Chapter 73 ] Tikung nih?

7.3K 543 444
                                    

400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.
400++ komen untuk lanjut.

VOTE LAH JANGAN CUMAN DI BACA DOANG.

FOLLOW AKUN WATTPAD KU DONG BIAR CERITAKU SEMAKIN BANYAK DIBACA. JANGAN LUPA JUGA FOLLOW @Sera-Seri2 ya...

Maaf ya kalau dikit, karena ini tadi habis bukber langsung nulis, karena komen di bab sebelumnya udah memenuhi syarat jadi aku langsung update. Jadi dikit:(

=========

"Sebelum janur kuning melengkung masih sah untuk di tikung."

=========

Di sebuah ruangan remang-remang, Stevi menggelayutkan tangan pada seorang cowok tampan beriris mata biru yang sedang meneguk wine--entah sudah ke berapa kali.

"Kamu tau nggak? Tiba-tiba si Dadu bilang, kalau Devano udah nggak suka aku lagi dan seolah-olah aku pengen banget gitu Devano suka ke aku kayak dulu. Padahal, bodo amat kali dia mau suka aku atau enggak. Kalau nggak karena kamu, aku ogah kali kayak gitu lagi," tukas Stevi terdengar manja seperti biasa. Aufa hanya terkekeh, sebelum membingkai wajah Stevi dengan tangannya lalu mencumbu bibir merahnya dengan mesra. Stevi tak dapat menolak, karena sejak dulu saat ia dan Aufa masih pacaran, baru kali ini Aufa berani menyentuhnya lebih dalam seperti sekarang.

"Sayang-"

"Ini kan yang kamu mau?" potong Aufa, ia dapat melihat wajah Stevi yang tampak shock atas tindakannya. Namun, sebelum cewek itu buka suara, ia sudah menciumnya lagi--lebih dalam, hingga tubuh Stevi berdesir dibuatnya. Ciuman panas yang baru terputus ketika mereka sama-sama kehabisan napas.

"Cuma aku yang punya hak," ujar Aufa terkesan ambigu, namun Stevi paham akan maksud cowok itu.

Stevi memeluk Aufa erat, seakan takut kehilangan untuk kedua kalinya. "Aku janji, setelah ini bakal jujur tentang semuanya ke kamu. Maaf soal yang dulu, aku udah cerita kan apa alasan aku ninggalin kamu dan jadian sama Devano. Waktu itu aku nggak punya pilihan lain Fa, selain nurutin keinginan papa; pindah ke IHS, jadi sosok baru, dan harus ngejalanin perintah papa buat jadian sama Devano. Aku nggak bisa nolak karena papa punya keinginan besar buat kemajuan perusahannya, dengan harapan kalau aku jadian sama Devano, perusahaan papanya Devano mau --- (gw lupa bahasanya apa gengs, yang tau komen dong!) Sama perusahaan papa dan papa bisa dapet omset yang besar dari itu. Tapi--"

"Udah.. aku paham," potong Aufa cepat, ia semakin mempererat dekapannya pada tubuh Stevi. Sungguh, andai saja waktu itu dia paham akan keadaan Stevi, mungkin keadaannya tak akan serumit sekarang.

"Aku tau aku dulu emang kurang terbuka, tapi setelah ini aku janji bakal terbuka kok ke kamu! Jangan marah lagi ya, kita sama-sama bangun dari awal lagi," tukas Stevi.

"Jangan balik lagi ke Devano!"

"Tapi kan kamu yang minta!"

"Sekarang udah enggak. Biar aku yang berjuang, kamu jangan."

"Berjuang apa? Perjuangin hubungan kamu sama Reina?" kelakar Stevi.

"Stevi, kamu tau kan kalau semua ini cuman skenario," tegas Aufa.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang