Chapter 16 ] Sebuah Coklat

14.6K 514 24
                                    

Warning!!!!
Cerita ini belum diedit, aku buat chapter ini juga nggak pake mikir jadi suka-suka aja.
Dan aku nulis cerita ini baru tadi siang dan cuman beberapa Jam.
Mangkanya maaf ya kalau ada yang Typo dan Gaje.
Happy reading✌
**********

"Bukannya gue sok cool, tapi kalian nggak tau aja betapa susahnya menstabilkan jantung waktu gue deket sama Nessie, bahkan sangking gugupnya gue sampai mati gaya pas dideket dia."
~Cakra

=============

Flashback!
Reina memicingkan matanya ketika melihat sebuah coklat yang dibungkus rapi didepan pintu rumahnya,dia sedikit kebingungan, siapa yang memberinya coklat? Ahh atau saja dia yang kepedean, bukan dia satu-satunya penghuni di rumah ini, mungkin coklat ini untuk Reiza kakaknya? Atau mungkin juga asisten yang bekerja di rumahnya. Entahlah, yang pasti sekarang dia mengambil coklat itu dan membuka kertas berwarna hijau yang membungkus coklat tersebut sehingga menampilkan merek coklat yang sebelumnya tak terlihat karna tertutup kertas hijau tadi.

Dia hendak membuang kertas hijau itu, namun niatnya dia urungkan karena melihat sebuah tulisan yang terpampang dibalik kertas tersebut.

Awali pagimu dengan yang manis-manis:)
~Jordan Stevano:)

Reina tersenyum ketika membaca tulisan itu. Ternyata semua ini ulah Jordan, satu-satunya cowok yang mampu membuatnya merasa dirinya Istimewa.

Kata Naufal, Jordan menyukainya dia juga merasakan keanehan akan sifat Jordan padanya. Jordan tampan, dia juga baik, bahkan dia juga pintar tapi sekeras apapun Reina berusaha menyukainya, namun hasilnya tetap sama. Perasaannya hanya sebatas teman ataupun layaknya kakak dan adik tidak lebih dari itu.
Flashback Off!

============

"Kak Jordan!" teriak Reina, lalu dia berlari kecil kearah Jordan yang berada tak jauh di depannya. "Makasih ya coklatnya," ucapnya sambil tersenyum kearah Jordan.

"Sama-sama," jawab Jordan sambil membalas senyumam Reina dengan senyuman yang tak kalah manis.

Jantung Reina berdetak tak beraturan, perasaan yang aneh. Dia sudah meyakinkan diri bahwa dia tidak ada perasaan apa-apa pada Jordan tapi entah mengapa sekarang.... Ahh tidak-tidak semoga ini memang bukan perasaan yang lebih.

"Eee... yaudah ya kak aku mau ke ruang osis dulu," ucap Reina sebelum pergi.

"Pake lo-gue aja, nggak usah canggung gitu kali sama gue Rei," kata Jordan. Reina menghentikan langkahnya lalu berbalik untuk menatap Jordan. Dia hanya tersenyum simpul lalu segera berjalan dengan langkah gusar. Antara salting dan buru-buru sekarang tak ada bedanya.

============

Devano duduk di atas kursi kayu yang mulai rapuh, disekelilingnya banyak sekali barang yang tidak terpakai, ya jelas karena tempat ini adalah gudang.

Tangannya sibuk mencari sesuatu di dalam tas nya hingga menemukan rokok dan lighter dari dalam sana. Diambilnya sebatang lalu dia menyulutkan api pada ujung rokoknya menunggu hingga terbakar lalu menyelipkannya ke sela bibir. Terasa manis di ujung filternya.

Dia memang seorang pecandu rokok, bahkan dia bisa menghabiskan satu slop rokok perharinya. Dia tau benda itu berbahaya, namun hanya benda itu yang bisa meringankan beban pikirannya seperti sekarang.

Aufa.
Mengingat cowok itu hanya membuat Devano semakin pusing, hanya karna masalah cewek dia bisa menaruh dendam yang begitu besar padanya. Terdengar aneh namun itulah faktanya, Devano akui Aufa memang jago dalam bermain basket bahkan stratrginya bisa dibilang sangat baik dan lusa dia sudah harus berhadapan lagi dengan cowok itu, cowok yang dulu bisa mengalahkannya, namun kali ini dia tidak boleh kalah lagi mau ditaruh dimana mukanya kalau sampai dia kalah dua kali di kandang sendiri.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang