Chapter 17 ] Hukuman!

14.2K 513 9
                                    

"Menikmati masa SMA itu perlu, toh kelak kita hanya bisa mengenang tanpa bisa kembali merasakan."

========

"Dev, lo nyuruh kita kesini kenapa? Kita masih ada kelas ni habis ini," tegur Nando salah satu anggota tim basket IHS.
Devano, Cakra, Farel, dan Dadu langsung kompak menoleh kearah Nando. Mereka sadar kalau bukan mereka berempat saja disini melainkan ada beberapa anggota basket lainnya yang sengaja diperintahkan Devano untuk berkumpul disini.

"Jadi gini.... gue nyuruh kalian kesini buat nyusun stratrgi terbaik buat tanding lusa nanti, kalian nggak mau kan tim basket kita kalah untuk kedua kalinya, jadi di-------" ucapan Devano terpotong oleh suara lantang seorang perempuan.

"Devano!"

Seorang guru berkacamata yang bertengger di hidungnya itu berteriak keras kearah Devano.

"Hmmm," jawab Devano santai.

"Tolong jaga sikap kamu Devano! Saya ini lebih tua daripada kamu! Cepat kemari!" guru perempuan yang diketahui bernama Bu Wiji itu mengarahkan telunjuknya kearah Devano dengan tatapan tajam. Alih-alih menurutinya Devano malah tersenyum miring sambil kembali menyelipkan rokoknya kesela bibir seakan mengejek.

"Devano!! Tolong jangan bikin saya tambah emosi! Cepat kemari!!" suara Bu Wiji semakin meninggi membuat Devano semakin geram dibuatnya.

"Emang lo siapa nyuruh-nyuruh gue?!" tanya Devano enteng seakan sekarang dia sedang berhadapan dengan teman sebayanya bukan dengan guru paruh baya yang sekarang tampak syok melihat tingkah siswanya ini.

"Devano! Jaga sikap kamu!!!!" kali ini suara Bu Wiji menggelegar ke seisi gudang IHS.

"Lo yang harus jaga sikap! Lo tau kan gue bisa buat lo dipecat detik ini juga!" ancam Devano dan kini Bu Wiji malah tersenyum kearah Devano.

"Mohon maaf Devano Kafka Gardiga, tapi ancamanmu itu sudah tidak berlaku sekarang karena Pak Gardiga papa kamu sendiri yang memerintahkan saya untuk menghukum kamu bila kamu berbuat semana-semana!" Bu Wiji tersenyum licik kearah Devano.

Devano kaget bukan main mendengar ucapan Bu Wiji, perasaan dia dan papanya sedang baik-baik saja, kenapa tiba-tiba saja kehidupannya mendadak dikekang seperti sekarang.

"Nggak usah ngaco deh lo!" sergah Devano.

"Saya sekarang sedang tidak main-main Devano! Silakan kamu bisa tanya sendiri ke papa kamu kalau tidak percaya," ujar Bu Wiji. Devano langsung mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu mencari Phonebook Papanya.

"Hallo, pa maksud papa apa sih?" tanya Devano gusar.

"Maksud kamu yang apa?Telfon bukannya ngucapin salam malah nerocos nggak jelas gitu."

"Hhhhh... Papa yang nyuruh guru buat ngehukum aku?! Maksud papa apa cobak! Aku nggak suka dikekang kayak gini Pa!"

"Vano! Kamu harus bisa menjaga sikap dan mematuhi peraturan yang ada! Jangan karena Papa Investor dana terbesar di sekolah kamu, kamu jadi berbuat semana-semana kayak gitu! Sudah ikuti kemauan papa! Papa nggak mau dapet keluhan kamu ngebuat ulah untuk kesekian kalinya! Mulai sekarang kamu harus nurut sama guru-guru! Kalau kamu nggak nurut, papa bakal cabut segala fasilitas kamu, termasuk kartu kredit dan mobil!"

Tut!!!!

Tiba-tiba sambungan telefon diputus secara sepihak begitu saja. Devano menghembuskan napasnya kasar, mau tidak mau dia harus menuruti kemauan papanya kalau tidak bisa berabe. Kartu kredit dan mobilnya pasti akan disita seperti beberapa bulan yang lalu, dia ketahuan baku hamtam sampai lawannya masuk rumah sakit dan koma selama beberapa minggu, dan parahnya lagi ketika Devano tau kalau lawannya itu anak dari rekan kerja papanya, tentu saja waktu itu Papanya mengkumumnya tanpa ampun termasuk mencabut segala fasilitasnya.

Revano [#1 SAVAGE SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang