Chapter 71 ] Baku hantam pt 1

6.2K 428 291
                                    

Karena malam ini udah 150++, jadi aku langsung update.. Sesuai janji kan:))
Sebelumnya aku mau bilang kalau chapter ini dikit. Ya namanya aja pt 1, jadi nanti bakal ada pt 2. Tapi aku updatenya kalau komennya udah 200++....

200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut
200++ komen buat lanjut

=============

Aufa berjalan santai menyusuri koridor ruang olahraga. Senyum puas terpatri di wajah tampannya, bayang-bayang wajah murka Devano dan teman-temannya tadi sungguh membuat tawa iblisnya meledak. Tak sia-sia ia meracuni otak Pak Haris dengan segala kehandalannya hingga membuat guru killer itu berpaling kepadanya, bukan lagi membanggakan kapten basket kesayangannya itu, Devano.

Tak sia-sia juga ia telah membujuk Reina agar mengubah teknik perlombaan tahun ini. Sehingga dia bisa membuat tim basket IHS terpecah belah dan menjadikan beberapa pemain terbaik masuk ke timnya.

Ganda Pradipta
Sesuai rencana!

Agam Putra
Rencana 2, done!

Aufa tersenyum ketika membaca notif dari kedua kaki tangannya di IHS. Ganda dan Agam adalah anggota Fantastick yang selama ini membantunya menjalankan misi di IHS.

"Aufa!" teriakan itu membuat Aufa menghentikan langkahnya, lalu segera menoleh ke arah suara.

"Kamu aku cariin dari tadi tau! Kemana aja sih, sayang.." rengek cewek manja hingga membuat senyum Aufa merekah.

"Kan aku bilang lagi ke ruang olahraga bentar," ujar Aufa sambil menangkup kedua pipi gembul cewek itu.

Stevi menghembuskan napasnya kasar, lalu merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh kekar Aufa.

"Aku mau bilang sesuatu sama kamu. Aku dapet info, soal Devano.." kata Stevi yang membuat senyum Aufa terbit untuk kesekian kalinya. "Detektif licik yang pandai!"

===========

"Maaf sebelumnya, tapi saya tidak bisa menerima tawaran Anda. Dikarenakan, saya sedang fokus menjalankan projeck nulis maraton bulan ini. Jadi mohon pengertiannya dan dukungannya, semoga saya bisa memenangkan PNM dan dapat membanggakan kedua orangtua saya," tutur cowok berkaca mata itu layaknya seorang guru yang sedang pidato pada saat upacara bendera. Devano hanya geleng-geleng kepala, begitupun yang lainnya.

"Tuh kan, apa gue bilang! Di bilangin kita tuh salah nyari angkota basket dari kelas Bahasa!" celetuk Noval terdengar frustasi.

"Berarti gue salah ya milih lo masuk tim basket IHS," ujar Devano yang langsung di tepis oleh Noval.

"Ya enggak lah Dev, kan gue udah bilang salah masuk jurusan," kekeh Noval.

"Salah masuk jurusan atau terpaksa masuk jurusan gara-gara ngejar cewek!" tembak Dadu yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Noval.

"Mulut lo, anjing!" umpat Noval.

"Hey, anak Bahasa itu harusnya bersyair dong bukan malah mengumpat!" peringat Dadu sambil terkekeh.

"Si rambut pirang itu Du?" tanya Alex.

"Yoi."

"Terus, sekarang apa kabar Val doi?" kelakar Devano yang semakin membuat wajah Noval memerah, antara marah dan menahan malu.

"Di tinggal pas lagi sayang-sayangnya?" timpal Cakra.

"Atau masih HTS kayak Dadu?" sindir Farel yang langsung dihadiahi pelototan tajam oleh Dadu.

"Kok gue jadi kena!" protes Cakra tak terima.

"Bacod ah, lo pada! Katanya mau bantuin gue nyari anggota!" cerca Noval.

"Santai Nov, santai... sensi amat lo kayak  ABG yang lagi puber!" ujar Dadu.

"Lo, yang lagi baca buku. Sini!" teriak Devano sambil menunjuk salah satu siswa yang sedang membaca buku biologi di depan kelas.

"Gue?" tanya cowok itu sambil berjalan mendekat.

"Ya iyalah, siapa lagi yang baca buku selain lo. Masak tembok!" sungut Devano yang kini giliran sensi.

"Sans Dev, jangan sensi. Kita mau cari anggota bukan musuh!" peringat Reval.

"Ada urusan apa?" tanya cowok itu datar.

"Dari gaya ngomong sama wajah-wajahnya nih, kayak masuk Dev," ujar Cakra setelah mengamati cowok itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Nama lo, siapa?" tanya Devano.

"Addison," jawab cowok itu singkat.

"Masuk ke tim basket kelas bahasa!" titah Devano tegas seakan tak terima penolakan.

"Gue nggak jago main basket," kata Addison.

"Gue nyari yang bisa bukan jago!" tegas Devano.

"Kenapa gue?"

"Karena yang lain pada sedeng, puas? Udah lo nggak usah tanya-tanya lagi! Kayak Dora lo lama-lama!" celetuk Devano.

"Santuy Dev, santuy. Sensi amat sih lo!" kelakar Dadu sambil terkekeh.

"Catet nama ni cowok! Kita cabut!" tegas Devano sebelum berlalu pergi.

===============

Bahu Devano ditabrak oleh seseorang yang berjalan dari arah berlawanan. Belum sempat ia mengeluarkan umpatan, bahunya sudah terlebih dahulu di tepuk oleh Reval.

"Aufa," lirih Reval, tatapan tajam cowok itu mengarah pada bahu tegap cowok yang berjalan dengan santainya.

"BERHENTI LO, BANGSAT!" teriak Devano nyaris tak terkontrol. Aufa menghentikan langkahnya, lalu berbalik dan menatap dengan tatapan bingung ke arah Devano.

"Nggak usah sok suci deh lo. Ini semua rencana lo kan?!" tuding Devano sambil menarik kerah seragam Aufa.

"Dev, kontrol! Ini sekolah," ujar Reval.

"Rencana gue?" Aufa memasang ekspresi polos seakan ia tak melakukan kesalahan apapun.

"Anjing, lo!" Devano memberikan satu bogem mentah hingga membuat tubuh Aufa berakhir jatuh tersungkur ke lantai.

"Dev! Kontrol! Jangan emosi kalau lo nggak pengen nyesel!" peringat Farel namun, Devano sama sekali tak menghiraukannya.

Tbc!

Dikit ya? Ya maappp😂
Salahin kesibukanku yang akhir-akhir ini datang melanda.

Btw, ini tanpa edit. Jadi maap kalau berantakan.

200++ komen untuk lanjut.

Salam

Sera-Seri.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang