Chapter 47 ] Orang asing

10.1K 496 94
                                    

Hay Revanders❤
Gimana rasanya nunggu seminggu:(Jangan lupa sama alurnya, kalau emang lupa ya baca lagi chap terakhir:v
Aku cuman mau ngomong kalau Revano akan hiatus selama beberapa saat karena aku lagi sibuk untuk persiapan ujian, mohon dimengerti:(
Tapi setelah ujian bakal balik lagi kok.... tenang Revano masih akan berlanjut😂

Fyi, bab ini panjang.....
Mungkin sebagai tebusan karena beberapa hari kedepan kan aku nggak update gitu....Hehehehe... Dan mungkin juga bisa seminggu kedepan bahkan lebih:v
Happy reading❤
==========

"Apa aku harus mengakatan secara terang-terangan kalau kemarahanmu adalah kelemahanku sekarang?"

======

Bagi sebagian orang, mungkin berangkat terlambat ke sekolah adalah hal yang sangat anti atau bahkan sangat diharamkan bagi kaum teladan macam anak kelas unggulan.

Namun sepertinya, hal itu tidak berlaku bagi seorang Devano Kafka Gardiga. Terlambat setengah jam baginya normal dan masih sah-sah saja, berangkat sekolah saja baginya sudah cukup. Masalah terlambat itu ibarat sosok figuran dalan dunia pensinetronan, tidak penting namun berefek. Seperti pagi ini, gaya coolnya ketika baru turun dari mobil audi merah keluaran terbaru yang baru kemarin ia dapat dari hasil mengantar papanya ke salon untuk memangkas rambut nyatanya sangat cocok dipadukan oleh wajah datar nan dingin khas cowok itu.

Saat Devano berjalan di depan ruang guru, suara lembut seseorang membuatnya menoleh ke asal suara.

"Devano," panggil sosok perempuan dengan setelan rok hitam dan kemaja putih yang dipadukan dengan tas kulit ber-merek Lv itu menatap Devano dengan senyum tipis.

"Kenapa?" tanya Devano ogah-ogahan saat dia tau kalau yang memanggilnya bukanlah sosok bidadari cantik seperti yang dia bayangkan, melainkan sosok Bu Ninda. Kepala sekolah IHS yang menurutnya sok cantik dan selalu banyak gaya. Sebenarnya sah-sah saja bila Bu Ninda masih berpakaian dan berdandan ala anak milenial walau usianya sudah menginjak kepala 4, hanya saja Devano yang sensi dan selalu negatif thinking.

"Tolong ke ruangan saya sekarang," perintah Bu Ninda berusaha sehati-hati mungkin agar tutur katanya tidak seperti orang memerintah dengan nada nge-gas, melainkan sebuah permintaan yang halus.

Devano tak menjawab, dia sudah terlebih dahulu pergi mendahului Bu Ninda untuk munuju ke ruangan kepala sekolah yang terletak di dekat ruang tata usaha. Saat dia sudah duduk di depan meja kebesaran Bu Ninda, dia kembali membuka suara.

"Kenapa?" Devano masih menekan pertanyaan yang sama.

"Sebelumnya saya disini hanya ingin mewakili hasil suara siswa-siswi dan keputusan guru-guru. Seperti yang kamu tau kalau lusa akan ada pemilihan Putra dan Putri sekolah, calonnya pun pasti kamu sudah tau dan yang pasti calon Papi itu tidak secara asal dan main daftar, melainkan atas saran dan review dari para guru-guru pembimbing. Dan-"

"Jadi intinya?" potong Devano seakan memberi kode agar guru di hadapannya ini tidak melanjutkan aksi basa-basinya.

"Jadi setelah hasil rapat dan pengakuan para murid, kamu adalah siswa paling pas untuk menjadi calon Papi nomer urut 3," terang Bu Ninda yang membuat Devano mengkerutkan keningnya bingung.

"Terus?"

"Jadi saya harap kamu tidak akan menolak hal ini Devano," tegas Bu Ninda.

"Boleh saya pikir dulu?" tanya Devano datar dan Bu Ninda hanya tersenyum tipis.

"Tentu, tapi saya hanya beri waktu hari ini untuk kamu berpikir. Ingat, nomer telfon Pak Gardiga sudah siap siaga di hp saya," ucap Bu Ninda lembut namun terkesan mengancam. Dengan muka merah padam menahan amarah, Devano keluar dari ruang kepala sekolah.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang