Chapter 79 ] Malam kelabu

8.2K 595 188
                                    

Reina berjalan dengan langkah gusar menuju ke gedung puncak acara diesnatalis, raut wajahnya sudah tidak bersahabat sejak ia mengetahui fakta kalau Aufa melupakan janjinya, cowok itu justru pergi duluan dan mengabaikannya yang sudah berjam-jam menunggu tanpa kepastian.

Reina mengedarkan tatapannya ke seluruh penjuru ruangan, banyak siswa-siswi yang berjoged ria sambil menikmati musik Dj yang dimainkan oleh seorang Dj terkenal yang... entahlah, Reina lupa siapa namanya. Tak sedikit pula yang memilih duduk dan berbincang santai dengan teman. Reina masih berdiri di depan pintu masuk, ia bingung musti melangkah kearah mana, keberadaan Aufa pun tak kunjung di tangkap oleh indra penglihatannya. Sampai akhirnya, ia ditegur oleh seorang cowok yang membuatnya tersentak kaget.

"Rei," sapa cowok itu sembari menepuk pelan pundak Reina.

Reina tersentak kaget ketika mendapat tepukan itu, di tambah lagi ketika ia menoleh dan melihat siapa cowok yang barusan menepuk pundaknya. Ia langsung membelalak hebat.

"Lho? Lo ngapain di sini?!" tanya Reina, "lo kan harusnya di belakang panggung buat atur acaranya, gimana sih lo Val!" lanjutnya menggebu-gebu. Naufal hanya memutar bola matanya malas, mendengar teguran Reina yang terkesan berlebihan. Memang panitia harus selalu di belakang panggung dan tak bisa menikmati sedikit jalannya acara? Kan tidak seperti itu juga.

"Udah bagi tim tadi, aman kok tenang.." balas Naufal dengan gaya santainya.

"Jangan suka di tinggal gitu Val, nggak semuanya itu amanah. Banyak yang cuman iya-iya aja pas di kasih intruksi tapi giliran kerja nggak becus. Lo kontrol mereka biar acaranya berjalan lancar," tutur Reina dan Naufal hanya manggut-manggut dengan sedikit malas.

"Iya, iya.. udah aman kok, kan ada Kak Athala juga yang atur, udahdeh mending lo santai saja, serahin acara malam ini sama gue dan Kak Athala," tegas Naufal yang mampu membuat Reina bernapas lega. Seharusnya ia tak perlu meragukan Naufal dan Kak Athala yang jelas-jelas sudah mempunyai jiwa pemimpin dan pasti amanah.

"Makasih ya Val," ujar Reina.

"Iya, iya. Kayak sama siapa aja lo, mending ngebucin aja sono lo, Lia aja udah kencan sama kakak kelas, lo malah masih berdiri di depan pintu kayak satpam!" celetuk Naufal blak-blakan.

"Dih, apa urusannya coba sama lo!" balas Reina ketus, Naufal hanya terkekeh sembari mengamati penampilan Reina malam ini. Drees pink selutut, hils berwarna senada, tas selempang berwarna putih, make up tipis yang terkesan natural namun tetap glamor, dan rambutnya yang sengaja di cepol dengan gaya kekinian, jangan lupakan juga beberapa acecoris yang ia kenakan sebagai pemanis juga menambah kesan elegan. Sungguh, Naufal hampir lupa siapa Reina.

"Val..." cicit Reina kesal ketika sedari tadi Naufal tak menjawab pertanyaannya.

"Hah, apa?!" balas Naufal kikuk.

"Kenapa sih lo, daritadi gue nanya diem aja!" ketus Reina.

"Nggak papa. Btw, lo cantik Rei hari ini," ujar Naufal yang membuat Reina terdiam selama beberapa saat, ia bingung musti merespons apa, mengingat kalau Naufal adalah salah-satu sahabatnya.

"Ha?"

"Lo nyari Aufa?" Naufal berusaha mengalihkan topik pembicaraan, dan benar saja hal itu berhasil membuat pikiran Reina terlalihkan, ia jadi teringat kembali dengan Aufa.

"Iya, lo tau dia dimana?" tanya Reina.

"Tadi gue liat dia berangkat bareng Stevi," kata Naufal to the poin. Reina tertegun, Stevi? Apakah Naufal tidak salah lihat? Stevi siapa yang ia maksud? Apakah dia Stevi yang sama dengan cewek yang berhasil membuat Devano jatuh cinta, dan dia juga--mantan Aufa.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang