Chapter 64 ] Di waktu yang salah

8.6K 439 49
                                    

Aku sekarang jadi susah banget nulis karena nggak terbiasa, jadi kalau hasil tulisan aku sekarang agak mengecewakan tolong di makhlumi ya:)

Stay di rumah ya gaiss jangan keluar ke mana-mana:)

Jangan lupa vote dan komen.

========

"Eh, si bangsat!" umpat Devano ketika mendapati Aufa tengah meraih pergelangan tangan Reina dengan mesra, lalu membawanya ke tengah lapangan.

"BUAT KALIAN YANG MAU LIHAT ADEGAN YANG PALING EPIK SEPANJANG JAMAN, BURUAN KUMPUL KE TENGAH LAPANGAN SEKARANG!!" suara nyaring dari toa yang di pegang oleh Leon semakin buat Devano bertanya-tanya.

"Adegan paling epik apaan?! Kalau sekarang gue maju terus gue hantam pala si tai se antek-anteknya baru epik!" cerca Devano kelewat ngengas.

"Sante bro kayak di sate.. kita lihat aja dulu," ujar Dadu santai.

"Sante-sante pala lo! Lo pikir gue bisa sante kalau liat si tai makin ke sini makin ngelunjak!" cetus Devano.

"Si tai yang ngelunjak atau lo yang kurang gercep?" cibir Farel sambil terkekeh.

"Sialan lo!"

Devano dan ketiganya maju beberapa langkah untuk menyaksikan adegan demi adegan dengan jelas. Ada juga beberapa anak Savage yang tiba-tiba datang dan bergabung bersama mereka.

"Hari ini, tanggal 17 Februari. Gue Aufa Sergio Laskardito, serius ingin mengajak Reina Fara Ardilla, ber-pa-ca-ran!"

"ANJING!" umpat Devano terkejut.

"Wah... kayaknya bakal ada perang dunia ke-3 nih," gumam Alex yang hanya memasang tampang watados.

"Keadaan semakin memanas bung..." Cakra jadi ikutan kompor.

Devano semakin dibuat ternganga  ketika Reina dengan tegasnya menerima pernyataan Aufa.

"Alay! Jaman sekarang masih jaman nembak pake cara begituan? Kayak bocah sd aja!" maki Devano sarkas.

"Laknat lo Dev!" Farel hanya geleng-geleng kepala.

"Teriak alay kompak, oke?! Awas aja kalau ada yang nggak teriak habis lo pada sama gue!" ancam Devano.

"Apaan sih lo Dev, kalau gini siapa yang kayak bocah Sd cobak?" sergah Reval.

"Alay! Tinggal teriak alay apa susahnya?!" Devano yang memang tengah emosi semakin dibuat emosi lagi ketika teman-temannya menolak.

"Udah nurut aja," lirih Farel mengode teman-temannya agar menjalankan perintah Devano. Karena menolak perintah singa yang sedang marah besar, sama saja dengan masuk ke kandang buaya, alias cari mati.

"ALAY!!" seru Devano di susul oleh teriakan teman-temannya yang ikutan mencibir.

"ALAY, ALAY, ALAY!!!"

"NORAK BANGET ETDAH!!"

"SOK ROMANTIS BANGET, ALAY TAU NGGAK LO, ALAY!!!"

"A-L-A-Y.... TAU ALAY LO?!!"

Devano menatap sinis ke arah Reina yang balik menatapnya dengan tatapan tak kalah sinis. Entah mengapa di balik tatapan benci yang Reina tegaskan ia justru merasakan perasaan yang dulu juga pernah ia rasakan, perasaan aneh yang membuat jantungnya seperti diberi nikotin hingga membuat detakannya berubah lebih cepat, perasaan yang berkali-kali ia sangkal karena ego dalam dirinya yang tak pernah bisa ia lawan. Kini, di waktu yang tidak tepat ia sadar akan arti sebuah detakan yang selalu hadir tatkala ia berada di dekatnya. Sebuah perasaan yang sialnya hadir di waktu yang salah, hingga membuatnya diam seribu bahasa dan tak tau harus berbuat apa.

Apakah ia harus memperjuangkan cintanya meskipun harapan tinggal setitik lagi?

"Gue suka sama lo, Reina."

=============

"Ulalaaaa.... yang habis jadian, uhuk-uhuk!!" ujar Lidia heboh ketika Reina baru saja masuk kelas.

"Pajak jadiannya jangan lupa!" timpal  Rayya.

"Apaan sih kalian, heboh banget!"

"Reina, ikut gue yuk!" ajak Amelia sambil memasang wajah datarnya.

"Kemana?" tanya Reina.

"Udahlah ikut aja!" Amelia langsung menarik pergelangan tangan Reina yang membuat sang empunya terpaksa menurut.

"Lo gila ya Rei?!" cerca Amelia ketika mereka berdua sampai di koridor ruang olahraga yang sedikit sepi.

"Apa sih Mel?" Reina mengkerutkankan keningnya bingung.

"Katanya lo suka sama Devano? Terus kenapa lo malah nerima Aufa?!" sungut Amelia emosi.

"Ya dari pada gue nunggu yang nggak pasti kan? Gue juga nggak mau terus-terusan sakit hati Mel, apa salahnya kalau gue coba untuk buka hati buat Aufa?" tukas Reina.

"Coba buka hati kata lo? Emang lo pikir Aufa baju yang bisa lo jadiin bahan percobaan? Rei, pacaran itu nggak pakai hati lo doang, ada hati orang lain juga yang harus lo jaga. Jadi, kalau lo belum bisa narik diri dari masa lalu jangan seenaknya uji coba sama orang lain yang nggak tau apa-apa. Apalagi Aufa itu temen lo, lo nggak kasian," tegas Amelia.

"Berangkat sekolah bareng, ke mana-mana bareng, teleponan setiap malem. Apa itu definisi temen menurut lo?" ujar Reina yang membuat Amelia semakin tak habis pikir dengan jalan pikiran Reina.

"Terus sekarang lo mau nyangkal kalau lo tiba-tiba pindah hati dari Devano ke Aufa gitu? Apa lo pikir mindahin hati segampang mindahin barang? Rei, gue harus bilang berapa kali sih soal ini? Kalau lo emang suka sama Devano, perjuangin! Bukannya malah mundur dan nyiksa diri lo sendiri. Karena mau gimanapun, hati lo bakal tetep buat Devano Rei. Walau seganteng apapun Aufa, seperhatian apapun Aufa, kalau hati lo tetep buat Devano percuma, nggak akan bisa kebuka buat orang lain, termasuk Aufa," tutur Amelia dengan satu tarikan napas.

"Mel.. tolong ngertiin gue kali ini aja. Gue cuman pengen bahagia dengan cara gue sendiri," ujar Reina.

"Rei-"

"Please!"

"Oke, gue cuman mau ngingetin aja," Amelia langsung berlalu pergi meninggalkan Reina yang masih terdiam di tempatnya berdiri.

"Ternyata cinta itu ribet, ya?"

Tbc!

Se-garing itu emang...
Ya udahlah ya:(

Salam

Sera-Seri.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang