Chapter 74 ] Setan gatel

6.8K 544 442
                                    

Aku kemarin nggak ada kuota, jadi nggak bisa update:(

500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut
500++ komen untuk lanjut

VOTE LAH GAISS, KOMEN JUGA SEBANYAK-BANYAKNYA SAMPE MEMENUHI TARGET. KARENA KALAU NGGAK SAMPE TARGET, AKU NGGAK BAKAL UPDATE, HAHAHAHA (KetawaJahat)

Secepatnya dong gengs, aku nggak sabar tau mau update bab selanjutnya: v

Bab selanjutnya, selanjutnya, dan selanjutnya sudah ada ya. Jadi tinggal cuss up.. tergantung komen:)

==========

"Lo itu kayak rumus Matematika, cuman bisa gue liat tapi nggak bisa gue pahamin."

=========

Pernahkah kalian berjalan sendiri di tengah-tengah keramaian, lalu menjadi sorotan?

Itulah yang Reina rasakan saat ini, berjalan sendiri di koridor sekolah yang ramai dan menjadi satu-satunya pusat perhatian. Banyak yang curi-curi pandang kearahnya sambil sesekali berbisik entah membicarakan apa, hanya mereka dan author yang tau. Ada juga yang terang-terangan menyindir dengan segala gaya sok tau dan kata-kata pedas yang membuat Reina semakin gedeg.

"Wajahnya sih polos, tapi kelakuannya jalang banget. Nemplok sana-sini!" ucap seorang cewek berambut sebahu sambil berdecak.

"Udah punya pacar tapi masih gatel sama cowok lain!" timpal cewek berponi di sebelahnya.

"Pasti, Devano udah di guna-guna nih. Kalau nggak, mana mungkin sih dia ngejar cewek tampang kayak Reina!"

Reina sangat benci situasi ini, bertemu cewek-cewek mulut cabe dengan segala ke bacod-annya. Ingin sekali ia balik mencerca, memberi pelajaran pada cewek-cewek itu agar tau artinya sopan santun. Namun ia tau endingnya akan percuma, berbicara dengan mereka hanya akan membuang waktunya.

Sejak kejadian di kantin waktu itu, bukan hanya hatinya yang tak tenang melainkan raganya, karena setiap langkahnya seorang diawasi, setiap gerak-geriknya selalu di komentari, dan itu cukup membuatnya lelah. Apalagi sekarang pekerjaannya bertambah karena diesnatalis sudah di mulai, perasaan lelahnya jadi double berkali-kali lipat.

Jam masih menunjukkan pukul 10 pagi, namun tubuh Reina sudah dipenuhi peluh hingga memaksanya pergi ke kantin untuk membeli minum--sendirian, karena teman-teman osis yang lain sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Setelah ia membeli air mineral dan meneguknya setengah, ia segera kembali ke ruang osis karena masih ada diskusi penting tenang kelangsungan lomba antar kelas nanti. Saat ia berjalan di koridor, suasanya sudah tak seperti tadi--cenderung lebih sepi, hanya ada beberapa siswa yang masih di depan kelas, yang lainnya mungkin sudah pergi ke aula untuk melihat lomba atau ke lapangan outdoor untuk mengurus bazar. Baguslah! Setidaknya, Reina masih bisa bernapas lega walau hanya sesaat.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang