Chapter 23 ] Sisi lain Devano

12.5K 593 17
                                    

"Orang yang luarnya dingin,belum tentu dalamnya sama.Maka dari itu,budidayakan mengenal sebelum menghujat."

=======

Devano menatap jam rolex di pergelangan tangannya,waktu sudah menunjukan pukul 21.45 namun dia masih berada di sebuah gedung apartemen yang berada di kawasan Jakarta pusat.Lebih tepatnya di sebuah lapangan basket yang terletak di dalam apartemen itu.

Lapangan ini adalah satu-satunya pelarian Devano dan teman-teman ketika mereka sedang melakukan latihan dadakan atau saat keadaan sudah tidak memungkinkan untuk latihan di lapangan In-door di sekolahnya.

Dia berjalan ke pinggir lapangan dan duduk di sebuah kursi kayu yang memang sudah di sediakan.Di sebelahnya ada Farel yang duduk termenung sambil menatap sayu beberapa temannya yang sibuk berlatih.Raut wajah cowok itu terlihat berbeda dari biasanya,melihat ada keanehan dari diri Farel,Devano berinisiatif untuk bertanya.

"Woy!Diem-diem bae lo!Kenapa?Kesambet?!"goda Devano yang sama sekali tak di gubris oleh Farel,tatapan cowok itu masih menerawang ke depan.

"Rel!"tegas Devano sekali lagi.

"Ck,ngomong napa Rel!Jangan diem-diem bae kayak patung pancoran gitu!"ucap Devano yang dihadiahi tatapan tajam oleh Farel.

"Ck,berisik!"celetuk Farel sambil beranjak dari duduknya,lalu berlalu pergi begitu saja.Devano menggaruk tengkuknya bingung,tak biasa-biasanya cowok itu terlihat galau seperti tadi.

"Kenapa tu cowok?Apa habis putus?Oh iya Farel kan jomblo!"ucap Devano bermonolog.

Dia mengambil ponselnya yang dia taruh di dalam tas,matanya membelalak saat melihat banyak sekali panggilan tak terjawab.

'Papa' 15 Panggilan tak terjawab.

'Mommy❤' 25 Panggilan tak terjawab.

Devano ingat kalau dia lupa mengabari kedua orang tuanya kalau dia akan pulang terlambat karena latihan basket.

Dengan sigap,dia segera menyelempangkan tas dan berjalan tergesa-gesa menuju parkiran.

"Woy Kapten!Mau kemana lo?!"tanya Alex sambil men-drible bola berwarna oranye itu.

"Balik!"jawab Devano seadanya.

"Halah!Pasti lupa bilang ke mommy nya deh kalau pulang telat!Huh......Dasar anak mommy!"teriak Nando dari kejauhan.Devano dengar namun dia mengabaikannya.

Sesampainya di parkiran dia segera masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi kemudi.Sejurus kemudian mobil sport hitam itu sudah melaju dengan cepat di jalanan kota Jakarta yang malam ini cukup senggang.

Pukul 22.05 Devano sampai di depan rumahnya.Papanya memang keterlaluan karena mengunci pagar dengan gembok berantai.

"Kayak rumah nggak berpenghuni aja pake acara ngunci pake gembok berantai segala."batin Devano.

Hal ini memang sudah biasa terjadi ketika Devano pulang telat dan tak memberi kabar apa-apa pada orang rumah.

Devano menatap pagar setinggi 3 meter yang ada di hadapannya,dia menghembuskan napasnya kasar lalu berkata."Manjat lagi,manjat lagi."

"Manjat lagi Dev?!"tegur Pak Joyo hansip komplek yang sedang melakukan ronda malam.

"Iya nih pak,emang kurang ajar ya papa saya!Nggak kasian apa kalau anaknya jatuh dari sini kan nggak lucu!Nanti jadi nggak punya anak ganteng kayak saya lagi deh,"ujar Devano yang sedang memanjat pagar di hadapannya.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang