Chapter 48 ] Salah paham

8.9K 430 15
                                    

HALLO......
REVANO KEMBALI...
KATAKAN HORE DALAM,
SATU......
DUA..........
TIGA...........
HOREEEEEEEEEEEE!!!!

#GAJELAS!!

Yaudah lah ya, semoga tetep ingat sama alurnya kalau nggak ingat bakal aku kasih clip dikit kok:)
Aku gak usah susah-susah jelasin kenapa aku nggak update mungkin kalian udah tau alasannya:)

Jangan lupa vote dan komen!

Happy reading❤

=========

Bab sebelumnya....

"Ayo," potong Devano sambil merengkuh pinggang ramping Reina, menatap datar kearah cewek penuh air mata itu. Ingin sekali menghapus air matanya, namun rasanya tak mungkin karena gengsi lebih ia junjung tinggi-tinggi.

Reina diam, ketika Devano melilitkan tangan ke pinggangnya, menggiringnya keluar perpustakan, melewati semua pasang mata orang-orang, dia diam. Rasanya campur aduk, dia Devano. Orang yang sama yang beberapa jam lalu mampu membuatnya menangis sesegukan dan orang yang sama yang sekarang mampu membuat air matanya tertahan.

===========

"Apakah maafnya masih berarti, dikala rasa kecewa masih menghantui?"

=======

Flashback On!

Devano berjalan lunglai ke arah perpustakan. Hukuman sialan dari Bu Wiji waktu itu terpaksa ia jalankan karena tadi guru ber kacamata itu sudah memberinya peringatan agar cepat menjalankan hukuman.

Pikirannya hanya dipenuhi oleh bayang-bayang wajah Reina. Raut wajah kecewa cewek itu selalu menghantuinya setiap saat. Ia tak bermaksud, benar-benar tak bermaksud. Dia tau Reina pasti marah atas apa yang telah dia lakukan, dia tau cewek itu pasti kecewa, mungkin setelah ini Reina takkan percaya lagi dengannya. Namun apakah maafnya masih berarti dikala rasa kecewa masih menghantui?

Devano melepas sneakers-nya lalu melangkahkan kaki masuk ke perpustakan yang lumayan ramai karena sekarang adalah jam istirahat. Dia tak mempedulikan ekspresi terkejut semua orang ketika ia berjalan melewati mereka. Mungkin mereka semua heran, mengapa cowok se bad Devano bisa masuk ke perpustakan yang biasanya hanya dimasuki oleh kaum awam yang sedang numpang nugas, baca buku, atau sekedar ngadem. Ets, tapi mungkin saja Devano juga akan melakukan tiga hal itu kan jika tidak sedang menjalankan hukuman. Walau kemungkinannya tipis sih.

Devano tersenyum ketika mendapati Reina sedang menata buku di rak bagian pojok. Ia ingin menghampiri cewek itu, namun kakinya seakan kelu hanya untuk sekedar melangkah. Alhasil dia hanya diam di tempatnya, sampai tiba-tiba seorang cowok yang Devano kenali datang menghampiri Reina.

"Jordan?" batin Devano.

Devano masih setia menatap keduanya, sampai ekspresi terkejut dan air mata Reina berhasil ditangkap oleh indra penglihatannya. Refleks dia langsung berjalan mendekat kearah mereka berdua, semakin dekat, hingga akhirnya dia bisa mendengar dengan jelas cacian dari mulut cowok itu.

Dengan geram Devano langsung menendang punggung Jordan, memberi pukulan cowok itu bertubi-tubi, tak mempedulikan Reina yang terus melerai. Dia tak peduli, yang terpenting hanyalah memberi pelajaran cowok yang telah membuat Reina menangis. Siapapun itu, kalaupun iya bahkan dirinya sendiri.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang