Revano [#1 SAVAGE SERIES]

Chapter 13 ] Pendendam!

Hayy gengs✌
Rindu Devano ?Reina?
Buat yang rindu dipendem dulu ya, karena ini part Aufa.
Cerita khusus tentang Aufa biar kalian nggak bertanya-tanya dalam hati kalau nanti konflik yang sebenarnya udah muncul.
Btw Authornya nulis ini hari ini dan cuma beberapa jam, nggak diedit mangkanya maaf ya kalau Typo.
Happy reading gengs✌
=======

"Ketika masa lalu datang dan membuat drama lain di masa depan itulah yang paling menyakitkan dari dilema sebuah percintaan."

=======

Cowok bermata sipit yang sekarang sedang duduk di kursi tinggi di depan meja bar itu terlihat mulai mabuk. Matanya sudah sayu, namun dia tetap meneguk Wine yang entah sekarang sudah gelas keberapa.

Club adalah tempat favorit Aufa untuk menghabiskan malam. Dia datang ketempat ini jika dia sedang dilanda masalah atau kalau sedang banyak pikiran. Malam ini Club lumayan ramai, banyak orang yang sedang asyik meliuk-liukan tubuhnya di dance flour dan tak sedikit pula orang yang nongkrong di bar seperti yang dia lakukan sekarang.

"Fa, gue cabut duluan ya," ucap Leon sambil merangkul pundak cewek yang sedang dalam keadaan mabuk berat.

"Hmmm," jawab Aufa singkat. Dia sudah paham akan kebiasaan sahabatnya itu, bolak-balik gonta-ganti cewek, hari ini sama ini besok sama itu hanya itu yang Leon lakukan setiap harinya, tak pernah memberikan kepastian. Berkali kali Aufa
mengingatkan cowok itu namun lagi-lagi semua ceramahannya hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, percuma.

Penglihatan cowok itu lama-lama mulai kabur, pikirannya sudah melayang kemana-mana. Sampai pada akhirnya ada seseorang yang menepuk pundaknya.

"Fa, pulang yuk!" ajak Biru, namun Aufa langsung menepis tangan Biru kasar. Untuk saja Biru mengerti akan keadaan Aufa sekarang, jika tidak mungkin Biru sudah melayangkan tinjunya untuk sikap tidak sopan Aufa.

"Fa, lo lihat keadaan lo sekarang! Gue ngerti akhir-akhir ini lo lagi banyak pikiran, tapi bukan gini caranya nyelesai'in masalah!" Biru meninggikan nada bicaranya, antara menahan amarah dan mengimbangi suara dentuman musik yang cukup keras.

"Bacot lo! Hidup hidup gue lo nggak usah ikut campur!!" sergah Aufa sambil meneguk kembali wine di depannya.

"Fa! Dengerin Gu----" Perkataan Biru terpotong oleh suara lembut seseorang. Suara itu terdengar familiar namun dia lupa tepatnya itu suara siapa.

"Aufa," panggil seorang cewek berambut sebahu. Biru tercengang melihat siapa yang ada di depannya sekarang. Sedangkan Aufa dia terlihat tak peduli, dia malah menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan.

"S-Stevi," Biru terbata-bata, refleks dia langsung menarik tangan Stevi dengan kasar membuat cewek itu mengerang kesakitan. Biru membawa Stevi keluar dari Club itu dan membawa cewek itu ke parkiran yang sepi.

"Lo mau apa lagi ha?! Mau bikin masalah lagi!"tanya Biru sambil melepaskan cengkraman tangannya, Stevi langsung mengecek pergelangan tangannya yang merah akibat cengkraman tangan dari Biru.

"Apaan sih! Ini bukan urusan lo!!" sergah Stevi sambil menatap tajam kearah Biru.

"Bakal jadi urusan gue kalau ini bersangkutan sama Aufa," jawab Biru sambil menatap Stevi tak kalah tajam.

"Mending lo sekarang mulai berhenti deh ngurusin hidup orang!" ucap Stevi.

"Mending lo sekarang mulai berhenti deh ngancurin hidup orang!"

Skakmat!

"Lo mau ngapain nyari Aufa? Mau ngerengek ngajak balikan?! Emang lo nggak punya harga diri apa, udah ketangkep basah selingkuh masih aja ngebet! Atau emang lo bener-bener nggak punya harga diri? Ck...gue nggak nyangka Stevi yang dulu lugunya nggak ketulungan bisa jadi seliar sekarang." Biru menatap Stevi dengan tatapan merendahkan, dia menatap Stevi dari ujung kaki sampai ujung kepala. Cewek itu menggunakan pakaian ketat, menenteng tas mahal, polesan make up yang terlalu berlebihan, ditambah lagi dia sekarang sedang berada di Club, sudah pantas di cap sebagai cewek tidak baik.