Chapter 76 ] Definisi cinta

8.2K 539 166
                                    

Ini adalah bab terpanjang yang pernah aku buat dalam sejarah nulis Revano. Jadi, siapkan diri..

======

Grup chat khusus SAVAGE Broo udah ada nih, siapa yang mau join?

Banyak benefit yang kalian dapet kalau masuk:

1) bisa ikutan vote tentang cerita SAVAGE SERIES, termasuk Revano. Karena aku bikin vote di grup, bukan WP. Misal, tentang ending cerita ini mau kayak gimana? Aku bakal vote di GC.

2) bisa ikutan QNA dengan pemain secara langsung, karena aku batal bikin QNA di WP. Karena ada satu dan lain hal.

3) bisa dapet info updatan cerita SAVAGE SERIES dengan cepat

4) bisa interaksi dengan teman-teman baru.

Buat kalian yang berminat, bisa langsung chat aku ya:081231763559. Ayo buruan, sebelum di tutup.

=========

Vote dan komen itu gratis, buat para sider tolong vomment sebelum ceritanya tamat.

========

Suasana sekolah sudah tak seramai tadi, para siswi berhamburan keluar gerbang sejak matahari mulai tak menampakkan diri. Namun, sebagai ketua panitia, Reina masih stay di sekolah untuk membereskan segala tetek bengek perihal diesnatalis.

"Kak, anak-anak yang ngurus bagian kursi kurang, minim banget soalnya!" lapor Kamilla, salah satu adik kelas yang tergabung ke dalam organisasi osis.

"Oke, bentar lagi aku kesana," ujar Reina sembari meletakkan spanduk yang baru saja di lepas oleh anak osis lainnya.

"Rei, udah mau magrib. Gue pulang ya, lo tau kan bokap gue kayak gimana," tukas Acha. Reina menoleh, sebelum akhirnya mengangguk. Ia tau betul bagaimana keluarga Acha, karena kebetulan mereke berdua bertetangga.

"Iya, ati-ati di jalan," balas Reina.

Setelah itu, ia langsung pergi ke lapangan outdoor untuk membantu anggota lainnya mengangkat kursi bekas acara ke gudang dekat ruang olahraga. Ia hanya bisa menghembuskan napasnya jengah, ketika waktu sudah semakin larut namun pekerjaan tak kunjung selesai. Sebagian anggota osis sudah banyak yang pulang sejak adzan azar berkumandang. Hanya tersisa beberapa saja sehingga pekerjaan terasa semakin berat dan waktu penyelesaiannya pun semakin lambat, alhasil perwakilan osis meminta bantuan pada para satpam dan juga beberapa Guru TU yang masih lalu lalang di sekitar koridor.

"Kak Rei, mau pulang bareng? Aku bawa mobil sendiri kebetulan," ujar Doni, salah satu adik kelasnya.

"Engga Don, makasih. Gue nunggu gojek sama Milla aja," tolak Reina halus, Doni hanya ber-oh ria sebelum memutuskan untuk berlalu pergi.

Reina dan Kamilla berjalan beriringan menuju gerbang utama sambil sedikit berbincang ringan. Namun, di sela-sela tawa Reina ketika Kamilla bercerita tentang ke-kocakan anak osis pada saat diesnatalis tadi siang, Kamilla berseru heboh hingga membuat tawa Reina berubah menjadi sebuah pekikan tertahan.

"YA AMPUN, KAK REI!" pekik Kamilla heboh sambil mengeratkan cekalannya pada tangan Reina.

"Apa, Mil?!" tanya Reina, ikutan panik.

"Itu liat di post satpam ada siapa? Gila sih kak.. aku malu ah mau lewat, balik aja yu kak!" celoteh Kamilla. Reina mengikuti arah pandang Kamilla hingga penglihatannya menangkap segerombol siswa yang sedang berbincang di temani oleh dua siswi yang ikutan nimbrung. Dari sekian jumlah cowok yang ada di sana, tatapan Reina langsung tertuju pada satu sosok cowok berjambul yang sedang mengacak gemas rambut cewek di depannya. Tubuh Reina langsung menegang, entah mengapa hatinya seakan tak siap jika harus melihat  Devano bersikap seperhatian itu kepada cewek lain. Padahal ia tau kalau seharusnya ia tak bersikap seperti itu. Ia yang sudah mengambil keputusan untuk memilih Aufa dan melupakan Devano, karena itulah ia harus siap dengan segala konsekuensinya, termasuk melihat Devano dengan yang lain. Lagipula, Devano tampan, dia populer, kaya, jago nyanyi, wangi pula. Jadi, sah-sah aja kalau banyak cewek yang melirik dan Devano juga berhak untuk memilih.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang