Chapter 71 ] Baku hantam pt 2

6.4K 426 390
                                    

Nih lanjutnya kemarin😂 Baru sehari udah 200 aja :v
Jangan komen dikit karena ini emang lanjutan:v

Untuk bab selanjutnya, siapain hati ya.. karena bakal melow:(

TAPI SEBELUM ITU VOTE DAN KOMEN DULU DONG GENGSS, JANGAN BACA GRATISAN DOANG!

Jadi ngegas kan saya:v
Habisnya kesel sih..

Pasti yang baca doang tapi nggak vomment, sering suka ke seseorang tapi diem-diem.

250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.

===========

"BERHENTI LO, BANGSAT!" teriak Devano nyaris tak terkontrol. Aufa menghentikan langkahnya, lalu berbalik dan menatap dengan tatapan bingung ke arah Devano.

"Nggak usah sok suci deh lo. Ini semua rencana lo kan?!" tuding Devano sambil menarik kerah seragam Aufa.

"Dev, kontrol! Ini sekolah," ujar Reval.

"Rencana gue?" Aufa memasang ekspresi polos seakan ia tak melakukan kesalahan apapun.

"Anjing, lo!" Devano memberikan satu bogem mentah hingga membuat tubuh Aufa berakhir jatuh tersungkur ke lantai.

"Dev! Kontrol! Jangan emosi kalau lo nggak pengen nyesel!" peringat Farel namun, Devano sama sekali tak menghiraukannya.

"Maksud lo apa, ha?!" Devano mensejajarkan tubuhnya dengan Aufa yang tengah duduk di lantai sambil menyeka darah di ujung bibirnya.

"Gue yang seharusnya nanya, maksud lo apa?" ujar Aufa dengan tenang. Namun, entah mengapa ketenangan itulah yang justru membuat Devano semakin geram.

"Nggak usah sok polos lo! Enek gue lihatnya!" Devano kembali memberikan bogem mentah tepat di rahang kanan Aufa hingga membuat cowok itu sedikit memekik.

"Kalau lo emang laki, seharusnya lo berani selesain masalah secara jantan. Bukan malah ngelibatin banyak pihak yang nggak bersalah. Egois!" cerca Devano, cowok itu bangkit diikuti oleh Aufa yang sedikit limbung namun, cowok tatapan cowok itu masih bisa menyorot tajam, bahkan senyum iblis juga masih ia keluarkan.

"Egois itu adil dalam cinta dan peperangan," ujar Aufa. Devano hanya bisa tersenyum rendah, ketika mendengar perkataan sok puitis Aufa.

"Basi! Nggak usah terlalu berlibet dan bikin gue makin enek. Apa lo pikir gue bakal diem aja, setelah lo berhasil ngambil Reina dari gue? Nggak bakal!" tegas Devano yang dibalas kekehan ringan oleh Aufa.

"Hhh.. ngambil Reina dari lo? Emang lo pikir, lo siapanya dia?" cibir Aufa. Devano membelalak, perkataan Aufa seolah menamparnya. Sebuah Kenyataan pahit yang seharusnya tak membuatnya semarah ini, seharusnya ia diam saja karena memang itulah kenyataannya. Namun, nyatanya ia tak bisa diam saja.

Karena detik itu pula ia langsung melayangkan pukulan tepat di perut Aufa, pukulan bertubi-tubi yang membuat teman-temannya bingung bagaimana cara menghentikannya. Aufa masih sama seperti sebelum-sebelumnya, diam dan tak membalas sama sekali pukulan yang Devano berikan. Hingga pada saatDevano memberikan jeda, Aufa mengakatakan suatu hal yang membuat Devano sadar, seharusnya ia tak perlu memberikan jeda hantaman untuk cowok sebrengsek Aufa.

"Lo tau, tubuhnya pas di tangan gue," ucap Aufa yang semakin membuat emosi Devano meledak-ledak.

"BANGSAT!" murka Devano sambil terus melanjutkan aksinya.

"Walau lo pukul gue sampe babak belur bahkan sampai masuk ICU-pun, nggak bakal buat gue mundur!" ucap Aufa.

"Siapa yang bilang bakal pukul lo sampe babak belur, kalau bisapun gue bakal pukul lo sampe mati dan masuk liang kubur!" cerca Devano sarkas.

"Hhh... jangan banyak omong. Mending langsung buktiin, gue tunggu di garis finis!" tantang Aufa yang membuat Devano bangkit seketika.

"Lo salah nantang orang broo.. gue Devano, Devano Kafka Gardiga," tukas Devano dengan nada rendah, tak ada lagi nada tinggi dalam ucapannya. Namun, itulah yang justru membuat bulu kuduk merinding.

"Devano Kafka Gardiga yang kelemahannya udah ada di tangan Aufa Sergio Laskardito."

Dam!!!

Perkataan Aufa selalu mampu membuat Devano geram. Belum sempat Devano membalas atau melayangkan pukulan, Aufa sudah bangkit dan mengatakan hal yang membuat Devano semakin murka.

"Yang Reina tau, gue Aufa pacarnya. Bukan Aufa ketua genk Fantastick yang siap hancurin kejayaan SAVAGE!"

"Apa yang lo mau? APA YANG LO MAU?!" Devano kembali terpancing emosi, hingga tangannya kini sudah berada di kerah seragam Aufa. Seakan siap memberikan hantaman untuk kesekian kalinya.

"Apa yang gue mau udah ada di depan mata, tinggal tunggu tanggal yang pas untuk lihat kehancurannya."

============

"Kamu kenapa?!" pekik Reina ketika melihat Aufa yang sudah babak belur, jalan tertatih menuju kearahnya.

"Aufa, siapa yang udah bikin kamu kayak gini?!" Reina berjalan mendekat untuk mengecek luka-luka yang masih dialiri darah segar.

"Ganda! Agam! Siapa yang udah bikin Aufa kayak gini?!" tanya Reina, tatapannya beralih ke arah dua orang cowok yang berada di belakang Aufa.

"Ya siapa lagi kalau bukan Devano, Rei," ujar Ganda. "Kan lo tau, Devano dendam banget sama Aufa."

"Gue sampe bingung, padahal selama ini Aufa diem. Dia aja yang suka cari ribut, sampe pas dihajar aja Aufa diem Rei nggak bales sama sekali," timpal Agam persis seperti kompor meleduk.

"Apa masalahnya sih tu cowok?! Kenapa dia selalu seenaknya kayak gitu?" murka Reina tak habis pikir.

"Mungkin dia iri sama Aufa, kan selama ini Aufa selalu menang kalau tanding basket," tukas Ganda.

"Cuman karena iri?!" sungut Reina.

"Udahlah sayang.. biarin aja," ujar Aufa.

"Ini nggak bisa dibiarin Fa! Lama kelamaan makin seenaknya aja tuh cowok! Lo berdua bantuin obatin luka Aufa, gue mau ngomong sama Devano!" tegas Reina sebelum berlalu pergi. Aufa sempat mencegah namun, Reina tetap keukeuh untuk pergi. Alhasil, Aufa hanya bisa memasang wajah pasrah walau sebenarnya itulah yang ia inginkan.

"Rencana 3, done!"

Tbc!

Bab selanjutnya bakal melow, please siapain hati:(

250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.
250++ komen untuk lanjut.

Salam

Sera-Seri.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang