Chapter 52 ] Cuma khilaf?

10.6K 433 20
                                    

Gengs, gengs, gengs.
Aku sekarang lagi bikin naskah ceritanya Farel, Caitlin, dan Chelsea. Siapa nih yang nungguin cerita mereka, cung! Nggak ada ya? Yaudah:v

Jangan lupa vote dan komen, happy reading❤

============

"Terkadang perasaan akan tumbuh seiring berjalannya waktu bukan?"

=======

Reina langsung memalingkan wajah ketika Devano mengakhiri ciuman panas mereka. Pikirannya sekarang benar-benar blank. Apa yang baru saja mereka berdua lakukan? Apakah ia telah melayani orang napsuan di sebelahnya ini secara suka rela? Dia benar-benar tak tau harus berbuat apa sekarang, hingga lengan kekar Devano memeluk lehernya, dagu cowok itu ditempelkan pada puncak kepalanya. Tentu hal itu semakin membuatnya makin bingung harus bersikap apa.

"Lo--"

"Kita sama-sama tau kalau itu cuman sebuah kesalahan," potong Reina cepat ketika Devano baru ingin mengatakan sesuatu.

"Seharusnya gue sadar kalau setelah itu, lo bakal berubah jadi Reina yang tegas dan nggak mau tau," ucap Devano yang membuat Reina langsung melepas pelukan Devano pada lehernya, lalu membalikan badan hingga dia bisa melihat langsung wajah Devano yang-menawan.

"Lo bilang apa tadi?" tanya Reina meminta Devano mengulangi perkataannya.

"Reina yang tegas dan nggak mau tau," ulang Devano sambil menatap Reina dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Reina ingat betul, tatapan inilah yang pertama kali ia lihat saat bertemu Devano di caffe. Tatapan tajam khas Devano sungguh membuat perempuan manapun terpana. Reina juga tidak dapat memungkiri hal itu.

"Terus? Apa hubungannya? Yang pasti, yang tadi itu cuman--"

"Khilaf?" potong Devano.

"Hmm.. ya!" jawab Reina sambil memalingkan wajahnya.

"Emang definisi khilaf bisa semenyenangkan itu?" bisik Devano tepat di telinga kanan Reina. Hingga membuat sang empunya bergidik ngeri.

"Dev!" peringat Reina ketika Devano mulai melilitkan tangan ke pinggangnya.

"Hmm?" Devano hanya berguman, ia menopangakan dagunya pada pundak Reina. Hingga dia bisa menghirup aroma sampo mint dari rambut cewek itu.

"Tangannya di jaga!" Reina hendak melepaskan lilitan tangan Devano pada pinggangnya, namun cowok itu sudah terlebih dahulu melepaskan lilitan tangannya.

Reina bisa bernapas lega untuk sesaat, sebelum Devano mendorongnya hingga ia terlentang di ranjang.

"Lo apa--"

"Hust! Di luar ada orang, lo pura-pura sakit aja biar kita berdua aman," tegas Devano sambil menempelkan jari telunjuknya pada bibir Reina. Membuat cewek diam seketika. "Gue pikir mau di -udahlah Rei! Pikiran lo kenapa jadi mesum gini sih sekarang!" batin Reina sambil berusaha menepis pikiran kotornya.

Devano menarik selimut hingga menutupi tubuh Reina sebatas dada. Dia sedikit berlari kearah kotak P3K yang berada di sisi kiri ranjang, mengambil minyak kayu putih, dan mengoleskannya pada kedua tangan Reina.

Terdengar suara kenop pintu dibuka pada bilik 1, tempat yang mereka berdua tempati sekarang. Tatapan mereka berdua tertuju pada sosok perempuan ber-jas PMR yang berdiri di ambang pintu sambil menunjukkan ekspresi terkejut.

"Ka-kalian berdua? Maaf sebelumnya, tapi di peraturan sekolah sudah tertera kalau lawan jenis dilarang berduaan di UKS untuk menghindari kejadian yang tidak di inginkan," terang perempuan yang diketahui bernama Inari, ketua PMR di IHS.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang