mereka." Ujar Ardan sembari melajukan kendaraannya menuju ke salah satu butik di Jakarta.
Berkendara sekitar satu jam mereka sampai di butik itu. Ardan membukakan pintu bagi Maura dan mengajak gadis itu masuk ke dalam. Dia merangkul pinggang Maura dengan erat saat mereka masuk ke dalam butik itu.
"Selamat pagi tuan. Ada yang bisa kami bantu?"
"Saya sudah memiliki janji temu dengan designer disini."
"Maaf, dengan tuan?"
"Deo. Deo Dimitra."
Pegawai itu mengangguk. Dia mengarahkan Maura dan Ardan untuk duduk di sofa sementara rekannya memanggil perancang pakaian yang sudah Ardan janjikan untuk mereka temui.
"Hai, sayang..." sapa perancang mode itu.
Kening Maura sedikit berkerut saat melihat gadis cantik yang sempurna itu memeluk Ardan dan mengecup kedua pipi Ardan. Bahkan Ardan tidak menolak atau marah.
"Mari, aku sudah menyiapkan gaun untukmu..."
Maura bangun dan mengikuti gadis cantik di depannya yang kini tengah tersenyum padanya. Gadis itu memiliki perpaduan indonesia dan juga bule. Entah bule mana, Maura tidak peduli. Maura mencoba gaun pertama. Dia keluar dari ruang ganti dan saat itu juga dia menemukan Ardano sedang duduk sembari memainkan ponselnya.
"Ekh-hem..." Maura berdeham kecil.
"What?" Ardano tercengang saat melihat model pakaian Maura.
Dia mengakui kekasihnya itu cantik dalam balutan gaun berbahan brokat. Berbelahan dada rendah.
"Coba berbalik, baby..." ujar Ardano.
Maura menurutinya dan berbalik.
"What the fuck? Are you kidding me?!" Umpat Ardano saat melihat bagian belakang gaun itu.
"Tukar! Aku tidak mau Maura memakai pakaian seperti itu!" Ujar Ardano pada sang perancang baju.
"No! Ini sempurna! Dia cantik dan pakaian ini membuatnya semakin cantik..."
"Tukar aku bilang Manda!"
"Manda! Manda! Kau pikir aku ini tokoh ular dari kartun naruto apa?!"
"Aku tidak peduli! Pokoknya tukar!"
"Astaga Ardan ini sempurna!"
"Tukar!"
"Kita tanyakan pada Maura saja..."
Maura menatap kedua orang itu bingung. Dia melihat pantulan dirinya di cermin. Sedikit berputar ke kanan dan ke kiri. Baju itu memang memiliki bagian belakang yang berbelahan sangat rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #1] His Possession
RomantizmCerita ini merupakan cerita keluarga Dimitra Series bagian pertama Tampan? Sudah pasti Kaya? Bukan main IQ? Di atas rata-rata Dialah si Tampan nan Arogan yang pertama dari keluarga Dimitra. Putra sulung dari keluarga Dimitra yang kepintarannya di a...