Chapter 57 ] Siapa?

8.6K 430 42
                                    

Hay gaisss....
Cepet kan updatenya? Mangkanya vote, follow, dan komen. Nggak mau tau:(
Happy reading❤

===========

"Nggak semua orang yang kamu anggap dekat itu punya perasaan yang sama untuk kamu."

=========

Devano berkali-kali melirik kearah Reina yang sedang bergurau ria bersama sahabat-sahabatnya di sudut kantin. Reina tampak tertawa lepas, terlihat bahagia, sangat bertolak belakang jika cewek itu sedang bersamanya. Apakah selama ini Devano membawa aura-aura negatif sehingga Reina selalu sensi bila berada di dekatnya, namun apakah kebahagiaan Reina kali ini ada sangkut pautnya dengan Aufa? Detik itu juga perkataan Reina kembali terlintas di benak Devano, saat dia menyatakan dengan lantang kalau ia menyukai Aufa dan tak bisa jauh darinya.

Wajah Devano berubah tegang, sejak tadi mood-nya benar-benar buruk. Semalam, ia mengalami perdebatan batin. Dia bingung akan perasaannya dengan Stevi, apakah sampai sekarang perasaan sayang itu masih ada? Namun jika perasaan itu masih tersimpan rapi di hatinya, mengapa ia merasa tak nyaman jika berada di dekat Stevi? Dan sebenarnya apa yang ia rasakan kepada Reina? Mengapa hatinya seakan sesak ketika ia tau kalau Reina menyukai Aufa, namun ia juga tak dapat memastikan kalau itu adalah perasaan cemburu bisa juga ada benarnya perkataan Reina waktu itu, ia melarang Reina dekat dengan Aufa karena ia benci dengan Aufa bukan karena cemburu atau semacamnya. Tapi, ia memang sedikit tak yakin dengan teori itu.

"Beb, kamu semalem kok nggak online sih, aku telfon hp kamu juga nggak aktif. Aku khawatir tau," ucap Stevi yang entah sejak kapan datangnya, Devano juga tak sadar akan kedatangan cewek itu.

"Lo bisa pergi dulu nggak," kata Devano datar tanpa menatap kearah Stevi.

"Beb-"

"Lo denger kan?" tegas Devano yang membuat tubuh Stevi menegang seketika.

"Kamu kenapa sih? Perasaan kita nggak ada masalah apa-apa," ucap Stevi lirih, ada getaran dalam suaranya.

Dalam bungkam dan wajah cuek nan datar, Devano beranjak dari duduknya, dan berlalu pergi dengan santainya. Tak mempedulikan Stevi yang mulai berkaca-kaca menatap ke punggungnya yang semakin lama semakin menjauh.

Pikiran Devano benar-benar kalut saat ini. Dia tak peduli akan orang-orang yang akan mengecapnya pengecut karena lari dari masalah. Yang pasti, sekarang ia belum siap berhadapan dengan Stevi sebelum ia menemukan jawaban yang tepat yaitu memilih lanjut atau berhenti.

==========

"Gila lo Rei! Masih bisa-bisanya masang tampang watados!" kata Amelia sambil terkekeh saat mereka berempat baru keluar dari kantin IHS.

"Mau gimana lagi? Mau nangis di depan Devano? Yakalii!" jawab Reina santai.

"Tapi nggak harus ketawa kayak orang gila gitu kali," Rayya hanya memutar bola matanya malas.

"Dan lo pada tau kan? Kalau Reina ketawanya udah kayak orang kesurupan pas lihat Devano pergi ninggalin Stevi?" ucap Lidia yang membuat tawa keduanya pecah.

"Dasar lo! Bahagia di atas penderitaan orang lain!" cerca Amelia di sela-sela tawanya.

"Ih! Gue kan cuman ketawa, emang salah? Lagian gue juga berusaha nggak peduli sama tu cowok. Mau balikan sama Stevi kek, mau jadian sama kendel jenner kek, terserah gue nggak peduli!" tegas Reina yang mulai terpancing emosi.

"Kalem Rei, kalem," kata Lidia sambil menepuk pelan bahu Reina.

"Mentang-mentang ada simpenan doi di sekolah sebelah," cibir Rayya sambil mendelikan matanya jengkel.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang