Chapter 78 ] Janji

5.9K 390 103
                                    

Devano menghantam samsak hitam di depannya dengan kuat, tak mempedulikan tangannya yang masih dalam keadaan telanjang karena tak dilapisi sarung tinju. Kilatan amarah terlihat jelas di kedua mata elangnya, wajahnya yang dipenuhi peluh sungguh menambah kesan menyeramkan dalam diri Devano malam ini. Adegan cek cok beberapa jam yang lalu terus berputar di kepalanya bak mimpi buruk.

"BANGSAT!" Devano menjambak rambutnya frustasi, bahunya mendadak luruh dan tubuhnya jatuh di lantai yang ia pijaki saat ini. Dirinya benar-benar kacau, sekacau-kacaunya.

"Kenapa harus kayak gini?" lirihnya payau, ia mendadak lemas, tatapannya kosong, matanya mulai memanas, pikirannya benar-benar kacau hingga rasa-rasanya kepalanya hampir pecah karena kepingan dari momen-momen sialan itu terus berputar otomatis.

Pantaskah dia pergi dan mencari pengganti jika hatinya sudah tak utuh lagi?

"Payah!" celetuk Reval yang baru datang sembari membawa sekaleng soda untuk dirinya sendiri. Devano melirik sekilas sebelum akhirnya memutar bola matanya malas.

"Tampang singa, hati hello kitty. Baru masalah cewek aja udah ambyar," cemooh Reval, bukannya menatap prihatin ke arah sepupunya, Reval justru menatap bengis layaknya saudara nggak ada akhlak yang berbahagia di tengah penderitaan orang lain. Devano masih pada posisi awalnya, duduk meringkuk di lantai apartemen Reval layaknya cowok ambyar yang mengenaskan. Sepertinya ia salah masuk kandang, seharusnya ia tak masuk ke apartemen sepupu laknatnya itu untuk melampiaskan amarahnya, ia yakin bukan belas kasian yang akan Reval berikan padanya, tetapi hujatan yang selalu keluar dari mulut bijak cowok itu.

"Ada apa lagi sama Reina? Perasaan tadi baik-baik aja lo pas nganter tuh cewek, kenapa?" tanya Reval masih dengan ekspresi datar, Devano bangkit dari duduknya, berjalan payau ke arah Reval dan duduk tepat di sebelah cowok itu.

"Dia nyuruh gue pergi," tukas Devano lirih.

"Pergi?" Reval menautkan kedua alisnya bingung, "pergi pulang?"

"Pinter-pinter bego lo, ah!" celetuk Devano ngasal. "Ya dia nyuruh gue pergi anjing!"

"Menjauh?"

"Hmm."

"Terus? Lo mau menyerah gitu aja? Setelah semua anak-anak SAVAGE mati-matian buat bikin lo sadar sama perasaan lo sendiri?" ucap Reval, tak habis pikir.

"Ya terus gue harus gimana? Setelah semua perjuangan gue nggak di hargai, gue harus tetep stuck kayak orang bego?!" cerca Devano yang kembali terpancing emosi.

"Perjuangan apa yang lo maksud? Di mata gue, lo sama sekali belum berjuang. Karena selama ini lo cuman ngabisin waktu buat hal yang nggak penting, singgah di masa lalu dan ninggalin Reina gitu aja, apa menurut lo Stevi itu penting? Ga guna!" tegas Reval menggebu-gebu.

"Kenapa lo jadi bawa-bawa Stevi?!" sungut Devano, ia sudah bangkit dari duduknya dan menatap tajam ke arah Reval yang ikut bangkit, dan balik menatap Devano tak kalah tajam, seakan menantang.

"Terus siapa yang harus gue sebut? Sheilla? Naura? Atau cewek yang dulu pernah bikin lo hampir gila?!" ujar Reval dengan gaya menantang.

"Lo nggak tau apa-apa, mending diem!" ancam Devano.

"Apa yang nggak gue tau tentang lo? Nggak usah munafik, kalau lo emang suka Reina jangan jadi cowok lemah yang sekali di gertak langsung tumbang. Nggak usah sok-sokan jadi pihak yang tersakiti karena seharusnya Reina yang kayak gini, bukan lo!" tegas Reval, telak.

"Seharusnya lo nggak selemah ini, seharusnya lo bangkit dan berjuang lagi!" lanjutnya.

"Lo gampang nyuruh gue berjuang karena lo nggak pernah ngerasain apa yang gue rasain, Val! Selama ini lo nggak pernah tau rasanya merjuangin cewek yang jelas-jelas udah punya orang lain, yang lo tau cuman rasanya di kejar-kejar cewek yang selalu ada buat lo kayak Athea!" tutur Devano yang mampu membuat Reval bungkam untuk sesaat.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang